35. Menangkap Detik Sesaat Tersadarkan, Mencari Makna Kehidupan yang Sesungguhnya 抓住开悟的瞬间,找寻人生的真谛

35. Menangkap Detik Sesaat Tersadarkan, Mencari Makna Kehidupan yang Sesungguhnya

Kita tahu demi apa kita hidup. Kita tahu bahwa kita hidup bukan demi diri sendiri, melainkan kita hidup demi semua makhluk. Kita tahu hari ini kita hidup tidak sepenuhnya demi diri sendiri. Kita memiliki keuletan yang teguh untuk melunasi hutang karma kita, karena kita hidup demi membayar dosa karma buruk dari kehidupan kita yang sebelumnya, karena kita dulu tidak tahu kalau diri kita telah melakukan begitu banyak kesalahan, maka sampai di kehidupan ini kita baru mulai membayar hutang karma dan mengikis karma buruk. Karena kita sekarang sudah menekuni ajaran Buddha Dharma dan mengerti tentang hukum karma, dan kita tidak menghindarinya, juga tidak meninggalkannya. Penderitaan yang terus kita jalani dengan teguh sama dengan mengikis halangan karma buruk. Apabila seseorang ingin menghindari halangan karma buruknya sendiri, dengan mengatakan saya tidak tahu tentang perbuatan yang saya lakukan di kehidupan sebelumnya. Akan tetapi tunggu sampai penderitaan mendatanginya, lalu dia tidak bisa menerima kenyataan, tidak sanggup menghadapi kesulitan ini, dan bunuh diri. Menurut kamu, apakah buah karma buruknya di kehidupan sebelumnya sudah meninggalkannya? Buah karma buruknya akan mengikutinya terus sampai di kehidupan selanjutnya, berlanjut sampai ke kehidupan yang berikutnya, terus-menerus berputar-putar tiada habisnya. Kalian renungkanlah sendiri, maka kalian akan memahaminya.

Seorang praktisi Buddhis harus memahami bahwa, terkadang asalkan tetap teguh bertahan, berusaha lebih keras, kita akan mencapai keberhasilan, tepian pencerahaan dalam sekejap akan muncul di dekat kita. Dengan kata lain, terkadang saat kita tidak bisa berpikiran terbuka, lalu kita terus bertahan, dan kembali berpikir, tenangkan lagi pikiran kita, tiba-tiba pikiran kita bisa terbuka. “Eh, kalau saya begini, bukankah masalahnya akan terselesaikan?” Itu adalah “tepian penerangan” yang muncul sebelum penerangan kamu. Misalnya, banyak orang yang tidak bisa berpikiran terbuka lalu ingin bunuh diri, namun tiba-tiba terpikir: “Aduh, saya tidak seharusnya begini, kalau masalah ini saya beginikan, bukankah semuanya akan teratasi?” Bukankah dalam sekejap pikirannya menjadi terbuka? Benar tidak? Oleh karena itu, kita harus tekun belajar, menyebarluaskan ajaran Buddha Dharma, berusaha keras menangkap potensi kesadaran diri sendiri, berusaha keras menangkap “detik sesaat” ini, karena “detik sesaat” ini adalah sesaat di mana kamu tersadarkan. Mengapa kalian menghadapi banyak sekali masalah namun tidak mampu menyelesaikannya? Kalian hanya tahu menangis. Kalian memiliki kebijaksanaan atau tidak? Karena kalian adalah orang awam, kalian masih belum cukup rajin menekuni Dharma, kalian tidak memiliki kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva, maka kalian malah mendatangkan banyak masalah bagi diri sendiri. Sesungguhnya, masalah adalah hal yang kalian cari sendiri, sudah mencari masalah lalu ingin menghindarinya, karena tidak bisa menghindar lalu ingin bersembunyi, karena tidak bisa sembunyi lalu ingin melarikan diri, lalu karena melarikan diri pada akhirnya akan dikejar-kejar orang lain, selamanya menanggung hutang, dan melarikan diri dari hutang. Apakah bisa menghindarinya? Kalian harus baik-baik mendengarkan apa yang Master katakan kepada kalian. Memberitahu kalian harus mengerti satu prinsip: sebisa mungkin jangan mencari masalah bagi diri sendiri; jika sudah bermasalah maka harus dihadapi dengan tegar, harus memiliki keteguhan untuk mengatasi kesulitan, maka kesulitan itu tidak akan lagi menjadi kesulitan, cahaya harapan dalam sekejap akan muncul di hadapanmu. Dalam satu hari, tidak tahu berapa banyak cahaya harapan yang muncul di hadapan Master. Dalam satu hari saya bisa mendengar 15 hal yang tidak menyenangkan, akan tetapi dalam hati Master terdapat 100 hal yang bercahaya, maka kegelapan yang melanda saya dengan cepat akan tertutupi oleh terang. Sedangkan dalam hati kalian pada dasarnya tidak ada cahaya, lalu dirasuki lagi dengan kegelapan, maka begitu kalian menghadapi masalah, segera tidak bisa bertahan, tidak bisa menghadapinya dengan teguh. Inilah mengapa ada orang yang walau menekuni Dharma namun tidak bisa tersadarkan, ada juga orang yang menekuni Dharma dan bisa tersadarkan, inilah logikanya.

