46. Membahas Tentang Lahir Dan Lenyapnya Jodoh Dalam Ajaran Buddha Dharma
Segala hal menyangkut diri kita – manusia tercipta dari perpaduan sebab musabab atau penyebab jodoh. Dengan kata lain, segala hal yang ingin kamu lakukan hari ini, segala hal yang kamu dengar, segala hal yang sudah kamu lakukan, merupakan sebuah jodoh. Mengapa hari ini kamu bisa datang ke Dong Fang Tai? Karena kamu berjodoh dengan Dong Fang Tai, karena kamu berjodoh dengan Buddha dan Bodhisattva. Karena Dong Fang Tai berjodoh dengan Buddha dan Bodhisattva, maka bisa memiliki sebuah Guan Yin Tang di sini, oleh karena itu, kalian berjodoh dengan Bodhisattva, makanya kalian bisa bersama-sama datang kemari. Benar tidak? Mengapa kamu baik terhadap dia? Karena kamu cocok dengan dia. Karena jodoh dari kehidupan sebelumnya, ditambah dengan kelanjutan di kehidupan ini, jadi dinamakan melanjutkan jodoh. Misalnya, di kehidupan sebelumnya, kamu berhubungan baik dengan dia, namun 3 tahun kemudian, hubungan kalian memburuk, telah putus dengannya, maka jodoh ini sudah lenyap. Maka di kehidupan ini, sampai pada waktu tersebut, kurang lebih setelah 3 tahun berhubungan baik dengannya, kamu akan putus dengannya, jodoh juga akan lenyap. Mengerti? Hal-hal yang ada di hari ini, mungkin bisa hilang di hari esok. Jika hari ini kamu difitnah orang, mungkin saja setelah beberapa hari kemudian, nama baikmu akan pulih kembali; Bila hari ini orang lain membicarakan keburukan kamu, mungkin beberapa hari kemudian orang lain kembali akan memuji dirimu. Benar tidak? Hari ini ada orang berkata, “Kamu harus berhati-hati, mungkin kamu akan tertimpa masalah besar”, apakah ini berarti lusa kamu pasti akan menghadapi masalah besar? Juga tidak berarti seumur hidupmu akan muncul masalah besar. Jodoh bisa berubah. Mengerti? Contoh, dulu kamu pernah melakukan suatu hal yang tidak baik, tetapi sekarang kamu sudah berubah menjadi baik, maka atasanmu pun akan bersikap baik terhadapmu. Prinsip yang sama, semua hanyalah sebuah jodoh. Hari ini ada penyebab, maka baru bisa ada jodoh ini; Jika besok tidak ada penyebab, maka jodoh ini pun akan hilang. Hari ini kamu menyukainya, maka dia bisa baik terhadap dirimu; besok kamu tidak menyukainya lagi, maka kamu tidak akan baik dengannya lagi. Begitu pula kalian muda-mudi di sini, hari ini melihat orang ini, lalu menyukainya, suka perbanyak obrolan dengan orang tersebut, diri sendiri juga berdandan agar terlihat lebih cantik. Setelah beberapa hari, tidak suka lagi, maka kamu akan bersikap acuh tak acuh, diri sendir tidak berdandan lagi, ini berarti sudah tidak berjodoh. Oleh karena itu, di saat jodoh atau nidana sudah tidak ada, maka semuanya akan hilang; Di saat ada jodoh, maka semuanya juga ada. Hari ini kamu ditakdirkan memiliki jodoh ini, karena kamu memiliki nyawa ini, maka kamu bisa terus hidup di dunia ini, ini adalah jodohmu. Hari ini kamu kehilangan nyawa ini, berarti jodoh ini pun sudah tidak ada, karena kamu sudah tidak bisa terus berhubungan dengan orang-orang di dunia ini lagi. Jika dirimu adalah Bodhisattva yang datang ke Alam Manusia, karena jodohmu dengan Alam Manusia sudah tidak ada lagi, pada akhirnya kamu hanya akan disembah oleh orang-orang, sudah tidak bisa lagi berkomunikasi dengan orang-orang di Alam Manusia. Mengapa Buddha dan Bodhisattva bisa selamanya tinggal di hati orang-orang? Karena Guan Shi Yin Pu Sa dan Bodhisattva lainnya sering datang ke dalam hati orang-orang, Bodhisattva bisa memberikan petunjuk melalui mimpi atau dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu, Bodhisattva selamanya tidak akan mengalami kelahiran dan kelenyapan. Namun jika manusia sudah meninggal, maka sudah meninggalkan dunia. Waktu dulu ibumu sangat baik terhadap dirimu, namun ibu telah pergi. Pada saat itu, kamu merasa sangat sedih, teringat bagaimana ibumu bersikap baik terhadap dirimu, kamu merasa sedih sekali. Akan tetapi beberapa tahun kemudian, karena ibumu tidak terus berada di dunia ini untuk bersikap baik kepadamu, karena jodoh sudah habis, maka perlahan-lahan, kamu akan melupakannya. Jodoh ini sudah lenyap, buah karma ini sudah lenyap, dharmanya juga sudah lenyap. Jika ibu baru saja meninggal, menurut kalian, perasaan anak terhadap ibunya yang baru saja meninggal dibandingkan dengan ibu yang sudah meninggal 10 tahun, apakah sama? Karena selama 10 tahun ini, dia sudah tidak berhubungan lagi denganmu, jodohnya denganmu sudah putus, maka sudah tidak tersisa apapun. Apakah kalian mengerti?
