Mempertahankan Welas Asih, Hati Nurani akan Menyertai; Lepaskan Kebencian, maka akan Tersadarkan (Bagian 2) 留得慈悲心还在 舍去瞋恨悟还存(中)

Seminar Dharma Sydney, 25 Januari 2014 (Bagian 2)

Mempertahankan Welas Asih, Hati Nurani akan Menyertai; Lepaskan Kebencian, maka akan Tersadarkan

Seseorang mempunyai dua kehidupan, yang satu disebut kehidupan nyata, dan yang satu lagi disebut kehidupan jiwa. Kehidupan nyata tidak mampu menghilangkan penderitaan kehidupan jiwa manusia. Banyak orang bekerja keras untuk menghasilkan uang dalam kehidupan nyata, tetapi pada akhirnya tertipu, sangat menderita. Beberapa orang makan, minum, pelacur, dan berjudi demi mengejar kebahagiaan kehidupan nyata, yang akan segera membuat jiwa mereka menderita. Jadi kehidupan nyata tidak bisa menggantikan kehidupan spiritual. Ada banyak tunawisma di Australia yang mabuk dan menghabiskan seluruh uangnya untuk narkoba. Tubuh mereka mendapatkan semacam kenikmatan ketika mereka minum dan berjudi, namun kemudian jiwa mereka akan sangat menderita, karena mereka tidak memiliki apa-apa lagi. Jika kehidupan jiwa dijalani dengan rasa puas dan selalu bahagia, maka dapat membebaskan penderitaan kehidupan nyata. Kita orang-orang yang datang hari ini sudah merasa puas. Saya bisa mengenal ajaran Buddha Dharma hari ini. Saya sehat hari ini, tidak menderita di rumah sakit seperti ratusan ribu pasien kanker. Saya bersyukur. Gigi saya tidak sakit hari ini, saya bersyukur. Saya tidak punya kerisauan atau hutang hari ini, saya bersyukur.  Kepuasan spiritual membawa kepuasan fisik. Berharap semua orang mengerti untuk menghargai dunia spiritual dan dunia jiwa diri sendiri, harus memahami untuk mencintai semangat dan jiwa, jangan merosot. Jangan melakukan hal-hal yang merugikan alam, karena setelah kamu melakukannya, pikiranmu akan gelisah. Begitu semangatmu ambruk, seluruh hidupmu akan kehilangan maknanya. Mengapa banyak anak muda yang bunuh diri? Karena ketika mereka benar-benar kehilangan atau gagal memperoleh kebutuhan spiritual atau material tertentu, maka kehidupan jiwa mereka akan hilang, kehidupan nyata akan menjadi suram, dan mereka akan perlahan menuju kematian.

 

Pada masa Dinasti Tang, ada seorang awam bernama Peng Yin yang sangat kaya raya dan sangat tercerahkan. Semasa hidupnya, anak-anaknya sering bersaing untuk memperebutkan harta bendanya. Ketika ia sudah tua, suatu hari ia memuat seluruh harta keluarganya ke dalam sebuah kapal besar, mengarunginya ke tengah sungai, dan menenggelamkan semua harta emas dan perak ke dalam sungai. Banyak orang berkata: “Mengapa kamu melakukan ini? Mengapa kamu tidak menggunakan uang untuk melakukan jasa kebajikan? Kamu melakukan beberapa perbuatan baik untuk membantu orang lain juga bagus. Peng Yin, orang awam berkata: “Hal baik tidaklah sebaik tiada hal. Tiada hal barulah hal yang benar-benar baik.” Karena di dunia ini, setiap orang mempunyai permohonan dalam berbuat baik, semuanya menginginkan pembalasan. Ini bukanlah perbuatan baik untuk orang lain. Orang harus memahami bahwa keselamatan adalah berkah. Saya memohon keselamatan, supaya jangan sampai generasi mendatang menggugat ke pengadilan demi harta emas dan perak saya. “Kisah ini menunjukkan bahwa kita harus mewariskan kebajikan kepada anak dan cucu kita, bukan mewariskan berkah.

 

Beberapa orang melanggar hukum dan masuk penjara. Penjara menutup kebebasan bergerak mereka. Meskipun beberapa orang memiliki kebebasan pribadi, tetapi karena tekanan dan penderitaan, hati mereka penuh dengan kerisauan dan terbelenggu, hidup sangat menderita. Batin ibarat terkurung dalam penjara yang tak terlihat. Masih ada hari  untuk terbebaskan setelah menjalani hukuman di penjara, namun kesusahan dan penderitaan batin di dunia, belenggu diri yang berat, gelap tidak ada hari cerah, sangat sulit untuk membebaskan diri. Hanya sedikit dari kalian yang hadir di sini hari ini yang tidak memiliki kerisauan. Hanya sedikit yang hatinya bisa benar-benar terbebaskan, tidak bisa tertawa karena masih memiliki belenggu di dalam hati, memikirkan anak harus bagaimana, istri harus bagaimana dan bagaimana dengan penyakit di tubuh. Ini adalah belenggu yang tidak terlihat, lebih buruk daripada dikurung di penjara. Tidak boleh ada penderitaan di dalam hati. Penderitaan fisik akan berakhir, tetapi penderitaan batin selamanya tidak akan berakhir.