Pikiran manusia sesungguhnya sering berubah-ubah di antara “Buddha” dan “iblis”. Saat kamu memikirkan satu hal yang baik, maka kamu memiliki pikiran Buddha; saat kamu memikirkan satu hal yang buruk, maka kamu memiliki pikiran iblis. Jika kamu sedang gembira, bersukacita, maka kamu berpikiran Buddha; jika kamu bersedih atau risau, maka kamu berpikiran iblis. Oleh karena itu, kita harus sering menstabilkan mentalitas – keadaan pikiran diri sendiri, kita harus sering memahami bahwa kita hidup di dunia ini, bagaimana seharusnya menstabilkan mentalitas diri sendiri, lalu mentalitas kita ini harus bagaimana supaya bisa membuatnya berubah. Kita jangan menghindar dari kesulitan, jangan menghindar dari masalah, kita harus secara aktif berpikir bagaimana cara untuk menyelesaikannya, bagaimana cara menguraikan kesulitan-kesulitan ini. Semua ini memerlukan kebijaksanaan. Sedangkan dalam pikiran kalian tidak terdapat potensi kesadaran yang memadai, berarti kalian sama dengan tidak memiliki kebijaksanaan. Seseorang harus memiliki suatu kebijaksanaan tertentu baru bisa mengatasi berbagai penderitaan, kesulitan, dan ketidaklancaran yang akan ditemuinya dalam kehidupan ini. Sama halnya, jodoh manusia sangatlah rumit. Kalau jodoh datang, lalu bagaimana? Bagaimana jika jodoh buruk datang? Bagaimana bila jodoh baik datang? Bagaimana seharusnya kita menghadapinya? Makanya, kamu harus menekuni Dharma, harus tekun dan giat, kamu harus memahami banyak prinsip kebenaran para Buddha dan Bodhisattva. Setelah kamu memiliki potensi kesadaran ini, kamu baru bisa mengatasi jodoh-jodoh ini. Hari ini kamu baik dengannya, lalu besok bertengkar dengannya; atau hari ini kamu bertengkar dengannya, lalu besok berbaikan dengannya … semua ini terus berputar-putar kembali, terus berubah-ubah. Mengapa banyak orang setelah bertengkar lalu kembali berbaikan? Dan banyak orang setelah berbaikan lalu kembali bertengkar? Master pernah menceritakan kepada kalian, kalimat pertama dalam kisah {Tiga Negara} adalah “lama berpisah pasti akan bersatu, lama menyatu pasti akan berpisah”. Dua negara, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur, berpisah karena masalah yang diwariskan oleh sejarah, akan tetapi sekarang semuanya sudah terselesaikan. Kali ini kita pergi ke Jerman, tidak pergi ke Jerman Timur, juga tidak pergi ke Jerman Barat. Namun waktu saat Tuan Zhou pergi berkunjung, dia hanya bisa pergi ke Jerman Timur, tidak bisa pergi ke Jerman Barat, benar tidak? Inilah logikanya. Maka kita harus memiliki kebijaksanaan dalam melihat suatu masalah. Kita harus memiliki kebijaksanaan yang pintar, harus memiliki potensi kesadaran kebijaksanaan yang sama seperti Buddha dan Bodhisattva, maka disebut sebagai “kebijaksanaan kesadaran”, yaitu kebijaksanaan dari potensi kesadaran, Master menyingkatnya menjadi “kebijaksanaan kesadaran”. Kebijaksanaan terbagi menjadi banyak macam, ada kebijaksanaan yang dimiliki seseorang mengandung banyak kepintaran, namun kepintaran-kepintaran ini tidak melambangkan kalau ia benar-benar memiliki kebijaksanaan Bodhisattva. Apakah kalian mengerti? Kalian harus sering menetapkan pikiran sendiri, menempatkannya pada posisi Buddha untuk berubah, namun jangan menempatkannya pada posisi iblis untuk berubah.

