Melampaui Alamiah, Memahami Kekosongan, Welas Asih Menyelamatkan Semua Makhluk, dan Memurnikan Bodhi (Bagian 2)
Jika kita ingin mengatasi kesepian, kita harus keluar untuk membantu orang lain, jangan mengejar kehidupan ilusi. Mengapa disebut kehidupan ilusi? Karena kita tidak bisa mendapatkannya untuk waktu yang lama, maka itu adalah ilusi. Jika hal apapun kita bisa selamanya memilikinya, itu barulah nyata. Namun kita di dunia ini, tidak ada sesuatu pun yang benar-benar dapat kamu miliki. Dari sekian banyak di antara kalian yang ada di sini hari ini, berapa banyak yang masih hidup setelah 50 tahun kemudian? Hari ini kalian sakit hati dan sedih karena suatu hal yang sepele, Master melihat kalian tidak akan bersedih di kemudian hari, karena hal-hal itu akan berlalu dengan cepat. Ketika masih kecil, seseorang mengambil barang saya, pergi mengadu kepada guru, kita sangat marah dan sedih. Pada saat itu, jika ada seorang Master Lu yang memberi tahu kamu bahwa setelah kamu berusia 40 tahun, semua kesedihan ini tidak ada lagi. Kamu percaya setelah mendengarnya. Kamu akan berpikiran terbuka dan terbebaskan. Jika tidak ada yang mengatakan hal ini kepadamu saat itu, kamu akan sedih, marah, dan kecewa.
Jangan merasa gengsi di dunia ini, karena gengsi juga bersifat sementara, jadi jangan terjerumus dalam ilusi. Orang-orang yang terkenal di masa lalu, sekarang tidak dapat ditemukan lagi, sudah tidak ada. Kita tidak boleh selalu karena kita gengsi dan memiliki gengsi, karena gengsi akan mencelakai kita, begitu kita kehilangan gengsi, kita akan kecewa dan putus asa. Banyak orang mengakhiri kehidupannya yang menyakitkan hanya demi gengsi. Banyak orang yang seharusnya tidak meninggal sudah meninggal. Ada orang bertanya kepada saya: Kemana perginya orang yang marah sampai mati dan bunuh diri? Ada kota mati sia-sia di Alam Akhirat. Orang-orang yang tidak seharusnya mati akan pergi ke tempat ini setelah mereka meninggal. Di sana semuanya adalah orang-orang yang usianya relatif lebih muda. Banyak orang yang tidak seharusnya meninggal dan masih punya masa hidup, tetapi mereka kehilangan harapan, menganggap yang palsu sebagai yang nyata. Mereka merasa bahwa jika jalan ini tidak bisa dilewati, maka selamanya tidak akan ada harapan, membawa kekecewaan yang parah. Kita harus menyelaraskan mentalitas kita dan melepaskan belenggu kehidupan. Yang seharusnya menjadi milik kita adalah milik kita, dan yang tidak seharusnya milik kita bukanlah milik kita. Jika kita menabur bibit karma baik hari ini, kita pasti akan mendapatkan hasil yang baik di kemudian hari. Mentalitas praktisi Buddhis harus selalu positif. Tidak memilikinya hari ini, bukan berarti tidak akan memilikinya besok. Memilikinya hari ini, bukan berarti tidak akan kehilangannya di kemudian hari. Oleh karena itu, kita harus memahami sebab dan akibat, mengendalikan kehidupan, melampaui alamiah, dan membebaskan diri, agar tubuh dan pikiran kita benar-benar sehat.
Banyak orang yang melafalkan paritta setiap hari. Ada orang yang merasa dirinya bersujud dengan serius setiap hari, kenapa masih belum manjur? Sebenarnya, ini bukan tidak manjur, tetapi fondasi dirinya terlalu dangkal dan halangan karma buruknya terlalu dalam. Harus benar-benar memahami makna sebenarnya dari ajaran Buddha Dharma, ketika seseorang mengejar sesuatu dengan gigih, maka secara langsung akan mencapai pembebasan spiritual. Ibarat air mendidih, jika terus dipanaskan suatu saat air pasti akan mendidih. Jika kita terus mempelajari ajaran Buddha Dharma, suatu hari nanti kita pasti akan mencapai Kebuddhaan. Jika kita mempelajari ajaran Buddha Dharma hari ini tetapi tidak mempelajarinya besok, memahaminya hari ini tetapi tidak memahaminya besok, maka kita akan kehilangan sifat Kebuddhaan. Kapan kita bisa menjadi Buddha? Hal tersulit dalam mempelajari Buddha Dharma adalah ketekunan. Praktisi Buddhis harus memahami untuk menjadi kuat dan gigih. Jangan tersesat dengan sedikit pemahaman yang telah dipelajarinya. Ketika bulan bersinar terang sekali, kamu mengira matahari tidak ada karena kamu tidak dapat melihatnya. Ketika kamu mendapat kemuliaan yang kecil, kamu mengira itu sangat besar, sebenarnya ia akan menutupi cahaya di hatimu. Jangan tertipu oleh keuntungan di depan mata. Yang ingin kita miliki adalah kebijaksanaan selamanya. Kebijaksanaan bisa mengatasi semua kerisauan kita di dunia.
