26. Biarkan Sinar Mentari Menyinari Hati, Biarkan Hati Nurani Menemukan Sumbernya 让阳光照进心房,让善心找到本然

26. Biarkan Sinar Mentari Menyinari Hati, Biarkan Hati Nurani Menemukan Sumbernya

Sebelumnya Master telah membahas dengan semua tentang “Tiga pikiran yang tidak bisa didapatkan”, yang terutama kalian semua harus bisa melepaskan pikiran, jangan memiliki amarah kebencian, karena sekali kamu marah, maka sifat dasarmu yang sesungguhnya akan meninggalkan hatimu. Seseorang yang sering marah-marah, maka sifat dasar yang sesungguhnya akan meninggalkannya, hanya tersisa satu “hati kebencian”. Karena satu kemurkaan bisa berubah menjadi suatu malapetaka, oleh karena itu, harus bisa membuang kerisauan. Seseorang yang benar-benar membina pikiran harus bisa membuang kerisauan, mengubah kerisauan menjadi kebijaksanaan bodhi. Dibahas dari sudut pandang lain, walaupun kerisauan adalah kesulitan, kerisauan adalah halangan karma buruk, akan tetapi karena memiliki halangan karma buruk, baru bisa mengubahnya menjadi kebijaksanaan, melalui kebijaksanaan mendatangkan bodhi-kebijaksanaan.

Hari ini Master membahas dengan kalian tentang: “xin zai zi ran zhong” – pikiran (hati) berada di tengah kealamian. Apabila kalian bertanya kepada orang lain: “Di mana hati berada?” Maka dia akan memberi tahumu: “Hati berada di dalam tubuh.” Sebenarnya, hati berada di tengah kealamian, dengan berada di tengah keadaan normal, dia baru bisa menunjukkan pikiranmu. Contoh sederhana: ketika kamu melihat rumah orang kebakaran, sedangkan orang tersebut pernah memiliki hubungan buruk denganmu, maka kamu memakinya, “Dosa, memang patut, dia memang pantas begitu… ”, sebenarnya, jika kamu menanam bibit penyebab karma ini, maka akan terlahir buah karmanya. Dulu dia pernah mencelakaimu, namun sekarang dia sudah menerima balasan, maka kita seharusnya berwelas asih memaafkannya. Sebagai seorang praktisi Buddhis, seharusnya memahami, apakah ayahmu dulu pernah dipenjara, lalu kamu harus menanggung nama buruknya seumur hidup? Sebagai manusia harus memiliki hati nurani. Manusia hidup di dunia ini, jika melihat seekor anjing dilindas mati oleh mobil, kamu seharusnya turut bersedih, apalagi itu manusia? Asalkan seseorang berbuat dosa, maka dia pasti akan menerima balasan. Seorang praktisi Buddhis seharusnya mengasihani dan berwelas asih terhadap orang lain, dan tidak boleh membenci orang lain. Dendam dan kebencian hanya membawa penderitaan bagimu. Misalnya, ayahnya melakukan kesalahan, lalu mengapa kita harus membenci putranya? Kita hidup bersama-sama di bumi ini, seharusnya memahami pentingnya kasih sayang universal, kita sebagai praktisi Buddhis harus memahami kasih sayang dan welas asih. Hari ini rumahnya dihancurkan orang, mungkin saja suatu hari nanti giliran rumahmu; Hari ini rumah tetangga kebanjiran, apakah kamu bisa menjamin rumahmu tidak akan kebanjiran? Harus berwelas asih. Mengapa setiap kali sebelum terjadi bencana besar, Bodhisattva akan menangis? Karena bencana disebabkan oleh karma bersama. Karena terlalu banyak orang melakukan kejahatan, sedangkan Bodhisattva tidak bisa mengubahnya. Mengerti? Menurut kalian, kasihan tidak? Satu tsunami, sepuluh ribu orang dalam 1 pulau  semuanya lenyap, lihatlah betapa kasihan orang-orang masa kini, betapa lemahnya mereka. Ketika hati atau pikiranmu berada dalam respon alami,  di saat kamu melihat orang lain menderita, maka sifat dasarmu akan muncul. Apabila hari ini kamu mengatai orang, “Memang patut, inilah karma”, berarti kamu bukan seorang praktisi Buddhis yang baik, kamu bukan Bodhisattva, kamu adalah seorang yang moralitasnya kurang baik. Kamu masih tenggelam di tengah dendam duniawi, tingkat kesadaran spiritual kamu masih berada di dalam kebencian duniawi, kehidupan berikutnya, kamu masih berada di dalam tumimbal lahir enam alam. Jika kebencian kamu terlalu dalam, kemungkinan di kehidupan selanjutnya kamu terlahir menjadi binatang. Oleh karena itu, sebagai manusia tidak boleh memiliki kebencian yang terlalu banyak.

Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, lalu bagaimana hati (pikiran) berubah? Ketika seseorang berada dalam keadaan tidak baik, lalu bagaimana hati (pikiran) berubah? Apakah harus bergembira di atas penderitaan orang lain? Atau mengasihani mereka? Ketika orang lain berada dalam keadaan baik, apakah kamu seharusnya bersyukur dan berterima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa? Atau apakah kamu merasa, mengapa keadaan dia baik, sedangkan saya tidak? Oleh karena itu, pikiran atau hati berada di kealamian, pikiran yang muncul dengan sendirinya, baru merupakan pikiran yang berasal dari sifat dasarmu. Jika tidak muncul dengan sendirinya, maka itu adalah pikiran yang menyimpang, pikiran yang menyimpang bukanlah pikiran awalmu yang sesungguhnya, bukan pikiranmu yang semula. Sama seperti seseorang yang tidak pernah berpikir untuk membunuh orang, ketika keluarganya dibunuh orang lain, lalu dia ingin membalas dendam, maka dia mulai belajar untuk membunuh orang. Namun sesungguhnya, hati atau pikiran ini sudah menyimpang. Seperti banyak orang tua yang memiliki hubungan tidak harmonis, maka anak-anak mereka semenjak kecil sudah mengenal kebencian, merasa tidak bahagia. Logika yang sama. Kebencian yang dimiliki anak saat ini adalah dampak negatif yang diberikan orang tua kepada anaknya, sekalipun orang tua kalian tidak begitu, namun mungkin saja orang tua dari orang tua kalian sudah meninggalkan “jejak pikiran”seperti ini. Dari ilmu metafisika dikatakan, biasanya balasan karma akan berlangsung selama tiga generasi, ada pribahasa berbunyi, “Kekayaan tidak melebihi tiga generasi”. Sedangkan kemiskinan, akan terus berlanjut, karena ini adalah siklus perputaran negatif. Karena dia sudah miskin, lalu dia tidak membina pikiran, terus tidak melakukan perbuatan baik, memiliki ketamakan, kebencian, kebodohan, dan kesombongan, maka di kehidupan selanjutnya, dia akan kembali menjadi orang miskin, lalu terlahir lagi menjadi orang miskin, terus-menerus miskin.

Oleh karena itu,  harus memiliki “ben ran ti” – wujud yang semula, dengan kata lain dalam mempraktikkan Dharma, pikiran kita harus memunculkan “Wujud yang semula”. Apa itu wujud yang semula? Itu adalah suatu perwujudan yang memang sudah ada dan alami. Coba kalian pikirkan, sekarang ada berapa banyak orang yang bisa memaafkan orang lain? Kebencian akan menciptakan karma, yakni karma semua makhluk, sedangkan karma semua makhluk adalah karma bersama yang sering Master bahas dengan kalian. Apabila semua orang membenci orang ini, membenci negara ini, maka buah karma buruk dari negara ini akan muncul, buah karma buruk ini adalah perang, peperangan. Seperti perang Iran – Irak, mengapa mereka berperang sampai sekarang masih belum selesai? Karena mereka memiliki karma bersama, mereka memiliki satu kekuatan karma yang sama, karena mereka tidak bersedia melepaskan dendam dan kebencian mereka, mereka tidak bersedia menguraikan kebencian mereka, mereka tidak mau mengubah dendam yang ditinggalkan oleh leluhur mereka, oleh karena itu, karma ini menyebabkan anak cucu mereka terus saling membalas. Ini karena leluhur mereka tidak mengumpulkan jasa kebajikan, sehingga menyebabkan generasi penerus mereka terus menciptakan karma baru, terus menderita. Apabila kedua belah pihak bisa saling memaafkan, kedua negara Iran – Irak berhenti berperang, bukankah anak cucu mereka akan berbahagia seterusnya? Inilah prinsip kebenaran Buddha Dharma, yang kita pelajari adalah prinsip kebenaran Buddha Dharma ini. Akan tetapi ada berapa orang yang bersedia memaafkan orang lain? Inilah suatu akar sifat buruk seseorang yang menciptakan buah karma buruk bagi dirinya. Oleh karena itu, bila membenci orang lain, pasti akan “Membayar”, ini akan menyakiti diri sendiri, dan akan diwariskan ke generasi berikut.

