Selalu Bersyukur, Selalu Sukacita Dalam Dharma, Melepaskan Perolehan dan Kehilangan, Menghargai Hidup (Bagian 2) 常怀感恩 常生法喜 放下得失 珍惜人生(下)

Seminar Dharma Selandia Baru, 27 April 2014

Selalu Bersyukur, Selalu Sukacita Dalam Dharma, Melepaskan Perolehan dan Kehilangan, Menghargai Hidup (Bagian 2)

Kita jangan mengeluh tentang karma (sebab-akibat), karena karma itu sungguh nyata dan akurat. Karma berarti benih sebab yang kamu tanam hari ini pasti akan membuahkan akibatnya. Ada seorang tukang kayu tua di kuil yang akan pensiun. Dia berkata kepada kepala biara, “Saya ingin pulang ke rumah untuk pensiun, tidak ingin berada di kuil lagi. Saya ingin menjalani hidup bahagia dan leluasa selagi saya masih hidup.” Kepala biara tua itu tidak merasa tidak rela melepaskannya, hanya bertanya: “Bisakah kamu membangun satu rumah lagi untuk saya?” Tukang kayu tua itu berkata, “Boleh.” Tetapi semua orang dapat melihat bahwa hatinya tidak lagi berada di kuil ini. Dia menggunakan bahan-bahan lunak dan melakukan pekerjaan kasar, serta membangun rumah dengan sembarangan. Kepala biara tidak tahu dia telah membangun rumah yang begitu buruk. Dia penuh welas asih mengambil kunci dan memberikannya kepada tukang kayu tua itu, sambil berkata: “Ini adalah rumah yang saya berikan kepada Anda. Mohon Anda jangan sungkan.” Tukang kayu tua itu tertegun dan merasa sangat malu. Sejak saat itu, tukang kayu tua itu mengabdikan dirinya untuk menekun Dharma. Dia sangat memiliki kebijaksanaan, menerima segala sesuatu, dan menoleransi segalanya. Dia bekerja di kuil selama tiga puluh tahun, membina diri selama lima puluh tahun, dan meninggal dunia tanpa penyakit apa pun.

Orang yang tidak memahami orang lain berarti menipu dirinya sendiri. Seseorang harus memahami orang lain dan menghormati orang lain. Orang lain bisa menciptakan sebab, mengapa saya tidak boleh menciptakan sebab? Karena kamu sedang melindungi sifat diri yang utuh dan hati nuranimu yang murni. Jangan nostalgia terhadap hal apapun, maka tidak ada halangan di dalam hati. Jika nostalgia, maka akan memiliki halangan di dalam hati. Praktisi Buddhis tidak memiliki kekhawatiran tentang penderitaan. Segala tingkat kesadaran spiritual, perolehan dan kehilangan berasal dari jodoh. Yang seharusnya milikku akan menjadi milikku. Yang bukan milikku, saya tidak menginginkannya. Walaupun kejahatan yang kita lakukan tidak akan segera terbalaskan. Seperti makanan yang baru saja rusak tidak akan segera mengeluarkan bau busuk. Namun karma jahat yang dilakukan manusia bukan tidak terbalas, melainkan perlahan-lahan akan menebarkan racun di dalam hati, perlahan-lahan akan menggerogoti jiwamu, dan mengganggu ketenangan hatimu. Seperti makan makanan busuk dan basi, perlahan-lahan akan merusak usus dan lambung. Oleh karena itu, pemikiran harus bersih. Jangan biarkan pemikiran diri sendiri memiliki kotoran sedikit pun. Jika ada titik busuk pada sebuah apel, maka seluruh apel akan segera membusuk. Ketika seseorang menderita kanker, dan memiliki satu titik, hal yang paling ditakuti adalah penyebarannya. Itulah sebabnya seluruh liver dan paru-paru harus diangkat saat operasi. Cara terbaik adalah jangan membiarkan racun apa pun yang mencemari pikiran kita dan membahayakan tubuh kita untuk tetap berada di dalam pikiran dan tubuh kita. Orang-orang sekarang yang ingin mendapatkan kesehatan, maka harus sehat jasmani dan rohani.