Ada sebuah pabrik sepatu kulit di Amerika Serikat. Untuk memperluas pasar, bosnya mengirim seorang manajer ke sebuah pulau terpencil di Afrika untuk melakukan riset pasar. Ketika manajer tiba, dia menemukan bahwa tidak ada penduduk setempat yang memakai sepatu. Dia kembali ke hotel dan mengirim telegram untuk memberi tahu bosnya: “Penduduk di sini tidak pernah memakai sepatu. Tidak ada pasar di sini.” Bos khawatir dan mengirim seorang sales untuk melakukan investigasi di tempat. Sales tersebut sangat bersemangat saat melihat penduduk setempat bertelanjang kaki, dan langsung mengirim telegram kepada bosnya: “Penduduk pulau ini tidak memiliki sepatu untuk dipakai, potensi pasarnya sangat besar. Segera kirimkan satu juta pasang sepatu.” Hal yang sama, dua perspektif yang berbeda: yang satu mengeksplorasi jiwa spiritualnya sendiri dengan semangat dan kegembiraan; yang satu lagi hanya melihat penampilan secara luar, sehingga kehilangan pasar. Situasi yang sama memiliki sudut pandang yang berbeda. Orang yang sering berpikir di sisi yang buruk akan sering kecewa. Orang yang sering berpikir ke sisi yang baik terhadap hal buruk, meskipun terdapat krisis juga akan ada kesempatan hidup yang tersembunyi.
Berharap kita tidak pernah kecewa saat menghadapi kesulitan dan permasalahan di dunia, karena di dalamnya ada harapan. Banyak orang hidup seperti ini. Bagaimana mereka menemukan ajaran Buddha Dharma? Karena dia merasa putus asa, maka dia pergi menyembah Buddha. Ketika dia menyembah Buddha, dia akan menemukan harapan. Orang yang serakah tidak akan pernah melihat segala sesuatunya dengan bersih. Kalian semua yang disini, jika hari ini kamu sangat serakah, kamu pasti akan sangat kecewa, pikiranmu tidak bersih. Orang yang pesimis pasti akan muncul pikiran benci. Orang yang pesimis akan membenci, “Kenapa kamu mengucilkanku? Kenapa orang itu membenciku?” Lambat laun dia akan membenci orang lain. Seseorang yang tidak bisa konsentrasi dan pikirannya terpencar-pencar, dia pasti akan mengeluh dan merasa bahwa dunia ini bukan miliknya, dia akan segera meninggalkan dunia ini. Oleh karena itu, orang yang mempunyai karma dan jodoh yang buruk, dia akan sering mendapatkan kebodohan. Karena pernikahannya gagal, dia akan melakukan banyak hal bodoh; karena anak-anak pergi, dia akan melakukan hal-hal yang lebih bodoh lagi; karena pacarnya pergi, dia akan melakukan hal-hal yang melanggar hukum, menyakiti orang lain. Oleh karena itu, kita tidak boleh bodoh, harus memiliki pikiran yang benar, harus memahami sebab akibat dan jodoh nidana. Orang yang mempunyai banyak halangan akan kekurangan pikiran Buddha. Jika kalian hidup di dunia saat ini dan merasa sini tidak bisa dilewati, sana juga sulit, dan hal ini pun tidak bisa bertahan lama pengerjaannya, maka pikiran Buddha sudah jauh dari dirimu. Ketika kamu bisa berpikiran terbuka terhadap segalanya, ini membuktikan pepatah dalam dunia Buddhis: “Kamu telah tercerahkan.” Ketika anak berdebat dengan orang tua, orang tua merasa bahwa saya benar, saya tidak akan perhitungan dengan anak, maka orang tua memiliki sifat Kebuddhaan, sifat diri, memiliki hati yang welas asih, tetapi anak tidak memiliki sifat Kebuddhaan, tidak dapat tercerahkan. Kita harus menempatkan pikiran Buddha di dalam hati kita dan mempraktikkan welas asih dalam hidup kita. Semakin banyak rasa syukur yang kita miliki, semakin banyak welas asih yang kita miliki. Semakin banyak kebencian yang kita miliki, semakin banyak kesedihan yang kita miliki. Berharap semua orang bisa menjaga pikiran diri sendiri, agar hati dan pikiran diri selalu dekat dengan sifat Kebuddhaan, sehingga akan selalu mendapatkan kasih sayang.
