Membina Kesabaran, Menaklukkan Pikiran Diri, Mendekati Kebaikan dan Menjauhi kejahatan 修持忍辱 调伏自心 近善离恶

Wejangan untuk Murid - Malaysia, 03 Maret 2014

Membina Kesabaran, Menaklukkan Pikiran Diri, Mendekati Kebaikan dan Menjauhi kejahatan

Terima kasih Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang. Terima kasih Naga Langit Pelindung Dharma, menurunkan hujan di Malaysia yang telah kering selama lebih dari tiga bulan tanpa hujan. Terima kasih kepada semua teman se-Dharma atas welas asih universal dan tekad untuk membabarkan Dharma, membuat cahaya Buddha bersinar di Malaysia, tanah suci yang memiliki hubungan khusus dengan jodoh Kebuddhaan. Sekali lagi terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa.

Master selalu memiliki perasaan yang berbeda setiap kali menerima murid. Di periode Akhir Dharma, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia tiada hentinya, jadi kita harus melindungi bunga teratai dalam sifat dasar diri agar tidak tercemar oleh enam kekotoran duniawi, menghindari bencana dan menyelesaikan masalah di dunia, dan memperoleh berkat dari para Buddha dan Bodhisattva. Terima kasih kepada para biksu dan semua teman se-Dharma atas dukungannya. Master sangat senang bisa bersama kalian semua setiap hari. Master selalu memiliki satu keinginan, berkumpul bersama semua orang setiap hari nanti, melafalkan paritta di siang hari dan memberikan wejangan kepada semua orang di malam hari.

Berharap semua murid bersatu untuk membabarkan Dharma dan memberi manfaat bagi semua makhluk, menyelamatkan semua makhluk yang berjodoh dengan hati yang syukur dan welas asih. Banyak orang yang berada dalam lautan penderitaan, namun dirinya tidak menyadarinya. Mereka harus terjerumus ke dalam lautan penderitaan yang gelap dan dingin baru mau mengulurkan tangan mereka, berharap dapat menangkap sepotong kayu apung. Orang hidup di dunia ini sangat menderita.

Depresi orang-orang sekarang sangat parah. Depresi karena dirinya tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Kerisauan karena nafsu keinginan diri tidak terpuaskan, menginginkan ini dan itu tetapi tidak bisa mendapatkannya, sehingga mulai ada kerisauan. Nafsu keinginan tidak ada habisnya, dan pasti akan membuatmu terjerumus ke dalam kesusahan dan penderitaan yang tiada habisnya. Ada keinginan maka akan ada penderitaan. Kehidupan makhluk yang berperasaan di dunia ini adalah kelanjutan dari pengejaran lima nafsu keinginan, kehidupan kita terus berlanjut dikarenakan tiada hentinya dalam pengejaran. Di sekolah dasar, kita ingin menjadi murid yang baik, di sekolah menengah, kita ingin bersekolah di sekolah elit, di perguruan tinggi, kita ingin masuk ke universitas bergengsi. Setelah lulus, kita ingin mencari pekerjaan yang bagus. Mencari teman ingin mencari pangeran yang tampan, tetapi tidak dapat menemukannya. Menunggu pada akhirnya menjadi “ shèngnǚ — wanita sisa (wanita karier sukses yang tetap melajang)”.