Jangan membenci orang lain, masalah sebesar apapun juga harus memaafkan orang lain, ini baru disebut Bodhisattva. Mengapa kalian setelah melakukan begitu banyak hal-hal jahat, kalian melafalkan beberapa kali Li Fo Da Chan Hui Wen, lalu Bodhisattva memaafkan kalian? Karena Ia adalah Bodhisattva. Sedangkan kalian, apakah bisa memaafkan orang lain? Setelah gagal dalam hubungan asmara, walaupun di mulut berkata, “Saya tidak membenci”, apakah hati benar tidak benci? Jika teringat kembali, pasti merasa benci. Coba pikirkan yang Master katakan itu benar? Apakah Ajaran Buddha Dharma benar? Apa yang dimaksud dengan wujud semula, yaitu hati atau pikiran adalah sifat dasar yang paling semula. Ketika melihat orang lain tertimpa bencana, merasa mereka sangat kasihan, perasaan ini muncul dari wujud semula, ini adalah karakteristik asli manusia. Karakteristik asli manusia adalah berhati nurani, karakteristik asli manusia penuh belas kasihan, karakteristik dasar manusia adalah “jika hidupmu baik, saya turut senang; Hidupmu tidak baik, saya turut sedih”, ini baru dinamakan berhati Bodhisattva. Inilah wujud semula, inilah karakteristik dasar manusia.

Karakter dasarmu adalah pikiranmu, pada dasarnya hati atau pikiranmu tidak memiliki iblis. Ada orang yang bertanya kepada Master: “Master, bukankah ada iblis di dalam hati (pikiran)? Mengapa kamu mengatakan tidak ada?” Karena sesungguhnya, iblis ini kamu sendiri yang “mengundangnya”. Misalnya, kamu ingin punya uang, maka harta kekayaan membuat kamu “Kerasukan iblis” – terobsesi; Kamu ingin berjudi, maka perjudian membuatmu ketagihan. Benar tidak? Apabila hari ini kamu ingin makan, maka kamu juga bisa terobsesi dengan makanan; Hari ini kamu ingin tidur, maka orang lain mengatakan kamu kerasukan “Iblis tidur”; Jika hari ini kamu berusaha keras mengejar sesuatu hal, maka tekanan dalam pikiranmu akan menjadi semakin besar, membuatmu memiliki iblis hati. Oleh karena itu, sesungguhnya tidak ada iblis di hati, karena hati atau pikiranmu yang paling awal tidak memiliki iblis, namun kalian sendiri yang memasukkannya. Oleh karena itu, harus ingat bahwa hati (pikiran) berada dalam kealamian, jangan ada iblis di dalam hati (pikiran).

Kalian membina diri sampai akhirnya bahkan tidak ada semua makhluk dalam pikiran, mengerti? Kalian mungkin akan bertanya: Master bukankah meminta kita untuk memikirkan semua makhluk? Mengapa membina diri sampai akhirnya tidak ada semua makhluk lagi? Karena semua makhluk sudah tersimpan di dalam kesadaran kedelapanmu, sudah tertanam di lubuk hatimu yang terdalam, maka tidak terlihat olehmu. Contoh, sebutir nasi diletakkan di depan matamu, kamu bisa melihat butiran nasi ini, namun ketika ia nempel di mulutmu, maka kamu tidak dapat melihat butiran nasi ini lagi. Bahkan “Semua makhluk pun tidak ada”, apa maksudnya? Ini merujuk pada sisi luar, sebenarnya di hatimu yang paling dasar memiliki semua makhluk. Contoh sederhana: Hari ini kamu mengantarkan anak ke sekolah, kamu sangat menyayangi anak ini. Ketika anak berjalan masuk ke sekolah, kemudian berkata kepadamu, “Sampai ketemu mama…”, lalu anak pergi. Apakah masih ada anak? Sudah tidak ada bukan? Akan tetapi apakah anak berada di dalam hatimu? Ada. Kamu bisa mengkhawatirkan anak apakah akan bagaimana dan bagaimana, benar tidak? Sekarang sudah mengerti? Ini yang dinamakan, sepertinya tidak terlihat semua makhluk di luar, namun hatimu dipenuhi oleh semua makhluk. Sama seperti Master, setiap kali melakukan suatu hal, terlebih dahulu akan memikirkan semua makhluk, sedangkan kalian terlebih dahulu memikirkan diri sendiri, inilah perbedaan antara Bodhisattva dengan manusia biasa. Dalam segala hal, Master selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu, ini dinamakan, memiliki semua makhluk di hati, di dalam karakteristik dasar Master memiliki semua makhluk, bukan tampilan luar aja. Jika di tempat iblis berada, terdapat semua makhluk, maka semua makhluk ini hanya akan menjadi beban bagimu. Contoh sederhana, apa makna semua makhluk bagi kalian? Yaitu anak, istri, suami, orang tua, dan lainnya itu adalah “semua makhluk” bagi kalian, itu adalah beban kalian, karena kalian tidak bisa melepaskannya. Sesungguhnya hubungan mereka dengan dirimu, kamu hanya bisa berusaha semampunya di dunia ini, sedangkan dirimu yang sesungguhnya tidak mampu menyelamatkan mereka – ini semua tergantung dari akar pembinaan diri mereka. Sama seperti banyak anak setelah dewasa tidak mendengar perkataan orang tua, tunggu sampai ibu membina diri, anaknya baru ikut membina diri. Oleh karena itu, terhadap semua makhluk, harus mampu melepaskan, harus bisa menolong, dengan begitu tidak akan menjadi halangan karma buruk bagimu. Kalian tahu bahwa anak juga merupakan halangan karma buruk, orang tua juga merupakan halangan karma buruk. Jika tidak berjodoh tidak akan datang, bila tidak ada karma tidak akan datang, semua adalah halangan karma buruk dan kekuatan karma dari kehidupan sebelumnya, maka baru bisa bersama di kehidupan ini.