Orang yang berlindung pada ajaran Buddha Dharma ibarat memegang lentera di tangannya, ada cahaya yang selalu mengikutinya. Praktisi Buddhis harus memiliki pelita terang di dalam hatinya. Membina diri sebenarnya ibarat menggali sumur, harus fokus menyelaminya. Jika kamu fokus mendalaminya, kamu akan mendapatkan air. Jika kamu menggali sini dan sana setiap hari, kamu selamanya tidak akan mendapatkan air minum.
Semua fenomena di dunia adalah penjara kita. Saat ayah dan ibu bertengkar, hatimu akan sedih. Mengapa ayah dan ibu tidak bisa bersama secara harmonis? Saat itu, hatimu akan terkunci dan kamu akan masuk ke dalam penjaramu. Kemudian orang tuamu berdamai dan kamu keluar dari penjaramu lagi. Segala hal di dunia ini adalah penjara, ketika semua orang pergi ke bufet bersama, banyak orang yang mengurung diri mereka di penjara karena setelah mereka masuk restoran bufet, mereka terus makan dan tidak mau melepaskannya, mereka sudah sangat kenyang. Melihat ada kue dan buah-buahan yang enak, dia terus memakannya, hingga akhirnya lari keluar, perutnya sakit dan memuntahkan semuanya. Orang tidak bisa mengendalikan diri, bukankah ini adalah penjara yang mengurung dirimu erat-erat dalam hidupmu? Praktisi Buddhis harus memiliki pengendalian diri, jangan mengunci diri di dalam penjara. Para Buddha dan Bodhisattva akan selalu memberkati mereka yang mau membantu diri mereka sendiri. Bodhisattva tidak bisa membantu mereka yang bahkan tidak mau membantu diri mereka sendiri. Berharap semua orang menghargai kehidupan diri sendiri, menghargai jiwa kebijaksanaan diri sendiri.
Ada banyak cara untuk membantu orang lain dalam hidup, terkadang membantu secara permukaan, terkadang membantu dari lubuk hati yang paling dalam. Terkadang kebaikan yang kamu lihat itu bukanlah baik. Terkadang kejahatan yang kamu lihat juga tidaklah jahat. Ketika Master melihat totem, Master tidak akan tergerak oleh penampakan dunia saat ini, karena Master melihat sebab dan akibat dari kehidupan masa lalu. Banyak orang mengira bahwa segala hal yang dilakukannya akan dihapuskan setelah dia meninggal dunia dalam kehidupan ini, namun dia tidak memahami bahwa itu ibarat mobil, pengemudinya adalah jiwamu, dan mobil adalah ragamu. Meskipun kamu mengganti mobil, jiwa masih adalah dirimu sendiri. Kamu pernah menabrak orang sampai mati di kehidupan sebelumnya, di dalam kehidupan ini SIM tetap akan mencantumkan jejak kesalahan kamu di masa lalu.
Berharap semua orang memahami bahwa kebaikan dan kejahatan memiliki dua sisi. Ada orang yang membantu orang lain pada akhirnya akan disalahkan dan dimarahi oleh orang lain. Mengapa banyak orang tidak mau memperkenalkan teman kepada orang lain? Karena setelah kamu memperkenalkan teman kepada orang lain, pada akhirnya kamu akan diabaikan, bahkan tidak bisa menjadi teman. Karena ketika kamu mempertemukan dua orang musuh di kehidupan lampau, kamu menyentuh karma mereka, ketika mereka bertengkar mereka akan membencimu. Kamulah yang mempertemukan mereka. Mereka akan mengabaikanmu. Inilah Hukum Karma (sebab dan akibat). Hanya dengan memahami hal-hal ini, maka akan perlahan memahami apa itu baik dan jahat. Seorang dokter ingin menyelamatkan orang tetapi gagal menyelamatkannya. Apakah dokter tersebut baik atau jahat? Ini adalah sebab dan akibat, sebab musabab dan balasan karma. Benih sebab yang kamu anggap baik belum tentu adalah baik, dan benih jahat yang kamu anggap jahat belum tentu adalah jahat, tergantung dari sudut mana kamu memandang permasalahan tersebut.