Jika keberkahan seseorang tidak cukup, dia akan sering mendengar benar dan salah. Orang yang memiliki berkah tidak akan sering mendengar orang lain mengatakan ini dan itu di telinganya. Jika berkah kurang, maka akan marah. Sering mengatakan orang lain akan membuat diri sendiri menderita. Sering mengatakan orang ini baik dan orang itu tidak baik, maka hatimu akan menderita. Lebih baik mengatakan pembinaan diri tidak cukup. Jangan mengatakan keburukan orang lain. Itu karena kita sendiri kurang pembinaan dan kesabaran. Penderitaan manusia dikarenakan selalu mengejar hal-hal yang salah. Mengejar hal-hal yang salah akan membuat diri sendiri menderita dan sedih. Kita menekuni Dharma dan berperilaku, apa yang kita anggap benar belum tentu benar, dan apa yang kita kejar belum tentu membawa kebahagiaan. Bersikaplah bijaksana.

Pada masa Dinasti Zhou Utara, ada seorang biksu bernama Shi Chan di ibu kota. Dia adalah seorang yang bermoral dan juga memiliki kekuatan supernatural. Suatu siang hari, dia tiba-tiba berjalan ke menara lonceng dan membunyikan bel, meminta semua orang untuk bersiap diri memasang dupa. Ketika semua orang bertanya mengapa, dia berkata: “Ada ruang ceramah di kuil di Jiangnan akan runtuh dan akan menindih ribuan orang sampai mati. Berharap semua orang dapat melafalkan paritta dengan tulus, agar mereka dapat menguraikan hubungan buruk dan melewati rintangan ini.” Sebulan kemudian, berita datang dari Jiangnan bahwa lebih dari seribu orang di Kuil Zhongzhen di Yangzhou sedang mendengarkan paritta dan membabarkan Dharma, tiba-tiba ada keharuman yang khas dan suara pelafalan sutra Sansekerta terdengar dari gerbang utara, melewati ruang ceramah dan keluar dari gerbang selatan. Orang-orang sangat kaget dan mengikuti suara keluar dari kuil. Begitu semua orang keluar dari ruang ceramah, ruang ceramah tersebut runtuh, tidak ada korban jiwa. Mengapa orang-orang melafalkan paritta di sini dan orang-orang di sana dapat terhindar dari bencana? Karena praktisi Buddhis adalah welas asih. Semua dharma ada di dalam hatinya. Praktisi Buddhis memiliki hati yang selaras satu sama lain. Praktisi Buddhis dapat membuat keluarga aman, dan dunia menjadi damai, inilah doa harapan praktisi Buddhis. Ketika hati praktisi Buddhis terhubung satu sama lain, maka akan ada respon spiritual dari doa harapan. Ketika anak melakukan perjalanan bisnis, ibu akan mengetahui keberadaan anaknya, karena ketika anak melakukan perjalanan jauh ribuan mil, ibunya khawatir. Semua orang memiliki respon spiritual. Selama kamu membantu orang lain dengan sepenuh hati, selama kamu mencintai orang lain dengan sepenuh hati, orang lain pasti akan merasakannya. Praktisi Buddhis harus meneladani Guan Shi Yin Pu Sa untuk mencintai semua makhluk, maka semua makhluk pasti akan merasakannya, pasti akan menekuni Dharma lebih baik, dan semua makhluk juga pasti akan lebih mencintai kalian.

Orang bijak akan diam-diam mendoakan orang lain, itu merupakan berdana yang tidak terlihat. Orang yang sepanjang hari memuji kalian, berseru kagum kalian, mengatakan bahwa kalian sangat baik itu bukanlah seorang Guru yang bijak. Orang yang mengkritik kalian dan menunjukkan kekurangan kalian setiap hari adalah kaum intelektual yang baik. Mengapa kita tidak melakukan kesalahan saat kecil? Karena ada orang tua yang terus mendidik kita ketika masih kecil, ada guru di sekolah yang mendisiplinkan saya. Jadi, kita tidak membuat kesalahan besar. Mengapa setelah kita lulus dan pergi ke tempat kerja, akan ada masalah dalam pernikahan, keluarga, tubuh, dan karir? Karena tidak ada orang yang mengatur kita, kita sudah mandiri, maka kita tidak membuat kemajuan. Berharap semua orang menjadikan buku-buku Buddhis, paritta Buddhis, dan prinsip-prinsip Buddhis sebagai teladan, dan selalu mengamati apakah diri sendiri berjalan ke arah yang benar. Berjalan selangkah dan melihat tiga langkah baru tidak akan salah jalan. Memiliki guru yang bijak untuk membimbing akan lebih baik. Berharap semua orang bisa menekuni Dharma dengan baik. Mengikuti Guan Shi Yin Pu Sa untuk menemukan jalan kebijaksanaan di alam kerisauan ini.