Semua cinta dan benci di dunia ini adalah akumulasi dari berkali-kali kehidupan sebelumnya. Hari ini kalian bisa sangat saling mencintai, itu juga karena cinta kalian di kehidupan sebelumnya; jika pada hari ini terdapat kebencian yang besar di antara kalian, itu pun karena kebencian kalian di kehidupan sebelumnya. Ini adalah masalah yang tidak bisa diatasi. Misalnya, di kehidupan sebelumnya, terdapat 20% kebencian pada dirimu, ini bagaikan suatu sumbu penyulut. Kemudian karena kamu tidak memahami kebenarannya, lalu kamu menggunakan “sumbu penyulut” ini untuk menyalakan “api” di mana-mana, maka di kehidupan selanjutnya, kebencian antara dirimu dan dia akan bertambah menjadi 60% – 80%, begitulah datangnya kebencian. Oleh karena itu, bisa ada cinta sehidup semati, dan kebencian teramat mendalam. Semua ini sesungguhnya adalah panggung sandiwara. Kalian seperti sebuah boneka kayu, yang dipermainkan oleh kehidupan, diatur oleh tali yang tidak terlihat – yaitu nasib. Hari ini ia bisa membuat kalian merasa senang, lalu besok ia membuat kalian merasa tidak senang; hari ini ia bisa membuat kalian hidup nyaman, lalu besok ia membuat kalian bertengkar … apakah kalian bisa memahami kebenaran-kebenaran ini? Kalian adalah sebuah boneka kayu, kalian adalah boneka kayu yang hidup di Alam Manusia ini, yang dikendalikan oleh orang lain. Seumur hidup ini sudah separuhnya kalian lalui, coba hitung saja, apa yang telah kamu dapatkan? Kamu telah kehilangan apa? Hutang karma buruk yang kamu bayarkan adalah hutang karma buruk dari kehidupan sebelumnya. Misalnya, hutang karma kamu dengan anakmu, hutang karma kamu dengan suamimu, atau dengan istrimu, atau dengan orang tuamu … terus berlanjut saling membayar dan kembali berhutang, sampai pada akhirnya saat ajal menjemput, hutang ini belum terlunasi. Hutang karma yang tidak dilunasi di kehidupan ini, akan terus dibayarkan di kehidupan selanjutnya.