Ada seorang guru India tua. Murid-murid di sekitarnya selalu suka mengeluh tentang ini dan itu di depan gurunya. Suatu hari sang guru berkata: “Pergi dan belilah sekantong garam.” Setelah muridnya membelinya, sang guru mengambil sendok dan mengambil satu sendok garam masuk ke dalam cangkir, lalu menuangkan air ke dalamnya. Sang guru berkata: “Coba kamu minum dan rasakan?” Setelah muridnya meminumnya, dia berkata: “Aduh, Guru, rasanya sangat pahit sekali.” Guru berkata, “Tuangkan sisa garam ke dalam mata air di luar kuil kita. Kamu coba mencicipinya lagi. Murid berkata: “Rasanya manis sekali, tidak pahit sama sekali.” Guru berkata, “Tidakkah kamu merasakan rasa asin dan pahit?” Murid berkata: “Tidak.” Guru berkata: “Penderitaan dalam hidup kita seperti garam, hanya sedikit saja, tetapi kalian tidak tahu berapa banyak yang ada, mengira telah menderita seumur hidup.” Sebenarnya, kesusahan dan penderitaan dalam hidup itu hanya sedikit saja, apakah terasa menderita atau tidak itu tergantung dari seberapa besar wadah yang kamu masukkan. Ketika kamu merasa menderita karena kamu menyimpannya di dalam hati, sehingga kamu merasa menderita. Ketika kamu merasa hidup ini derita, kamu membuangnya ke udara dan mengosongkan hatimu, merasa ini adalah hukum kehidupan yang tidak bisa dihindari. Berpikir bahwa menanggung penderitaan adalah mengikis karma, kamu akan melebur ke dalam filosofi kehidupan yang alamiah, hatimu tidak akan terluka. Karena Anda tidak menyembunyikan kesedihan yang menyakitkan dan menyedihkan ini di dalam hati. Kamu melepaskannya, kamu curhat dengan teman, pergi keluar untuk berbicara dengan orang lain, dan bersenang-senang dengan semua orang, ini seperti menaburkan garam ke mata air, kamu tidak akan merasakan sangat menyakitkan. Jadi, berharap semua orang mengerti untuk melepaskan diri sendiri.
Pikiran seseorang dapat membuatmu menjadi seorang Buddha juga bisa membuatmu menjadi binatang. Mengapa banyak orang saat ini berperilaku seperti manusia, tetapi hal-hal gelap yang dilakukannya itu seperti binatang? Karena mereka tidak mengerti bahwa pencerahan pikiran akan menjadi Buddha. Ketika pikiranmu tercerahkan, kamu telah menjadi Buddha. Ketika pikiranmu bingung dan tidak memahami aturan hukum ini, kamu sebenarnya telah menjadi iblis. Oleh karena itu, harus menaklukkan hati dan menjadi penguasa hati diri sendiri, bukan menjadi budaknya. Ketika kamu berjalan melewati sebuah pusat perbelanjaan, ada sesuatu yang menggerakkan hatimu, kamu harus membelinya. Ketika kamu tidak punya uang dan ingin meminjam uang untuk membelinya, kamu telah menjadi budak dari hatimu. Memiliki nafsu keinginan di dalam hati baru akan menjadi budak, yaitu iblis keserakahan merasuki tubuh. Oleh karena itu, manusia tidak boleh serakah, harus tahu bagaimana mencari kesempatan untuk mengusir iblis hati yang menipu hatinya, barulah dapat melindungi hati diri yang baik.