Terkadang kita selalu merasa bahwa kita hidup dengan sangat malang dan menderita di dunia. Sebenarnya, ada lebih banyak orang yang menderita di dunia ini daripada kita. Sebelum datang ke Selandia Baru, saya melihat sebuah berita. Sepasang pengantin baru bertabrakan dengan truk besar dengan sepeda motor dan dilarikan ke rumah sakit, istrinya sudah hamil 7 bulan. Anak dalam kandungan berhasil diselamatkan, tetapi kedua orang tuanya meninggal, sungguh menyedihkan. Anak ini tidak memiliki orang tua sejak ia lahir, dan kita masih merasa risau terhadap hal-hal kecil setiap hari. Setiap hari kita masih memikirkan sepatu apa yang harus kita pakai. Pikirkanlah berapa juta orang di dunia yang tidak memiliki kaki? Kita sudah memiliki apartemen tetapi masih ingin punya villa, setelah punya villa dan masih ingin pindah ke tepi pantai. Kita punya mobil ini hari ini dan masih menginginkan mobil itu. Kapan kita akan merasa puas? Berpuas diri dan selalu bahagia adalah konsep Buddha yang terbaik, dapat membuat kita melepaskan diri.

Orang tua kita telah bekerja keras untuk kita sepanjang hidup mereka. Apa yang telah mereka peroleh? Mereka tidak mendapatkan apapun, namun pergi meninggalkan kita dengan begitu saja. Dan sekarang ini kita pun sama seperti orang tua kita yang bekerja keras demi anak-anak. Kebahagiaan sejati demi anak bukanlah meninggalkan harta dan uang, melainkan meninggalkan kebajikan. Berharap mulai sekarang, semua orang bisa lebih banyak melafalkan paritta, harus memiliki moral, belajar untuk menjadi orang baik, dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak. Biarkan anak-anak belajar Buddha Dharma sama dengan memberikan mereka puluhan ribu tak terhitung jumlahnya, kamu baru bisa tenang dan merasa nyaman.

Kita harus menekuni Dharma dengan baik. Dalam menekuni Dharma harus menjalankan sila. Sila adalah menutup celah kebajikan. Hanya ketika seseorang memiliki sila maka dia tidak akan melakukan kesalahan. Tidak melihat yang tidak seharusnya dilihat, tidak melakukan yang tidak seharusnya dilakukan. Saya tidak menginginkan yang bukan milik saya. Saya tidak akan mendengarkan yang tidak seharusnya didengar, karena jika mendengarnya, itu akan menambah kerisauan saya. Guru Konfusius telah mengatakannya: “Jangan mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan, jangan mendengarkan sesuatu yang tidak seharusnya didengar, dan jangan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.” Tidak peduli suara apapun di dunia luar, kita harus mendengarkannya suara Buddha di dalam hati kita.

Ada seorang biksu kecil yang dikirim ke kuil untuk menjadi biksu sejak dia masih kecil. Pamannya merasa dia sangat kasihan. Dari kecil di kuil, tidak pernah menikmati kebahagiaan di dunia. Paman pergi menemui biksu kecil itu dan bertanya: “Keponakan, apakah kamu bahagia?” Biksu kecil itu berkata: “Saya sangat bahagia, sangat gembira. Saya mengikuti Master melafalkan paritta dan mendengarkan ajaran setiap hari. Saya sangat senang. Ada orang yang memasak untuk saya. Semua orang menjaga saya.” Paman berkata, “Kamu tidak mengerti.” Kemudian diam-diam dia membawa keponakannya keluar dari kuil dan mengantarnya ke rumah seorang teman kaya. Rumahnya sangat mewah, dengan jendela-jendela terang dan banyak sinar matahari, dan kemudian dia kembali sibuk dengan bisnisnya. Sebulan kemudian, dia teringat bahwa keponakannya masih berada di rumah temannya. Dia pergi ke rumah temannya untuk melihat keponakannya dan bertanya: “Buddhaku, apa kabarmu? Paman telah melupakanmu. Lihatlah betapa nyamannya di sini. Apakah kamu merasa bahagia? Apa perasaanmu?” Biksu kecil berkata: “Saya merasa kuil ini lebih besar dari kuil kami, dan sinar matahari di sini lebih memadai.” Meskipun kamu menempatkannya di lingkungan lain, hatinya tetap berada pada Buddha, dia tidak merasakan perbedaan apa pun. Berharap, apa pun kesulitan yang kalian hadapi, bayangkan ini: Saya adalah orang yang memiliki pembinaan diri. Saya adalah orang yang baik hati. Saya adalah orang yang penuh kasih sayang dan membantu orang lain. Orang ini akan selalu dihormati oleh orang lain. Inilah prinsip Buddhis di dunia.