Oleh karena itu, dalam menekuni ajaran Buddha Dharma maupun melakukan jasa kebajikan, harus berkesinambungan, harus dilakukan terus-menerus begitu berhenti dilakukan, maka semua akan lenyap. Begitu juga orang tua terhadap anaknya. Harus terus-menerus memperlakukan mereka dengan baik, maka seumur hidup kamu baru tergolong baik. Sangat mudah melakukan sedikit kebaikan, namun tidaklah mudah jika harus lakukan kebaikan seumur hidup, benar tidak? Sangat mudah untuk mempercayai Buddha selama satu hari, namun tidak mudah untuk meyakini seumur hidup. Seperti sebagian orang, di saat tubuh tidak sehat, lalu datang menyembah Buddha dan Bodhisattva, sangat taat sekali, terus bersembah sujud; setelah beberapa hari kemudian, saat tubuh sudah sehat, maka dia pun sudah tidak terlihat lagi. Menurutmu apakah orang seperti ini berjodoh dengan Buddha dan Bodhisattva?
Banyak orang yang meminta Master menerawang totem, bertanya ke Master: “Master, mengapa dulu keadaan saya begitu baik, namun sekarang dalam sekejap berubah menjadi tidak baik?” Saya beri tahu dia: “Karena dulu, sebelum masa ini, kamu terus meyakini Buddha, selain itu meyakini dengan sangat tulus. Ini karena masa-masa di kehidupan kamu sebelumnya, misalnya setelah umur 34 tahun, kamu tidak lagi menyembah Buddha, tidak lagi melafalkan paritta. Maka kamu seharusnya tahu, maka di kehidupan ini, setelah usia 34 tahun, jodohmu akan berakhir, keadaanmu akan memburuk, kamu akan mulai tertimpa kesialan.” Hari ini kalian bekerja, mengalami penderitaan dan kesulitan, demi apa? Yakni demi jodoh ini. Jodoh yang seperti apa? Yakni uang ini. Uang ini bisa melanjutkan jodoh, bisa membeli barang untuk melanjutkan hidup. Demi anak sendiri, demi keberlangsungan hidup, maka kamu harus melanjutkan jodoh ini, benar tidak? Oleh karena itu, sebanyak apapun penderitaan yang kalian alami juga tetap diterima. Akan tetapi jika di kehidupan sebelumnya kalian melakukan sangat banyak jasa kebajikan, mungkin saja di kehidupan ini, jodoh ini, walau sama-sama mencari uang, namun tidak akan sesusah ini. “Meskipun di kehidupan ini, saya harus bersusah payah untuk melanjutkan jodoh ini, saya pun pasrah. Karena di kehidupan sebelumnya, saya tidak baik, maka di kehidupan ini, saya hanya bisa menjalani penderitaan, kalau begitu, saya hanya bisa pasrah.” Akan tetapi, harus menekuni dan mempraktikkan Dharma dengan baik untuk mengubah jodohmu ini, yakni jodoh yang membuatmu derita, diubah menjadi tidak menderita, mengubah jiwa saya yang terluka menjadi tidak terluka. Ini juga dinamakan menyesuaikan jodoh. Banyak orang yang memiliki pandangan menyimpang terhadap definisi “menyesuaikan jodoh”, berkata: “Master, saya terus bertengkar dengan suami sampai sekarang. Maka saya akan menyesuaikan jodoh, apakah lebih baik jika kami berpisah?” Yang dinamakan menyesuaikan jodoh bukan seperti itu. Menyesuaikan jodoh berarti, menyesuaikan atau menjalani sesuai jodoh baik, menguraikan jodoh buruk, bukan meminta kamu mengikuti jodoh yang buruk. Jika ada sedikit masalah di rumah, merasa