Kepuasan nafsu keinginan akan menghasilkan kebahagiaan sementara. Ketika suatu hal terpuaskan, kamu akan memperoleh kebahagiaan sementara. Misalnya, kamu sangat menyukai suatu pakaian, kamu harus membelinya. Sekalipun kamu tidak punya uang, kamu tetap akan meminjam uang untuk membelinya. Setelah menghabiskan banyak uang membelinya, pulang ke rumah mencobanya sangat senang. Setelah memakainya beberapa bulan, melihatnya dan merasa tidak cocok karena orang lain mengatakan dia mengenakannya seperti tong minyak. Pada saat itu, dia merasa uangnya terbuang sia-sia, ini adalah kebahagiaan sementara. Biasanya yang disebut kebahagiaan tidak lebih adalah pemuasan keinginan yang bersifat sementara. Banyak orang berkata, “Saya telah mendapatkannya, saya sangat bahagia. Ketika menikah, bukankah keinginanmu terpuaskan?” “Saya menyukainya dan harus menikah dengannya.” Beberapa tahun kemudian, “Saya menikah dengannya karena saya buta. Mengapa saya bisa bertemu orang seperti itu?” Kebahagiaan sementara, semuanya adalah kepuasan sementara, kegembiraan sementara, itu hanyalah nafsu keinginan. Semakin banyak nafsu keinginan, semakin banyak hidup yang terkuras. Saat mengejar keinginan, hidup ini dengan cepatnya terbuang. Jadi, banyak orang yang seumur hidupnya tidak tahu apa yang telah mereka lakukan. Mereka dengan cepat menjadi paman tua dan ibu tua. Seumur hidup kita tidak boleh hidup dalam nafsu keinginan, menginginkan segalanya, seringkali tidak mendapatkan apa-apa, menghabiskan seluruh hidup, dan pada akhirnya meninggalkan dunia ini tanpa daya. Apa yang bisa dibawa pergi saat meninggal? Bahkan tubuh sendiri pun tidak bisa dibawa pergi, apa lagi yang bisa kamu bawa? Usia tua, gigi dan rambut rontok semua, dan sangat kurus sekali. Ibu tua manakah yang tidak berasal dari seorang gadis muda? Mereka juga sangat cantik ketika masih muda. Jadi orang muda harus berhati-hati, jangan mengejar lagi. Jika mengejarnya, maka akan cepat menjadi tua, karena jika tidak bisa mengejarnya, pertama-tama hatinya akan menjadi tua, kemudian tubuhnya akan menjadi tua. Orang yang kelelahan secara mental dan fisik akan menjadi tua dengan cepat. Segala hal yang kamu peroleh melalui kerja keras sepanjang hidup, termasuk istri, suami, anak-anak, harta benda, dan karier… semua ini pada akhirnya akan hilang, ajaran Buddha Dharma menyebutnya “kembali ke kekosongan”. Segala hal yang kita kejar tidak membuahkan hasil apapun. Taipan film Hong Kong Run Run Shaw hidup sampai usia 107 tahun, dan pada akhirnya juga dua kata “tidak ada”. Yang didapat dari mengejar dan memohon adalah kosong. Daripada mengetahui bahwa pada akhirnya adalah kosong, lebih baik melepaskannya lebih awal.

Kalangan medis modern mengatakan bahwa abad ke-21 adalah tahap berjangkitnya penyakit kanker. Dulu orang takut membahas tentang kanker, namun kini menderita kanker sudah menjadi hal yang biasa. Banyak orang berjemur sinar matahari dan terkena kanker kulit, sering hidung tersumbat akan mengidap kanker hidung, sering minum minuman keras akan menderita kanker liver…. Mengapa tingkat kejadian penyakit kanker begitu tinggi? Ada yang mengatakan penyebabnya adalah makanan yang tidak higienis, lingkungan yang buruk, dan lain-lain. Para ahli kanker mengatakan bahwa penyebab kanker sebenarnya adalah rendahnya fungsi sel T yang menjaga fungsi kekebalan tubuh. Praktek telah membuktikan bahwa kecemasan jangka panjang, depresi, kekhawatiran jangka panjang, dan terjerat dalam suatu hal akan menghasilkan semacam energi negatif. Energi negatif ini tertekan dalam hati dalam waktu yang lama, maka akan menghasilkan emosi negatif. Emosi negatif Ini akan menyebabkan mutasi sel, ditambah dengan kebiasaan buruk dalam kehidupan sehari-hari – merokok, minum minuman keras, marah, dan lain-lain, yang menyebabkan peningkatan kasus kanker. Para dokter dan pakar yang tidak menekuni Dharma berbicara tentang prinsip-prinsip duniawi. Mereka mengatakan bahwa ingin tidak menderita kanker, cara terbaik adalah dengan memiliki suasana hati yang baik, bisa berpikiran terbuka terhadap hal apapun, yang terbaik adalah melakukan pencegahan. Namun Master memberi tahu semua orang, dari sudut pandang agama Buddha, praktisi Buddhis harus mengerti untuk melepaskan. Kita tidak boleh murung, tidak boleh bersedih. Kita harus melihat melampaui dan melepaskan, harus berpikiran terbuka, jangan melekat, kita baru bisa tercerahkan. Orang yang ingin tidak mengidap kanker harus lebih banyak mendengarkan rekaman Master dan membaca lebih banyak Bai Hua Fo Fa. Jika ingin sepenuhnya terhindar dari kanker, maka harus membina pikiran dan melafalkan paritta, mengubah pola makan sering bervegetarian menjadi pola makan vegetarian penuh.