Kita harus memahami, tidak peduli apapun yang kita hadapi, tetap merasa bahwa ini adalah ujian dari Bodhisattva kepada kita. Manusia tidak boleh menjadi budak raga dan nafsu keinginan. Pembebasan adalah jalan yang benar. Ada sebuah kisah dalam “Zhuangzi” tentang seorang pria yang sangat pandai berbicara. Dia mengalahkan lawannya dengan kefasihannya yang luar biasa, dia sangat sombong. Zhuangzi mengatakan kepadanya dengan sangat serius: “Sebenarnya, bagi dirimu sendiri, kamu telah gagal total. Menggunakan keterampilan argumentasimu yang luar biasa untuk menyangkal prinsip benar orang lain. Pihak lain telah kehilangan martabat dan gengsinya. Dia pasti akan merasa benci dan marah terhadapmu. Ini akan memutuskan jodoh dirimu dengan orang lain dan mendorong keinginan orang lain untuk membalas dendam.” Banyak dari kalian di sini yang pandai bernalar. Banyak ibu yang terus mengatakan banyak kebenaran di rumah, tetapi kebenaran ini belum tentu benar. Berharap semua orang tahu untuk melepaskan orang lain. Saatnya melepaskan maka harus melepaskannya, bersikaplah belas kasih kepada orang lain. Kita harus memikul banyak tanggung jawab dalam menekuni Dharma dan berperilaku sebagai seorang manusia. Di dunia ini, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mengubah setiap lawan menjadi teman. Hanya persahabatan, perdamaian dan toleransi yang merupakan kekayaan paling berharga bagi manusia.

Hari ini Master datang melihat kalian dan berteman dengan kalian. Kita semua adalah teman baik. Master mengunjungi kalian tahun lalu, dan hari ini saya bertemu banyak teman baik, saya sangat senang, ini adalah persahabatan. Lebih banyak persahabatan maka akan berkurang kebencian. Berharap semua orang memahami untuk memiliki kekayaan popularitas. Dengan adanya popularitas, akan ada sumber daya finansial, dan adanya sumber daya finansial kita baru bisa bersatu kembali. Berharap semua orang berpikiran terbuka dan toleran, serta memahami arti jalan tengah. Saat melakukan sesuatu, kita harus meninggalkan jalan untuk orang lain, dan juga harus meninggalkan jalan untuk diri kita sendiri. Jika tidak meninggalkan jalan untuk diri sendiri, maka akan memutuskan jalan diri sendiri. Praktisi Buddhis harus memahami naik turunnya segala jodoh nidana, dan tidak terpengaruh olehnya, itulah jalan tengah.

Segala sesuatu terjadi pasti ada alasan, jika setiap orang dapat melihat kekurangannya, maka jawabannya akan berbeda. Saat menghadapi konflik dan perselisihan, pertama-tama harus memikirkan apakah dalam diri kita merasa bersalah, lalu kamu akan bisa melepaskannya dan berpikiran terbuka. Jika kamu ingin menjalani kehidupan yang lebih leluasa, kamu hanya dapat hidup dengan lebih biasa. Jika kamu ingin menjalani kehidupan yang lebih mulia, kamu hanya dapat menjalani kehidupan yang lebih menderita. Jika kamu ingin menjalani kehidupan yang lebih lama, kamu harus hidup dengan lebih sederhana.