tidak senang, dan segera menunjukkan muka cemberut kepada orang-orang. Hari ini kamu menciptakan bibit penyebab ini, maka maaf, selanjutnya orang lain tidak akan mengacuhkanmu, berkata kamu ini orang yang sangat egois, maka dirimu sudah menjalin sebuah jodoh buruk. Mengapa orang lain harus melihat wajahmu yang cemberut ini? Keadaan kamu tidak baik lalu mengapa harus membuat orang lain turut menjadi tidak baik? Ini berarti menanam jodoh buruk. Bila ada orang di rumah yang tidak merasa senang, lalu kamu segera menunjukkan ketidaksenanganmu kepada orang-orang, ini juga dinamakan orang yang egois dan hanya mementingkan kepentingan sendiri.
Ingatlah, jodoh seperti sebuah rantai besi, ia akan terus lahir dan lenyap menjeratmu selamnya. Jodoh bagaikan sebuah rantai besi, jika di kehidupan ini kamu menjalin hubungan baik dengannya, maka di kehidupan selanjutnya, kamu akan melanjutkan hubungan baik ini; Bila di kehidupan ini kamu berhubungan buruk dengannya, maka di kehidupan selanjutnya kamu akan datang untuk membayar hutang karma. Kamu tidak akan bisa melarikan diri darinya, semuanya terkunci menjadi satu. Semua orang dalam sebuah keluarga, mungkin saja di kehidupan sebelumnya adalah istrimu, lalu di kehidupan ini menjadi anakmu, di kehidupan sebelumnya adalah ayahmu, lalu di kehidupan ini menjadi kakak iparmu … begitulah semuanya dijerat oleh rantai tersebut, ia akan terus lahir dan lenyap menjeratmu selamanya. Siapa yang bisa membebaskan diri darinya? Siapa yang bisa terlepas dari rantai besi ini? Tidak akan bisa terbebaskan. Sekarang yang Master ajarkan pada kalian adalah bagaimana cara membebaskan diri dari rantai besi ini, membebaskan diri dari kesusahan dan kerisauan. Kalian semua harus memahami, bahwa jodoh seperti ini tidak akan pernah berakhir sampai berkali-kali kehidupan sekalipun, begitu juga dengan ketidaktahuan. Jika kamu dalam berkali-kali kehidupan tidak mampu membebaskan diri dari rantai besi ini, maka selamanya kamu akan memiliki kebiasaan buruk yang tidak disadari. Karena kamu tidak menekuni Dharma, maka tidak mengerti, selamanya kamu tenggelam di dalam belenggu rantai besi ini, kamu selamanya tidak bisa membebaskan diri, maka di Alam Manusia ini, kamu selamanya akan memiliki ketidaktahuan. Ketidaktahuan berarti kamu tidak mengerti. Mana ada anak yang begitu dilahirkan langsung bisa memahami segalanya? Sekalipun di kehidupan sebelumnya kamu adalah seorang Bodhisattva, meskipun di kehidupan sebelumnya kamu tidak melakukan banyak perbuatan baik, lalu di kehidupan selanjutnya, kamu akan terlahir sebagai manusia, begitu kamu terlahir di dunia ini, apakah kamu bisa memahami segalanya? Berjalan saja, kamu tidak bisa, lalu apa yang bisa kamu pahami? Bukankah kamu kembali memiliki ketidaktahuan? Oleh karena itu, kamu tidak berdaya untuk mengakhirinya, dengan kata lain, kamu tidak mampu menghentikan segala kerisauan di dunia ini, tidak bisa mengakhirinya (tiada habisnya). Apakah kalian mengerti? Oleh karena itu, ketidaktahuan sama seperti penuaan dan kematian. Ketidaktahuan