Master sedang membangkitkan unsur-unsur dalam sifat Kebuddhaan, sifat dasar, dan hati nurani kalian. Kalian orang-orang yang tidak menekuni Dharma baik-baik, maka yang kalian peroleh adalah kesadaran yang palsu, bukan kesadaran yang sesungguhnya. Mengerti? Cinta dan benci di dunia ini hanya sementara, semuanya adalah palsu, maka jangan dianggap terlalu nyata, juga jangan melihatnya terlalu palsu. Jika memang jodoh, maka jalani baik-baik, bila tidak berjodoh, maka uraikan baik-baik. Master sering mengatakan bahwa kehidupan ini penuh dengan perubahan – ketidakkekalan, kehidupan ini adalah ilusi mimpi bagai bayangan gelembung sabun. Coba pikirkan, kemarin kita masih tidak kenal, namun hari ini kalian bisa menjadi murid dan pengikut Master; kemarin kalian masih sering bertengkar, namun hari ini kalian sudah menjadi teman; kemarin kalian masih akrab sekali, namun hari ini kalian sudah tinggal terpisah, bahkan dipisahkan oleh maut. Semua yang kalian miliki setiap hari sedang berubah, bagaikan sebuah mimpi, bagaikan sebuah ilusi, sama seperti lapisan awan di langit. Maka Master sering mengatakan, awan sedang berjalan di langit, manusia sedang berjalan di bumi, saat berjalan yang tertinggal adalah bayangan, seperti awan di langit setelah berlalu pergi akan hilang. Sesungguhnya, yang dikatakan sebagai berkah pahala duniawi dan surgawi adalah hubungan antara manusia dan Surga, sebenarnya, saat pahala surgawi sudah habis dinikmati, maka ia akan terlahir kembali sebagai manusia; sedangkan seseorang yang membina diri dengan baik, akan kembali ke Surga untuk menikmati pahalanya, logikanya sama saja. Sedangkan semua ini datang dan pergi dengan sangat cepat. Coba lihat bulan dan bintang, berlalu begitu saja, sudah tidak ada lagi. Coba lihat kita manusia, yang tadinya muda belia, sekarang sudah menjadi semakin tua; lihat kehidupan kita, hari ini sangat baik, besok menjadi tidak baik, lalu besok tidak baik, kemudian lusa menjadi baik lagi … semua ini terulang-ulang berputar-putar kembali tanpa henti. Sedangkan di dalam perputaran kembali ini, apa yang kita dapatkan? Kita hanya mengeluarkan atau berkorban, tidak mendapatkan apapun. Karena buah karma buruk yang kita ciptakan di kehidupan sebelumnya, maka di kehidupan ini kita ditakdirkan untuk membayarnya, dan tidak menghasilkan uang. Kita tidak memiliki jasa kebajikan untuk dilakukan, karena hutang karma kita belum terlunasi, lalu bagaimana kita bisa menghasilkan uang? Seperti rumah yang kita huni, coba hitung uang yang kita dapatkan, hanya untuk ditabung di bank, sedangkan kamu demi membeli rumah, berhutang kepada bank sampai jutaan Yuan, dan uang yang kamu dapatkan ini begitu berpindah tangan semuanya hanya bisa digunakan untuk melunasi hutang, maka uang yang kamu dapatkan pun bukanlah milikmu. Inilah yang disebut sebagai perwujudan nasib, inilah prinsip kebenaran, inilah logika umum di dunia ini.