 

Ada seorang pria yang mencuri 300 yuan dari orang lain ketika dia masih kecil. Waktu berlalu cepat, 30 tahun telah berlalu. Dia masih merasa bersalah atas dosa masa kecilnya, dan selalu sangat menderita. Sekarang dia adalah seorang pengusaha dan sangat kaya, tetapi dia telah menderita siksaan batin. Dia berusaha mencari tahu di mana keluarga yang dia curi ketika dia masih kecil. Akhirnya suatu hari dia menemukannya. Dia membawa satu cek berisi 300.000 yuan, tetapi pemilik rumah yang semula telah meninggal dunia. Anaknya keluar untuk menerimanya. Dia berkata: “Saya awalnya berhutang uang pada ayahmu, dan sekarang saya ingin membayarnya.” Anak itu berkata: “Ayah saya tidak mengatakan ada yang berhutang uang padanya ketika dia meninggal. Saya tidak dapat menerima uangmu ini.” Dia tidak punya pilihan selain menceritakan keseluruhan cerita dan berkata kepada anak itu: “Karena 300 yuan ini, batin saya telah tersiksa selama 30 tahun. Tidak bisakah kamu melepaskan saya, biar saya mendapatkan kebebasan? Jika seseorang melakukan hal yang bersalah pada orang lain, hatinya pasti akan menderita. Ketika seseorang akan meninggal, dia baru akan bersikap baik, baru akan merasa saya telah bersalah pada siapa. Konfusius berkata, “Ketika orang akan mati, perkataannya akan baik.” Ketika orang akan meninggal, yang diucapkannya semua adalah kata-kata yang baik. Coba kalian pikirkan, berapa banyak orang yang kalian  berutang perasaan dan berapa banyak orang yang kalian berhutang uang? Berapa banyak orang yang telah kalian sakiti? Ketika kalian akan meninggal, kalian akan berkata, saya bersalah kepada siapa, saya pernah menipu uang siapa? Karena ketika kalian akan meninggal, kalian akan menyadari bahwa hidup ini tidak kekal dan semuanya adalah kosong. Pada saat itu, kalian baru akan menyadari bahwa hati kalian bersalah. Oleh karena itu, harus melepaskan belenggu jiwa, jangan risau, jangan sedih, mengandalkan apa? Yang diandalkan bukanlah  benih sebab yang telah tertanam dan memperoleh buah akibat. Melainkan berharap kalian jangan menanam benih kejahatan, maka selamanya tidak akan menanggung buah karma buruk.

 

Di dalam penjara hati, hatimu sendirilah yang menjadi hakimnya. Hal-hal yang bertentangan dengan hati nuranimu mungkin lolos dari sanksi hukum dunia dan mata serta telinga dunia, namun Surga, Alam Akhirat, dan hati nuranimu semua mengetahuinya. Harus mengendalikan pikiran baik dan jahat diri sendiri. Kendalikan dengan baik keserakahan dalam hati sendiri,  keenam akar indrawi tidak boleh tercemari. Ada pepatah dalam Buddhisme Zen: “Jagalah kakimu”, yang artinya harus menjaga langkah-langkah dalam hati. Setiap langkah yang kita jalani, harus tidak mengecewakan hati nurani diri sendiri. Kita tidak boleh mengecewakan hati nurani dan tidak boleh mengecewakan orang lain ketika kita meninggal. Kita harus bisa bertanggung jawab terhadap semua orang, tidak menyakiti orang lain, tidak menanam benih karma buruk, dan tidak menciptakan buah karma buruk, sehingga kita tidak melakukan satu kesalahan pun dan menimbulkan penyesalan setelah akan meninggal. Oleh karena itu, setiap langkah kaki harus menuju kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan, menuju Surga dan menjauhi Neraka. Dengan menjaga kebaikan dan kejahatan maka langkah kaki kita akan semakin ringan dan cepat, belenggu kita baru akan terlepas. Kehidupan kita yang sebenarnya adalah hidup dalam kebebasan, harus menjalin jodoh baik secara luas, banyak menanam ladang berkah, agar kita hidup di dunia yang baik ini.