Jumlah pasien yang meninggal karena kanker di seluruh dunia pada tahun 2008 mencapai 7,6 juta, namun mengapa praktisi Buddhis tidak terkena kanker? Karena praktisi Buddhis telah berpikiran terbuka dan mengerti. Praktisi Buddhis mengatakan bahwa lahir tidak membawa datang apa-apa, mati tidak membawa pergi apapun. Ketika kita datang ke dunia, kita tidak membawa apa-apa. Mengapa kita harus mati-matian menjadikan benda-benda di dunia sebagai milik kita dan membawanya pergi bersama kita? Itu tidak bisa dibawa pergi. Ketika seseorang bertamu ke rumah orang lain, sudah tidak membawa hadiah apa pun, namun masih ingin mengambil barang-barang orang tersebut sebelum pergi. Ketika kita datang ke dunia ini kita tidak membawa apapun, saat akan pergi kita ingin membawa pergi rumah, mobil dan istri. Ketika kita datang, hanyalah sebuat tempat tidur kecil, dan ketika pergi memberikan kamu sebuah tempat tidur besar. Kita harus melihat kebenaran hidup.

Ada seorang gadis gunung bernama Yan Ling, keluarganya miskin, tidak punya uang. Dia hanya bisa membeli dua kue pao termurah di kantin setiap hari. Dia tidak pernah makan di depan teman-teman sekelasnya. Dia hanya makan setelah semua orang pergi. Semua orang tidak memahaminya, merasa dia sombong, berkata, “Menjadi miskin bukanlah hal yang memalukan, tetapi menutupi kemiskinan adalah hal yang memalukan.” Yan Ling tidak terpengaruh dan bersikeras untuk makan setelah semua orang pergi. Suatu hari gurunya mendatanginya dan berkata, “Yan Ling, mengapa kamu menunggu sampai semua orang pergi baru makan kue pao secara diam-diam?” Yan Ling berkata: “Guru, kue pao sayur itu adalah yang paling murah. Di dalamnya bau semua jenis sayuran, sangat menyengat dan berbau tengik. Saya khawatir semua orang akan merasa tidak nyaman mencium baunya. Saya tidak ingin semua orang menderita bersama saya.” “Kita hidup di dunia ini harus selalu memikirkan orang lain, jangan memikirkan diri sendiri. Praktisi Buddhis harus mengerti untuk bersabar dan berbaik hati. Orang yang selalu memikirkan orang lain adalah welas asih.

Kita semua orang yang membina diri, tidak boleh mencari siapa yang benar atau salah dalam “Kamu benar saya salah” setiap hari, berpikir kamu benar tentang hal ini hari ini dan saya benar tentang hal itu besok. Sebenarnya, mana ada benar atau salah di dunia ini, bukankah itu semua adalah karma dan balasan? Tujuan kita datang ke dunia ini bukan untuk mencari siapa yang benar atau salah, ini semua adalah jodoh. Jika setiap hari mencari siapa yang benar dan salah di dunia, itu adalah mengungkap keterbelakangan mentalnya sendiri. Jika seseorang mengatakan hal buruk tentang orang lain, itu berarti dia memiliki halangan di hatinya, yaitu mentalitasnya sendiri tidak baik. Ketika kamu menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah, orang lain akan melihat bahwa kamu memiliki penyakit jiwa. Alam Manusia ini pada dasarnya tidaklah sempurna. Bisakah kamu menemukan kesempurnaan di Alam Manusia? Jika kamu ingin menemukan kesempurnaan di dunia yang tidak sempurna, bukankah itu kebodohan? Bukankah itu pikiran bodoh? Kamu sedang mengkhayal. Khayalan berasal dari pikiran yang bodoh. Hanya mereka yang memiliki pikiran bodoh yang akan memiliki khayalan, jadi disebut “angan-angan”. Kita tidak perlu mengejar siapa yang benar dan siapa yang salah dalam dunia sebab akibat dan nidana. Sewaktu kecil, kita berpikir bahwa kita benar. Ketika sudah dewasa kita baru menyadari bahwa orang tua kita yang benar; Sewaktu kecil, kita berpikir bahwa kita semuanya benar. Setelah dewasa kita baru menyadari bahwa ajaran guru itu benar. Hari ini, Master telah mengajarkan banyak prinsip Buddhis kepada kalian. Ada orang yang merasa bahwa yang Master katakan itu tidaklah benar. “Mengapa saya jelas-jelas punya alasan, tetapi Master tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara?” Karena dunia ini tidak ada alasan. Kita harus memahami untuk bersabar di dunia ini. Orang yang bersabar baru bisa membuat kemajuan. Di dunia ini, jika kamu ingin menyelesaikan masalah, ingin mengatakan hingga masuk akal, dan mencari tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, ada dua cara: pertama, pergi ke pengadilan; kedua, pergi ke Raja Yama di Akhirat untuk berdebat.