Selanjutnya membahas tentang, pikiran yang kosong baru bisa menyimpan cahaya, menaungi dunia kepada kalian. Hanya jika pikiran  kosong, kamu baru bisa menerima terang cahaya. Hari ini saya melihat sebuah foto, di foto ini terdapat sebuah gua dengan danau di dalamnya, air di dalam danau sangat jernih, akan tetapi dari seluruh gua hanya ada satu lubang di mana cahaya matahari bisa masuk ke dalamnya. Apakah kalian tahu apa maksudnya? Karena ada cahaya matahari yang bersinar masuk, maka seluruh gua berubah menjadi terang. Karena ia adalah lubang kosong, maka cahaya matahari baru bisa masuk; Jika lubang ini tersumbat oleh batu, menurut kalian apakah cahaya ini masih bisa masuk? Jika hari ini di dalam hati kalian masih ada kebodohan, masih membenci orang lain, masih ada ketamakan, hatimu ini telah diselubungi oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan, menurutmu bagaimana cahaya Bodhisattva bisa masuk meneranginya? Hanya di saat kamu sudah kosong, sudah bersih, tidak memikirkan apapun, di saat kamu sudah bersih, maka sinar dari Bodhisattva baru bisa masuk. Ini yang disebut “guang ming cang” – menyimpan cahaya. Membuat  terang cahaya tersimpan di dalam hatimu, dengan begitu hatimu akan dipenuhi oleh cahaya; Jika kamu menyimpan ketersesatan dan kejahatan di dalam hati, maka hatimu akan dipenuhi oleh kejahatan; Jika kamu menyimpan dendam di hati, maka hati kamu akan dipenuhi oleh kebencian. Benar tidak? Banyak orang tidak senang dengan orang lain karena mereka menyimpan kebencian, kesalahan yang dilakukan orang lain di dalam hati mereka, oleh karena itu, menyebabkan terlahirnya kebencian dan keburukan di dalam hatimu. Harus bersabar dan tekun memajukan diri,  harus belajar untuk bersabar dan berpikiran terbuka, dengan begitu, hati dan pikiranmu baru akan terang bercahaya, dan energi negatif orang lain tidak akan bisa masuk. Apabila hatimu selamanya terang bercahaya, maka hati dan pikiranmu baru bisa selamanya abadi di dunia ini, sampai puluhan ribu tahun lamanya; Namun jika hati dan pikiranmu sangat kotor dan bau, setiap hari memikirkan kejelekan orang lain, membenci orang lain, maka pikiranmu akan terus dipenuhi dengan keburukan. Harus bisa melepas, hanya dengan menjadi kosong baru bisa menyimpan cahaya, selain itu bisa menaungi seluruh dunia, kesadaran spiritual seperti ini adalah kesadaran spiritual Bodhisattva. Ketika hati atau pikiranmu bisa menyimpan cahaya, menyimpan matahari, bisa menaungi segalanya, maka kamu memiliki terang cahaya, kamu sudah mencapai kesadaran spiritual Bodhisattva.