seseorang tiada akhir, begitu juga dengan penuaan dan kematian yang tiada akhir, berarti semua tidak akan pernah berakhir – sudah tua, lalu mati, kemudian terlahir kembali, kembali menua, lalu mati … Master beri tahu kalian, perkataan banyak pemimpin memiliki makna filsafat yang mendalam. Contoh, kisah tentang pribahasa {Kakek bodoh memindahkan gunung}: “Jika saya tidak bisa menggali habis gunung ini, maka saya akan menyuruh putra saya lanjutkan, jika dia tidak bisa menyelesaikan, saya akan meminta cucu saya melanjutkan, terus menurun sampai ke anak cucu generasi selanjutnya yang tiada berakhir.” Sesungguhnya, prinsip kebenaran yang diungkapkan juga merupakan sebuah tumimbal lahir (perputaran kembali), benar tidak? Maka, ketidaktahuan akan sama seperti penuaan dan kematian terus berlanjut tiada berakhir. Ketidaktahuan berarti tidak memahami, dia akan terus mengikuti penuaan dan kematian. Karena seumur hidup, kamu tidak memahami, maka kamu akan terus memiliki ketidaktahuan; karena kamu bisa menjadi tua dan mati, maka kamu akan terus memiliki ketidaktahuan, dia akan terus mengikutimu, sampai kamu tua dan mati. Banyak orang tua menjalani seluruh hidup namun tidak memahami apapun, lalu akhirnya meninggal begitu saja. Apa yang dia ketahui? Dia tidak memahami apapun dan pergi begitu saja. Oleh karena itu, ketidaktahuan akan terus mengikuti penuaan dan kematian sampai akhir. Jika di kehidupan selanjutnya, dia terlahir kembali menjadi manusia, maka dia akan memulai ketidaktahuan ini, kembali tidak mengerti, lalu terus mengikutinya seumur hidup … begitulah manusia terus menerus bereinkarnasi.
Harus mengenali pandangan kemunculan jodoh dengan baik. Kamu harus memahami segala hal, kita harus belajar menggunakan satu metode untuk memperbaiki kekurangan pada diri kita, yakni dengan mengingat pandangan kemunculan jodoh. Apa maksudnya? Dengan kata lain, memandang suatu masalah, harus bisa melihat kemunculan jodohnya. “Oh, jodoh ini sudah tiba”, “Oh, masalah ini sudah muncul”, kemudian kamu baru lakukan. “Oh, jodoh ini sudah muncul. Ada sebuah jodoh yang datang, saya harus berhati-hati, dan ini adalah jodoh buruk.” Tahukah kalian, bagaimana jodoh baik atau jodoh buruk bisa datang? Kita tidak akan bisa menghalangi kedatangan jodoh buruk maupun jodoh baik. Maka, kalian harus bisa mengetahui kemunculan jodoh. “Kemunculan” di sini berarti “aktivasi”, semua jodoh ketika dimulai disebut sebagai kemunculan jodoh. Karena jodoh bisa melahirkan kebijaksanaan. Jika kamu sering teringat akan pandangan kemunculan jodoh, maka akan terlahir kebijaksanaan pada dirimu, dengan kata lain, kamu sering terpikir: “Oh, ternyata hal ini tidak bisa dilakukan. Ternyata jodoh buruk yang datang, saya harus berhati-hati.” Maka akan terlahir kebijaksanaan pada dirimu untuk mengatasinya, sudah tahu harus melafalkan paritta, saya harus berhati-hati, saya harus menjalin hubungan baik dengan pimpinan. Benar tidak? Saat hal baik datang, saya merasa senang, saat jodoh ini datang, maka kebijaksanaanmu akan terlahir.