Karena kita telah menekuni Dharma, kita harus menemukan Aku yang sesungguhnya dari ketidakakuan, karena tidak ada Aku lagi, baru akan ada Aku yang sesungguhnya, karena semua makhluk adalah Aku, Buddha adalah semua makhluk, dan semua makhluk adalah Buddha. Karena sifat dasar dalam hati kita adalah sifat Kebuddhaan. Jika kamu tidak lagi memiliki tubuh ragamu, bukankah yang tersisa adalah sifat kebuddhaan? Bukankah ini berarti dari ketidakakuan baru bisa menemukan Aku yang sesungguhnya?

Kita harus menaklukkan pikiran kita di dunia, agar pikiran kita seimbang. Hari ini kamu sangat senang melihat orang lain menjadi baik: Dia adalah teladan yang baik bagi saya. Dia telah menekuni Dharma, dia dapat berpikiran terbuka dan mengerti. Dia telah tercerahkan, sehingga banyak hal menjadi lancar. Saya ingin menjadikannya sebagai teladan – ini barulah tekun. Melihat orang lain baik, kamu harus menjaga keseimbangan pikiran; Melihat orang lain tidak baik, kamu harus turut merasakan sakitnya. Saya pernah memberitahu kalian sebelumnya bahwa ada seorang buta di Jepang. Dia berkata: Ketika memberitahu orang lain sesuatu hal yang membahagiakan, suara orang tersebut akan terdengar sedih; ketika mendengar orang lain mengatakan sesuatu hal yang tidak menyenangkan, suara banyak orang akan terdengar bahagia.

Mentalitas orang-orang berubah. Tidak ada semangat orang sakit saya turut merasakan kesakitannya. Orang tidak memahami orang lain. Mengapa orang memperlakukan orang lain dengan buruk? Karena kita hidup dalam kata “Aku” sejak kecil: “Bu, aku lapar.” “Ayah, aku ingin keluar bermain.” “Guru, aku ingin bersama teman-teman sekelasku…” “Aku harus membeli hadiah.” Aku, aku, aku… Dari kecil tidak pernah memikirkan orang lain. Kong Rong membagikan buah pir ketika dia berusia empat tahun. Kita semua perlu mempelajari budaya tradisional ini dengan baik. Mengapa seseorang menjadi egois? Karena dia sudah egois sejak masih kecil. Mengapa seseorang memiliki kebiasaan buruk? Karena dia sudah memiliki kebiasaan buruk sejak kecil. Berharap semua orang mulai dari saya dan menghilangkan kebiasaan buruk mulai sekarang. Kita tidak memiliki kebiasaan buruk. Kita harus memiliki pikiran yang jernih dalam melakukan hal apa pun. Kita harus memahami mengapa kita melakukannya: Saya harus membantu orang lain, maka orang lain baru akan membantu saya. Jika saya melakukan hal ini, saya harus membiarkan orang lain belajar dari saya untuk melakukan perbuatan baik. —— Memahami semua hal, maka akan menghilangkan ketidaktahuan. Tiada ketidaktahuan, maka tidak akan ada kebiasaan buruk, sehingga disebut kebiasaan buruk ketidaktahuan. Master akan menjelaskan ajaran Buddha kepada kalian kalimat demi kalimat dalam bahasa sehari-hari. Dengan demikian, kalian dapat memahami ajaran Buddha Dharma lebih mendalam. Buddha dan Bodhisattva adalah ahli filsafat. Buddha dan Bodhisattva memahami kebenaran dunia. Sang Buddha bersusah payah untuk menyebarkan Dharma ke dunia. Jika tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah duniawi, bisakah ajaran Buddha Dharma terus berlanjut hingga hari ini?