Pahamilah bahwa kehidupan yang bagai ilusi di dunia ini tidak kekal. Master berharap kalian orang-orang yang membina pikiran ini bisa segera tersadarkan. Hari ini saat Master memberikan wejangan kepada teman-teman se-Dharma di Shanghai, Master mengatakan: “Master seperti sebuah jam, sebuah beker, saya membangunkan kalian setiap orang dari ilusi mimpi.” Seperti saat kita berada di Eropa, setiap hari tidur sampai tidak ingin bangun, namun begitu beker berdering, kita harus bangun. Kalian dengan raut wajah yang kelelahan, dengan tubuh yang pegal linu, tanpa sadar dan tidak berdaya tetap harus bangun. Akan tetapi itu hanya sementara, bukankah sekarang kalian kembali bisa tidur lebih lama? Sedangkan dalam aliran kehidupan kalian, kalian tidak boleh “tidur” terus. Karena begitu kalian tertidur, maka kalian tidak akan bisa bangun lagi. Master sekarang menggunakan nyawa Master sebagai “beker” untuk membangunkan potensi kesadaran kalian, membangunkan sifat Kebuddhaan kalian, supaya kalian tidak lagi menyia-nyiakan waktu, tidak lagi menyia-nyiakan hidup, tidak menyia-nyiakan sifat Kebuddhaan dan sifat dasar yang kalian miliki, hanya dengan begitu, baru bisa membuat kalian terbebas dari kelahiran dan kematian.

Jika kalian tidak menekuni Dharma, apa yang akan kalian miliki? Rumah yang kalian miliki di dunia ini adalah palsu, uang adalah palsu, pakaian juga palsu … yang kalian miliki semuanya adalah palsu, sedangkan kebijaksanaan yang benar-benar kalian miliki malah kalian hilangkan, pemikiran logis yang sesungguhnya di dunia ini malah kalian hilangkan, kebaikan – kebenaran – kesopanan – kebijaksanaan – keyakinan benar yang seharusnya kalian miliki malah kalian hilangkan. Sedangkan semua ini adalah “sel” diri kita, bagaikan suplemen penting yang tubuh kita butuhkan untuk menambah asupan protein. Di mana kebaikan dan kebenaran diri kita? Orang-orang zaman sekarang apakah masih bisa dipercaya ucapannya? Apakah mereka masih berpegang pada nilai-nilai moral? Sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, kita semua sekarang hidup di tengah lingkungan yang sudah “berpolusi” ini, terkadang kita pun bisa terpengaruh. Seperti dalam perjalanan kita kali ini, ada banyak orang yang terjangkit flu dan masuk angin, karena dalam grup pembabaran Dharma kita ada orang yang sakit flu dan masuk angin, makanya bisa tersebarkan semua orang. Inilah logikanya.

Master meminta kalian untuk segera “terbangun” – tersadarkan, jika masih belum tersadarkan, berarti kalian sedang menghancurkan diri kalian sendiri. Setiap hari Master menyuruh kalian bangun, namun kalian tidak mau bangun. Tunggu sampai suatu hari nanti saat kalian terbangun, kalian sudah tidak memiliki apapun. Seperti saat menghadapi bencana, satu grup penolong membawa bala bantuan, semua orang pergi mengambil barang-barang dana bantuan, akan tetapi dia tidak pergi mengambilnya. Tunggu sampai dia terbangun dari tidurnya dan pergi mengambil, namun semuanya sudah habis diambil oleh orang lain, yang menantinya adalah kegelapan, kelaparan, dan kedinginan. Karena dia tidak mendapatkan barang-barang bantuan seperti baju dan makanan, bahkan dia tidak mendapatkan senter untuk meneranginya, maka dia akan berada di dalam kegelapan. Sekarang Master meminta kalian untuk bangun secepatnya, meminta kalian untuk segera bangun dari ilusi mimpi ini. Saat kalian terbangun, maka kalian sudah berada di langit di luar mimpi, kalian sudah meninggalkan mimpi ini. Karena hidup ini bagaikan mimpi, kamu sudah meninggalkan Alam Manusia, berarti kamu berada di langit luar mimpi; dengan kata lain langit yang berada di luar mimpi, maka kamu tidak akan bermimpi lagi. Apakah kalian mengerti? Berapa banyak kebijaksanaan dan potensi kesadaran yang kalian butuhkan sekarang, apakah kalian memilikinya? Kalian memang pintar, namun tahukah kalian, kepintaran ini terkadang malah menghambat kalian! Maka kalian harus bisa memahaminya!