 

Bagi kita praktisi Buddhis, jika kita tidak dapat berpikiran terbuka, tidak tercerahkan, maka kita akan melakukan kejahatan, karena ketidaktahuan dan kemelekatan adalah kejahatan dalam pemikiran. Kelancaran dan ketidaklancaran pasti akan ada di dunia ini. Jangan peduli  apakah hari ini tidak bahagia atau tidak lancar, karena kita masih punya hari esok. Kelancaran dan ketidaklancaran adalah jodoh pendukung untuk mengikis karma dan menambah berkah dan kebijaksanaan. Alasan mengapa banyak orang belajar Buddha Dharma adalah karena keadaan mereka tidak berjalan dengan baik. Beberapa orang yang selalu lancar, mereka tidak akan pernah berpikir untuk belajar Buddha Dharma. Persaingan tidak bisa menghasilkan hal-hal yang indah. Jangan bersaing dengan orang lain. Kesombongan tidak bisa menghasilkan sifat-sifat yang mulia. Jangan menganggap diri sendiri sangat hebat. Lihat di mana banyak orang yang menganggap dirinya hebat sekarang? Harus tidak ada yang tidak benar dalam pikiran, yaitu tidak ada pikiran buruk dalam benakmu. Orang yang tidak ada benar dan salah dalam hatinya, maka ia tidak akan ada halangan. Jika tidak ada halangan, maka tidak akan ada hambatan. Jangan mengkhawatirkan hal-hal di dalam hati. Merasa orang ini sangat jahat atau orang ini sangat baik, hatimu akan  ganjalan. Tidak ada benar atau salah, maka tidak akan ada halangan di dalam hati.

 

Ada seorang kikir yang sepanjang hidupnya sangat pelit. Ia juga sangat pelit terhadap dirinya sendiri, tidak pernah memberikan sepeser pun. Dia kikir untuk makan, minum dan pakaian, suka mengumpulkan koin emas. Dia harus menghitung koin emas setiap hari sebelum tidur. Dalam waktu 50 tahun, dia telah mengumpulkan 30.000 koin emas. Suatu malam, dia menghitung koin emasnya dan berpikir: “Saya telah menderita sepanjang hidup saya dan tidak pernah menjalani satu hari yang baik. Mulai besok, saya akan menghabiskan koin-koin emas ini.” Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki tua berpakaian hitam berdiri di sampingnya dengan ekspresi serius. Dia mengira orang itu akan merampok uangnya, jadi dia bertanya: “Siapa kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?” Lelaki tua itu berkata: “Saya adalah Hei Wu Chang — Pejabat Hitam Akhirat. Saya diperintahkan untuk membawa kamu meninggalkan dunia ini.” Dia sangat panik: “Hei Wuchang, saya belum pernah benar-benar menjalani hidup ini, betapa menyedihkan! Saya memberi Anda 10.000 koin emas, biarkan saya bisa hidup tiga hari lagi, biarkan saya melihat lebih banyak dunia ini!” Hei Wu Chang menggelengkan kepalanya. Pria itu berkata lagi: “Saya  memberi Anda 20.000 koin emas. Mohon Anda membiarkan saya hidup dua hari lagi!” Hei Wuchang menggelengkan kepala. Dia berkata lagi: “Kalau begitu, saya akan memberimu 30.000 koin emas. Saya sudah tidak punya apa-apa. Tolong biarkan saya hidup satu hari lagi!” Hei Wuchang berkata: “Jangan banyak mengomel, semua orang tidak punya apa-apa ketika mereka meninggal.” Orang kikir itu menangis sedih : “Karena kematian tidak bisa dihindari, mohon beri saya waktu tiga menit untuk meninggalkan beberapa patah kata untuk generasi mendatang!” Hei Wuchang setuju. Orang kikir menangis sambil menulis: “Wahai orang-orang di dunia, jangan serakah akan uang. Baik-baiklah menghargai hidup.  Hiduplah dengan sepenuh hati, karena suatu hari kamu tidak dapat membeli satu hari hidup dengan 30.000 koin emas!” Ketika seseorang mengidap penyakit kanker, dapatkah kamu menggunakan ratusan ribu atau satu juta dolar Australia membeli kehidupan?

 

Jangan biarkan kebodohan orang lain untuk menyakiti dirimu. Dalam berinteraksi dengan orang-orang, banyak yang melakukan kesalahan, itu karena ketidaktahuan mereka. Kamu jangan karena ini membuat dirimu menanggung penderitaan. Orang lain memarahimu atau salah menuduhmu, itu karena ketidaktahuannya. Mengapa harus membuat diri sendiri menderita? Keadaan Zen, Zen adalah suatu tingkat kesadaran spiritual. Kita harus hidup di saat ini. Penderitaan dan kebahagiaan di masa lalu semuanya sudah berlalu. Penderitaan dan kebahagiaan di masa depan belum tiba. Menggenggam baik hari ini, jangan melihat depan dan belakang, jangan membenci orang lain atau membalas dendam pada orang lain, karena kebencian dan dendam akan sangat menyakitkan diri sendiri dan orang lain. Harus mengatasi keserakahan dan diskriminasi, tidak boleh memandang rendah orang lain, tidak boleh menganggap orang ini adalah orang baik atau orang jahat, karena muncul pikiran diskriminasi akan mendatangkan segala karma. Kecerdasan tidak bisa mengimbangi karma, bagaimana kekayaan bisa menghindari reinkarnasi? Tidak peduli seberapa pintarnya seseorang, ketika jodoh baik atau jodoh buruk datang, kamu tidak akan mampu melawannya. Sekaya apapun orang juga tidak bisa terlepas dari enam alam reinkarnasi!