Kita harus mengerti untuk menemukan Aku yang sesungguhnya, menaklukkan pikiran diri sendiri. Kita harus mendekati kebaikan dan menjauhi kejahatan. Kalian jangan bertepuk tangan dulu, karena itu sulit dilakukan. Orang suka berkontak dengan orang jahat, karena orang jahat selalu mengucapkan kata-kata baik mengikuti arusmu, sedangkan orang baik selalu memberikan nasihat secara jujur yang mungkin terdengar tidak menyenangkan. Praktisi Buddhis harus menjauhi kejahatan. Mereka yang menyanjungmu, menipumu, dan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab sepanjang hari adalah kata-kata jahat dan perbuatan jahat. Yang paling penting bagi kita praktisi Buddhis adalah berteman. Kalian semua yang hadir di sini hari ini berteman dengan praktisi Buddhis. Mereka semua adalah teman-teman se-Dharma yang memiliki hati yang welas asih, ini adalah mendekati kebaikan. Siapa yang mengatakan keburukan, maka dia adalah yang jahat. Hari ini kita duduk di sini, kita seperti di Surga. Kita hanya memiliki kebaikan orang lain di hati kita dan selamanya tidak ada kejahatan orang lain di dalam hati, maka hati kita tidak akan ada kejahatan dan selamanya akan cerah. Menaklukkan pikiran diri dengan baik, menjauhi kejahatan, dan berteman dengan orang-orang baik. Ini adalah mendekati kebaikan dan menghindari kejahatan, ini adalah dasar untuk menekuni Dharma. Kita tidak boleh memiliki pikiran buruk dan harus memiliki pikiran baik. Inilah yang dikatakan dalam ajaran Buddha: “Mengamalkan semua perbuatan baik dan menghindari semua perbuatan jahat.”

Kita telah menjadi aktor sepanjang hidup kita di dunia reinkarnasi hidup dan mati ini. Terkadang kita baik dan terkadang buruk, terkadang naik dan terkadang turun. Hari ini baik dan akan sangat senang. Ketika tidak baik akan merasa sedih. Seseorang dipromosikan menjadi direktur di unit kerja. Dia segera menjadi sangat gugup. Istrinya bertanya kepadanya: “Mengapa kamu tidak bahagia? Suamiku, kamu telah dipromosikan menjadi direktur. Selamat!” “Kamu tidak mengerti. Saya dipromosi menjadi direktur, ada lima orang iri padaku, mungkin saja saya akan diturunkan nanti karena diomongin mereka.” Seseorang tidak bisa bahagia meskipun dia menginginkannya, seperti seorang aktor di atas panggung, sebentar seperti ini dan sebentar seperti itu. Tunggu suatu hari nanti, dia baru benar-benar tahu dan benar-benar percaya bahwa hidup ini adalah kosong, tidak bisa mendapatkan apa pun, tetapi dia sudah melelahkan seumur hidupnya.

Permasalahan yang sama, kita harus memahami untuk melihat masalah dari sudut pandang lain. Mana ada masalah yang tidak bisa dipikir dengan jernih? Kita harus tahu bahwa orang yang paling kita cintai pun tidak bisa bersama kita selamanya. Ini membuktikan apa yang Sang Buddha katakan: “Semua dharma yang berkondisi bagaikan gelembung mimpi.” Bodhisattva menyebut dunia ini sebagai Alam Dharma, dan segala hal di dunia ini disebut benda dharma. Artinya, segala hal di dunia ini bagaikan gelembung mimpi, seperti mimpi, hilang ketika kita bangun; seperti bayangan, hilang setelah beberapa saat; Sama seperti kita sebagai manusia, kita bahagia hari ini dan besok tidak bahagia, tiada habisnya. Ada beberapa orang berada dalam masa yang paling menyakitkan, Master berkata kepada mereka, matahari menyinari kamu saat kamu berjalan, kamu merasa terlalu panas. Jika ada awan gelap menutupi matahari, apakah kamu akan berpikir bahwa matahari itu hilang? Matahari selalu ada, dan awan gelap di hatimu adalah kerisauan dan halanganmu. Ketika kerisauan dan halangan berlalu, hatimu akan tetap bersinar seperti matahari.