Sebagai manusia, kita dalam berbicara maupun melakukan sesuatu mesti mencapai tingkat yang tepat. Makna hidup adalah menempatkan diri pada posisi orang lain, mengkhawatirkan kekhawatiran orang lain dan bersukacita atas kebahagiaan orang lain, inilah yang dikatakan dalam Buddha Dharma “Orang lain terluka, saya yang kesakitan”. Dalam menekuni Dharma, kita harus bersikap baik hati, ini adalah fondasinya. Murni dan baik hati adalah sifat dasar. Orang yang tidak berbakti tidak bisa menekuni Dharma dengan baik. Kita perlu rasional, ketika jiwa kita sangat bebas, kita akan memiliki rasional. Seseorang yang membuat orang merasakan keindahan, itu bukan karena penampilan luarnya yang cantik, melainkan dia tidak perhitungan akan perolehan dan kehilangan. Dia bisa melepaskan apapun, tidak masalah. Hal apapun selalu mendahulukan orang lain baru dirinya sendiri. Ini barulah keindahan yang sesungguhnya. Menekuni Dharma harus meneladani laut. Laut begitu luas, tetapi selalu berada di tempat terendah. Harus belajar hidup bagaikan padi, semakin tinggi bulirnya, namun menunduk semakin rendah. Inilah hati para praktisi Buddhis.

Seorang pria yang berada dalam kesulitan meminta nasihat kepada Guru. Dia berkata, “Saya adalah orang yang sangat gagal. Semua yang saya lakukan berakhir dengan kegagalan. Apa yang harus saya lakukan?” Guru berkata, “Saya sarankan kamu membaca Majalah Times tahun 1970 halaman 930. Kamu akan mendapatkan sesuatu darinya” Pria itu pergi dan mencari artikel yang berkaitan. Itu artikel tentang Ty Cooper, pemain kasti terbaik di dunia. Bintang yang masuk Hall of Fame ini. Dia memiliki rata-rata pukulan seumur hidup sebesar 367 kali, dikenal sebagai Raja Pukulan. Setelah melihatnya, dia pergi ke Master: “Guru, apa yang Anda minta saya lihat adalah rata-rata pukulan Ty Cooper 367.” Master itu berkata: “Benar sekali. Pukulan 367, rata-rata berhasil setiap 3 kali, yang artinya dia gagal lebih dari 500 kali. Kamu seharusnya sudah menyadari kebenaran menjadi manusia, kan?” Pria itu berkata: “Haha, ternyata dia juga banyak gagal, sama seperti saya.” Jadi, seringkali kesuksesan datang dari kegagalan. Hanya dengan membuka diri dan bertahan dengan tenang, kegagalan baru akan berubah menjadi kesuksesan.

Manusia memasuki dunia fana segera setelah mereka dilahirkan, sehingga disebut dunia fana yang bergejolak, yang berarti penderitaan. Kita tidak dapat terlepas dari kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian, serta uang, rupa, ketenaran, makanan dan tidur. Kegembiraan semuanya tidak bertahan lama, kita harus melihat melampaui dan melepaskannya, karena dunia yang kita tinggali hanyalah ilusi. Tunggu ketika pejabat Hitam dan Putih tiba, semua ketenaran, pengetahuan, dan kekayaan yang kita miliki di dunia ini akan lenyap. Kita tidak boleh memiliki kebencian, harus tahu untuk menyesuaikan jodoh dan mengubah nasib, dan harus sering bertobat. Apakah hubungan saya dengan istri baik-baik saja hari ini? Saya bertobat atas kesalahan yang saya lakukan. Apakah saya memperlakukan orang dengan baik hari ini atau tidak, saya harus memperbaikinya sesegera mungkin. Jika tidak, saya akan ditakdirkan untuk bereinkarnasi di enam jalan sesuai karma saya. Orang akan dalam reinkarnasi tanpa mengetahui hidup dan mati. Saya bertengkar dengan istri saya hari ini, dia akan membalas besok, dan kami akan bertengkar lagi lusa, ini juga merupakan reinkarnasi. Kita sedang berjuang di lautan penderitaan di dunia ini, kita tidak mendapat pembebasan.