Oleh karena itu, pahamilah bahwa kita harus bisa melihat kebenaran dari kemunculan jodoh. Apa maksudnya? Yakni tidak hanya mengenali kemunculan jodoh, namun harus bisa melihat kebenarannya. Apa yang dimaksud dengan “melihat kebenaran?” Saat jodoh ini mulai datang, saya harus bisa melihat kebenarannya. Mengerti? Melihat dengan jelas, ini sama seperti melihat dengan jelas duniawi, kamu harus melihat dengan jelas seberapa lama jodoh ini menghampiri. Misalnya, jodohmu dengan anak, dari melahirkannya sampai kelak kamu meninggal, hanya satu periode. Ketika kamu sudah bisa melihat kebenaran, maka kamu tidak akan banyak berpikir. Jika kamu tidak bisa melihat kebenaran, maka kamu akan merasa, “Aduh, sudah berkali-kali kehidupan, anak ini seperti apa mengikuti saya, maka di masa tua nanti, saya akan menggantungkan hidup saya pada mereka.” Tidak akan begitu. Misal orang tua ini setiap hari memohon Bodhisattva supaya anaknya bisa pulang kembali, berharap sebelum dia meninggal, hubungan anak dengan ibunya bisa membaik. Bodhisattva berwelas asih, memberikan jodoh untuk orang tua ini, permohonannya terkabul, anaknya kembali pulang. Masalahnya, walaupun kamu membeli kulkas, akan tetapi kamu membawanya ke desa, sedangkan di desa ini, bahkan belum memiliki aliran listrik, lalu bagaimana kamu bisa menggunakan kulkas ini? Kamu sudah membuat anak ini pulang, namun kamu tidak bisa membuka simpul dihatinya, maka meskipun kamu sudah berhasil membuatnya pulang, tetapi hanya akan menambah kerisauanmu, sama dengan membuat jodoh baik diubah menjadi jodoh buruk. Mengerti?
Oleh karena itu, ingatlah, harus membebaskan diri dari belenggu 12 sebab musabab (nidana). Belenggu berarti menjeratmu. Karena ada banyak jodoh. Saya pernah membahas tentang 12 nidana, hari ini saya tidak akan membahas secara rinci (12 nidana: ketidaktahuan, perbuatan, kesadaran, batin dan jasmani, enam landasan indra, kontak, perasaan, ketagihan, kemelekatan, keberadaan, kelahiran, penuaan dan kematian). Harus menyikapi jodoh dengan baik, gunakan jodoh dengan baik. Harus bisa menyikapi jodoh dengan baik, kemudian melalui pandangan kemunculan jodoh untuk melihat kebenaran. Pertama-tama, harus bisa melihat kemunculan dan kelenyapan jodoh ini, kemudian melihat kebenarannya. Contoh sederhana: ada seseorang menyukaimu. Pertama-tama, pikirkan bahwa orang ini menyukai saya mungkin karena berjodoh, baru saja memikirkan, maka harus segera pahami, ketahuilah jika jodoh ini dilanjutkan maka mungkin akan menimbulkan masalah – lalu melihat kebenarannya, tidak boleh menginginkan jodoh ini. Ini dinamakan, pertama mengikuti jodoh (mengikuti jalan jodoh ini), kemudian baru melihat kebenaran dari jodoh ini. Misalnya, seorang anak terlahir ke dunia ini, “Aduh, dia adalah nyawa saya, dia itu nyawa saya.” Tunggu ketika anak tumbuh dewasa, menikah, dia akan meninggalkanmu. Maka jodoh ini pun akan lenyap. Jika semenjak anak ini lahir, kamu sudah mengetahui bahwa: “Suatu hari nanti, anak ini akan meninggalkan orang tua, dia akan jalani kehidupannya sendiri.” Maka kamu akan bersikap lebih santai dan terbuka terhadap anak ini, jangan terlalu melekat terhadap anak, maka di masa mendatang, kamu tidak akan dilanda terlalu banyak kesedihan, kerisauan, atupun kekhawatiran. Baik buruknya sikap seseorang terhadap dirimu, semua hanyalah sebuah jodoh. Jika kamu sudah bisa melihat kebenaran jodoh ini, bukankah semua akan lenyap? Oleh karena itu, dinamakan melihat kebenarannya, melepas. Harus bisa melihat atau memahami kebenaran, baru bisa melepas. Contoh sederhana: saat balon hidrogen ini terbang ke atas, “Wah hebat sekali, benar-benar bisa terbang ke langit.” Lalu jika kamu melubanginya, saat gas di dalam balon habis ia pun akan jatuh. Bukankah ini namanya, melihat kebenaran dan melepaskan? Hanya orang-orang yang tidak berpikiran terbuka, tidak bisa melihat kebenaran, jika seseorang bisa berpikiran terbuka, maka dia bisa melepas. Apakah kalian mengerti?