Kita tidak boleh menimbulkan pikiran karena keterikatan rupa. Tidak boleh muncul pikiran kemelekatan karena rupa, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan dharma. Tidak melekat dan muncul pikiran ini. Prinsip-prinsip Buddha Dharma ini mengingatkan kita untuk tidak terobsesi oleh kecantikan, uang, dan semua rupa, suara, aroma, rasa, sentuhan, dan dharma di dunia ini, karena semua ini bersifat sementara. Kalian sangat bersih ketika baru saja siap mandi. Jika kalian tidak mandi selama beberapa hari, kalian akan segera mulai berbau. Semuanya ini tidak bertahan lama. Tidak melekat dan muncul pikiran ini, tahu tidak bertahan lama, pikiran apa yang bisa dimunculkan? Tahu bahwa hal ini, hari ini ada dan besok tiada. Apa yang harus disedihkan? Kita praktisi Buddhis tidak bersedih, tidak derita. Apa pun bencana dan masalah yang terjadi, kita memiliki hari esok yang lebih baik, karena kita mempunyai welas asih dari Guan Shi Yin Pu Sa, kita tidak memunculkan pikiran itu.

Seorang lelaki tua mengenakan sepasang sepatu kulit baru yang bagus dan duduk di kereta berkecepatan tinggi. Tiba-tiba salah satu sepatu kulitnya terlepas. Orang-orang di sekitarnya merasa kasihan padanya. Lelaki tua ini mengambil satu sepatunya lagi dan melempar keluar. Orang-orang di samping bertanya mengapa dia melempar sepatu itu. Orang tua itu berkata: “Sepatu ini, betapapun mahalnya, tidak ada gunanya bagi saya. Jika orang lain memungut sepatu itu, dia masih bisa memakainya.” Kisah ini menunjukkan prinsip dalam menekuni Buddha Dharma, praktisi Buddhis harus memahami bahwa orang yang sukses pandai untuk menyerah dan merelakan. Orang yang tidak merelakan selamanya tidak akan mendapatkan. Hanya dengan merelakan baru bisa mendapatkan. Merelakan dan mendapatkan. Merelakan baru bisa mendapatkan. Kehidupan kita manusia tidak akan luput dari kematian sebagai akibat yang tak terhindarkan. Orang-orang di dunia ini ditakdirkan untuk dimulai dengan komedi dan diakhiri dengan tragedi. Sama seperti pernikahan, bahagia saat menikah. Pada akhirnya, salah satunya meninggal, sulit bagi siapa pun untuk berkata, “Suamiku, kamu sudah pergi, ayo kita pergi bersama.” Sembari berbicara, sembari berpikir: Mengapa anak-anak tidak datang untuk menahanku? Tidak ada hal yang mutlak di dunia ini. Baik itu berperilaku sebagai seorang manusia atau menekuni Dharma. Kita tidak membawanya datang dan juga tidak dapat membawanya pergi. Mengapa tidak merelakannya? Biskuit dan kue di rumah yang akan kadaluwarsa tidak merelakan untuk memberikannya kepada orang lain. Diri sendiri tidak sakit dan banyak obat di rumah tidak habis pun tidak rela memberikannya kepada orang lain, malah bilang lain kali sakit masih mau meminumnya.