Konfusianisme mengajarkan bahwa “orang yang baik hati mencintai orang lain.” Orang yang tahu untuk mencintai orang lain adalah orang yang welas asih. Kita harus belajar bersabar. Kesabaran adalah dasar untuk memberi manfaat kepada orang lain. Seseorang yang tidak bisa sabar akan kehilangan kebebasan. Jika kamu tidak bisa bersabar saat menunggu lampu lalu lintas, SIM kamu akan dicabut, kamu tidak bisa mengemudi lagi. Jika istri dan suami tidak bisa tidak sabar, keluarga akan segera hilang. Kehidupan manusia itu singkat, ketenaran dan kekayaan lenyap dalam sekejap.

Hidup ini singkat, apa yang dimiliki hari ini, itulah yang dimiliki, dan apa yang tidak dimiliki hari ini adalah yang tidak dimiliki. Jika kamu menghargai hari ini, kamu akan memiliki hari ini. Jika kamu menghargai kehidupan, kamu akan memiliki kehidupan. Jika kamu menghargai keluarga dan semua orang, kamu akan memperoleh berkah. Jika kamu menghargai kasih Buddha, kamu akan memiliki jodoh Kebuddhaan. Semoga semua teman yang datang hari ini harus mengerti untuk menghargai, siapa yang memberikan kalian segalanya, siapa yang membesarkan kalian, siapa yang mencintai kalian, harus menghargai semuanya, harus memiliki rasa syukur. Lebih banyak rasa syukur, maka akan lebih banyak welas asih. Orang yang sesat seumur hidupnya hidup dalam perolehan dan kehilangan. Orang yang tersadarkan selalu hidup dalam kebijaksanaan yang murni.

Seseorang yang mempunyai pikiran perolehan dan kehilangan, dia pasti akan memiliki rasa takut. Misalnya, membeli saham takut turun, menyampaikan cinta kepada seseorang takut ditolak, keluar rumah naik kendaraan takut kecelakaan, berbisnis dan belum buka toko, namun sudah takut rugi… Ini adalah pikiran perolehan dan kehilangan yang menimbulkan rasa takut. Sekarang harus tambah satu lagi, setelah menikahi istri, namun setiap hari khawatir apakah dia akan meninggalkan saya nanti, ini adalah perasaan perolehan dan kehilangan. Orang yang dalam satu pemikiran, ketika kehilangan, juga akan mendapatkan hasilnya. Berharap semua orang dalam perjalanan hidup, hendaknya melihat kedepan saat bertemu sinar matahari; saat menghadapi bencana dan kesulitan, harus berpikir bahwa cepat atau lambat itu akan bubar seperti awan gelap; harus memahami bahwa datang pergi, ada perolehan dan kehilangan, bebas dan leluasa. Di dunia ini, lahir tidak membawa apa-apa, mati juga tidak membawa pergi apa-apa. Jodoh ada di dalam hati, selamanya harus mengerti untuk menghargai. Jika kita ingin menyempurnakan kehidupan, maka harus menekuni Dharma dengan baik, membantu orang lain, dengan begitu, baru bisa hidup dengan leluasa.

Terakhir, semoga semua praktisi Buddhis yang baik hati, welas asih, dan bijaksana agar bisa tekun, bisa mengatasi kesulitan dan kerisauan diri sendiri di dunia. Lepaskan pikiran kerisauan diri sendiri, dan melihat ke depan. Dalam “Sutra Vajra” mengatakan: “Pikiran masa lalu tidak dapat diperoleh, pikiran saat ini tidak dapat diperoleh, dan pikiran masa depan tidak dapat diperoleh.” Apa yang kamu dapatkan hari ini akan hilang besok. Jika kamu belum mendapatkannya besok, jangan mengkhawatirkannya. Yang kamu dapatkan di masa lalu sudah berlalu. Hati harus tertuju pada Buddha, selamanya harus melupakan kekurangan orang lain, melupakan kesakitan yang dilakukan orang lain terhadap dirimu sendiri, memiliki pemikiran tanpa keegoisan, maka wawasan dan cara melakukan sesuatu akan lebih luas. Belajar Buddha Dharma adalah menjadi orang. Menjadi orang berarti menjadi Buddha. Berhasil menjadi orang berarti berhasil menjadi seorang Buddha. Semoga semua orang mengenal Dharma. Raga manusia sulit didapatkan namun sekarang sudah memilikinya, Buddha Dharma sulit dikenal namun sekarang sudah mengenalnya. Semoga semua orang diberikan kesehatan yang baik dan tekun belajar Buddha Dharma.