Ada pendengar bertanya kepada Master: “Anak saya masih sangat kecil, mengapa dia begitu pemarah? Dia memiliki dua masalah: yang pertama adalah dia suka memarahi orang, dan yang kedua adalah dia picik, berpikiran yang jahat.” Master mengenal orang tuanya dan berkata kepadanya: “Bagaimana anakmu tidak jahat? Coba pikirkan, suamimu selalu berpikir yang buruk, dan kamu sendiri memarahi orang lain dan memiliki temperamen buruk setiap hari. Makanya anakmu ikut menjadi jahat! Ini adalah keturunan.” Dalam dunia Buddhisme, ini adalah sebab dan akibat, halangan karma buruk. Karma masa lalu masih bisa dibayar, masih belum bisa dikikiskan, namun tidak boleh menciptakan karma baru. Hutang lama dan hutang baru akan dihitung bersama-sama. Pada saat itu, kamu akan mengalami penderitaan di dunia. Dulu merokok tetapi sekarang tidak merokok, penyakit paru-paru mungkin tidak akan kambuh, juga tidak akan terkena kanker paru-paru. Namun jika dulunya merokok dan terus merokok hingga saat ini, maka akan segera mengidap kanker paru-paru. Begitu juga kita sebagai manusia, jika kita pernah melakukan perbuatan buruk di masa lalu, dan kita tidak melakukannya sekarang, maka kita selamanya tidak akan salah lagi. Seperti kita dulu pernah menerobos lampu merah, kita 10 tahun tidak menerobos lagi, maka rekornya akan hilang, seperti kita tidak pernah menerobos lampu merah. Jika suatu hari kamu menerobos lampu merah lagi, polisi akan mengatakan bahwa kamu telah melakukan kesalahan 10 tahun yang lalu dan hingga hari ini masih tidak berubah. Jadi berharap semua orang tidak menciptakan karma baru, karena dunia ini bukanlah dunia untuk orang-orang kaya, dan bukan pula dunia untuk orang-orang berkuasa. Dunia ini adalah dunia untuk orang-orang yang mempunyai hati. Selama kamu mempunyai hati, dunia adalah milikmu. Jadi, menekuni Dharma dengan sepenuh hati, dan melakukan setiap perbuatan baik, maka kamu akan memiliki dunia ini.
Manusia mempunyai dua mata yang sejajar, harus melihat orang dengan setara. Manusia mempunyai dua telinga di kedua sisi, jadi jangan mendengarkan kata sepihak. Manusia mempunyai dua telinga dan satu mulut, yang berarti kita harus banyak mendengar dan sedikit berbicara. Bencana berasal dari mulut dan penyakit masuk melalui mulut. Seseorang mempunyai satu jantung tetapi dua bilik. Kita melakukan sesuatu bukan untuk diri kita sendiri tetapi untuk orang lain, jadi ketika memikirkan diri sendiri, namun juga harus memikirkan orang lain, itu barulah benar-benar memiliki welas asih dan hati nurani.
Orang butuh ketertiban dan masyarakat butuh ketertiban. Inilah kualitas dasar manusia. Kita juga harus menaati sila dan aturan ketika bergaul dengan orang lain, harus menghormati semua orang. Dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, “Anggaplah orang yang lebih tua sebagai orang tuamu, dan orang yang muda sebagai anak-anakmu, dan anggaplah yang sebaya sebagai kakak beradikmu.” Inilah welas asih, inilah kemanusiaan. Jika seorang praktisi Buddhis mempunyai lebih banyak welas asih, maka kebenciannya akan berkurang. Jika dia memiliki lebih banyak kasih sayang, maka kebenciannya akan berkurang. Berharap semua orang hidup di dunia yang penuh kasih sayang, dan menebarkan kasih sayang ke seluruh dunia, agar dunia ini penuh dengan kasih sayang. Kita hidup di dunia yang penuh kasih sayang baru akan lebih bermakna.
Hanya ada orang yang tidak bisa berpikiran terbuka di dunia ini, tidak ada jalan yang buntu. Keadaan baik atau buruk itu adalah jodoh pendukung untuk mengikis karma dan meningkatkan berkah dan kebijaksanaan. Kita jangan bersaing, pikiran bersaing tidak akan menciptakan hal-hal yang indah. Hati yang sombong tidak dapat menghasilkan perasaan mulia apa pun. Praktisi Buddhis, hati kita yang baik akan selalu mengharukan semua orang. Kita harus membuat semua orang memahami bahwa dunia ini penuh dengan kasih sayang. Kita membutuhkan perdamaian, kita membutuhkan keharmonisan. Kita membutuhkan hati yang baik dari praktisi Buddhis. Berharap semua orang dapat saling membantu. Jika setiap orang memberi sedikit kasih sayang, dunia ini akan menjadi lebih indah.
Hari ini, Master datang ke Jerman untuk kedua kalinya. Berharap semakin banyak orang yang dapat mempelajari Buddha Dharma. Berharap semakin banyak orang dapat memperoleh pikiran Buddha. Praktisi Buddhis harus melepaskan pikiran kemelekatan mereka. Jangan serakah terhadap hal-hal yang bukan miliknya. Persaingan akan membuat diri sendiri sedih dan risau. Orang-orang harus memperlakukan satu sama lain dengan kesetaraan hati. Hari ini kita semua adalah sahabat, adalah teman se-Dharma. Kita sama-sama memiliki hati yang welas asih. Kita harus membuat lebih banyak orang merasakan dan memahami hati welas asih kita. Semoga Master membawakan manfaat bagi semua orang.