Kecerdasan manusia telah mencapai sampai tingkat apa. Manusia demi dirinya sendiri sudah egois sampai level apa? Kita tidak boleh melekat. Praktisi Buddhis harus melihat dengan jelas hakikat dunia ini. Kehidupan adalah suatu kekayaan. Kita jangan menyia-nyiakan kekayaan ini. Master seringkali mengasihani orang-orang yang bermain mahjong, mereka yang tidak ada kerjaan, mereka yang masih belum melafalkan paritta, dan mereka yang bahkan belum mengerti arti sebenarnya dari dunia ini. Master merasa mereka sedang menyia-nyiakan kehidupan mereka sendiri. Semua hal adalah Dharma. Jika memperlakukan dunia ini dengan baik, kamu bisa mendapatkan lebih banyak dari dunia ini. Sifat sejati adalah hal yang nyata. Menggunakan sifat Kebuddhaan dan hati yang baik, kamu bisa mendapatkan lebih banyak sifat sejati. Oleh karena itu, Master memberi tahu kalian kata-kata ini: hargai hidup, hargai jodoh.

Harus tekun. Ketekunan adalah semangat kesabaran. Banyak orang bisa sukses karena mereka belajar kesabaran. Jika seorang pemilik toko ingin sukses dalam bisnisnya dan menjadi toko yang terhormat, dia harus selalu sabar tidak peduli apa yang dilakukan orang lain terhadapnya. Beberapa pelanggan benar-benar tidak masuk akal, tetapi kamu harus belajar bersabar. Ada seorang biksu miskin yang tidak punya apa-apa dan mencari nafkah dengan mengemis. Dia sangat tulus dalam menekuni Dharma, tidak pernah menyakiti makhluk hidup. Suatu kali, dia sudah tiga hari tidak mendapatkan makanan. Dia pergi ke rumah sebuah keluarga untuk menerima dana makanan. Puan rumah melihat dia sangat kasihan, lalu memberinya hidangan yang mewah. Tuan rumah adalah seorang pedagang perhiasan. Ketika dia pulang, dia meletakkan perhiasan yang sangat mahal di atas meja dan pergi berganti pakaian. Pada saat itu, seekor burung beo di dalam rumah terbang dan menelan mutiara dalam satu suap. Setelah menggantikan pakaiannya, tuan rumah keluar dan menemukan mutiara itu telah hilang. Dia segera bertanya kepada biksu itu: “Apakah kamu melihat mutiara itu?” Biksu berkata: “Tidak.” Tuan rumah berkata: “Tidak ada orang yang datang, pasti kamu telah mencurinya. Bagaimana kamu bisa membalas kebaikan dengan kejahatan? Kami memberimu makanan, dan kamu masih mencuri barang-barang kami?” Biksu itu berkata, “Saya benar-benar tidak mencuri barang.” Tuan rumah sangat marah, dia mengambil tongkat kayu dan memukul kepala dan wajahnya, menjatuhkan biksu itu ke lantai, darah segar terus mengalir. Saat itu, burung beo terbang kembali. Karena ia menemukan darah, jadi ingin meminum darah. Kebetulan pemilik rumah memukulnya dengan tongkat kayu dan membunuh burung beo tersebut dalam satu pukulan. Pada saat itu biksu itu berkata: “Berhenti, burung beo inilah yang telah menelan perhiasanmu.” Tuan rumah segera memerintahkan pelayannya untuk membelah perut burung beo dan mengeluarkan perhiasan itu. Tuan rumah bertanya: “Kamu jelas mengetahui bahwa burung beo itu menelan perhiasan, mengapa kamu tidak memberitahunya lebih awal, sehingga kamu dapat menghindari rasa sakit pada tubuhmu?” Biksu itu berkata: “Kami praktisi Buddhis adalah welas asih, tidak boleh membunuh makhluk hidup. Saya ingin mengatakan yang sebenarnya, tetapi saya khawatir burung beo itu akan menderita bencana dibelah perutnya. Sekarang, karena burung beo itu sudah mati, jadi tidak masalah jika saya memberi tahunya. ” Tuan rumah merasa sangat bersalah, tetapi biksu itu sangat tenang dan tidak menunjukkan kemarahan apapun.

Kita praktisi Buddhis harus memperkuat keyakinan diri, harus belajar kesabaran dan toleransi, harus selalu merasa bahwa orang lain benar dan diri kita yang salah, maka kita tidak akan pernah memiliki musuh, tidak punya lawan, dan akan selalu lancar dalam karir dan kehidupan kita.

Pembinaan diri seseorang dan kemelekatan seseorang terkadang bisa mencelakai dirinya sendiri. Perkataan baik dari orang lain akan membuatmu senang setengah hari, dan perkataan buruk dari orang lain akan membuatmu sedih setengah hari. Apakah hidup kita ada di tangan orang lain? Ketika orang lain membuatmu tertawa, kamu bertingkah seperti boneka. Jika mereka mengucapkan beberapa kata aneh atau beberapa kata manis, kamu akan tersenyum seperti itu nyata. Jelas-jelas sudah sangat tua, ketika orang lain mengatakan kamu seperti berusia 20-an, kamu akan merasa senang. Jelas-jelas dirimu salah, orang lain mengatakan itu bukan salahmu tetapi salah dia, kamu merasa senang. Bukankah kamu seperti boneka yang dimainkan di tangan orang lain? Lebih rasional, maka kamu akan memiliki kebijaksanaan dan mampu mengalahkan pikiran buruk diri sendiri. Karena orang yang bijaksana tidak akan pernah memiliki pikiran jahat, karena pikiran jahat suatu saat akan menjadi tidak dapat dipertahankan dan akan ditolak oleh orang lain. Oleh karena itu, kamu harus hidup di dunia ini dengan hati yang lurus, hati yang welas asih, dan hati yang selalu bersyukur, percaya tidak ada orang yang akan membencimu, hanya akan mencintaimu. Master merasa kalian semua adalah murid Buddha. Kalian semua adalah calon Buddha. Biarkan sukacita Dharma yang saya peroleh, jodoh Kebuddhaan yang saya peroleh, energi diri saya untuk lebih mencintai kalian, agar kalian memancarkan lebih banyak cinta kasih untuk mencintai semua makhluk di seluruh dunia.

Dalam menekuni Dharma, kita harus berlapang dada, harus berjiwa besar, dan harus penuh toleransi. Jika orang lain memperlakukan saya dengan buruk, itu akan memberikan saya jodoh pendukung. Saya harus berterima kasih kepadanya, karena tidak ada orang yang mengatakan saya tidak baik, dia mengatakan saya tidak baik sama dengan memberikan saya sebuah cermin agar saya dapat melihat apakah saya tidak baik, menerangi masa depan dan arah saya. Saya berterima kasih kepadanya! Tidak peduli orang lain mengatakan saya baik atau saya tidak baik, saya tidak akan tergerak olehnya, yaitu hati saya tidak akan tergoyahkan. Jangan mengubah diri sendiri karena orang lain mengatakan baik atau buruk. Apa yang dimaksud dengan tidak tergoyahkan? Yaitu sifat dasar sendiri melihatnya, saya tidak akan tercemar oleh kekotoran luar, tidak akan diserang oleh dunia luar, dan suasana hati saya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan luar. Saya akan selalu bergerak maju, selalu melihat cahaya terang, selalu melihat Bodhisattva, maka saya tidak akan pernah ada kekecewaan, tidak ada kehilangan, tidak ada depresi, karena saya adalah seorang praktisi Buddhis.

Kita harus berusaha keras untuk membuat kemajuan, menyingkirkan kesombongan dan keangkuhan. Kalian semua adalah orang-orang yang baik hati. Kalian semua adalah praktisi Buddhis. Ketika kamu memandang orang lain dengan kebaikan, kamu akan mendapatkan kesetaraan hati. Melihat dunia dengan kesetaraan hati dan hidup di dunia dengan kesetaraan hati, maka tidak akan ada kerisauan. Berharap kalian dapat mengubah diri sendiri dengan menekuni Dharma, dimulai dari saya, Hari ini saya adalah orang yang kebingungan, esok saya adalah orang yang memiliki kebijaksanaan. Selamanya tidak akan melekat terhadap segala ilusi dan gelembung kemelekatan. Saya berpikiran terbuka dan mengerti. Saya akan teguh menggunakan pikiran Buddha untuk mengatasi semua kesulitan di dunia, meninggalkan masa lalu, dan memikirkan masa depan. Karena kita adalah praktisi Buddhis, kita memiliki berkat dan perlindungan dari Guan Shi Yin Pu Sa dan Naga Langit Pelindung Dharma, kita pasti akan dapat mengatasi kesulitan di dunia, menghilangkan kerisauan di dunia, pergi ke Empat Alam Brahma dan Alam Sukhavati, dan kembali ke rumah Guan Shi Yin Pu Sa — pulang.