9. Memahami Kehidupan, Memandang Segalanya dengan Keseimbangan Batin dan Melihat Kebenaran di Baliknya
Master akan melanjutkan pembahasan dengan kalian, saat kalian melakukan sesuatu, kapan kalian bisa mengetahui kebenarannya? Dengan kata lain, kapan kamu bisa merasakan kalau apa yang dirimu lakukan adalah benar, itu disebut sebagai kapan bisa mengetahui kebenarannya. Master mengatakan hal-hal ini kepada kalian, supaya kalian bisa merenungkannya baik-baik, seumur hidup kalian ini, kapan kalian pernah melakukan sesuatu yang benar? Baik kalian para pengikut maupun murid-murid ini, coba pikirkan baik-baik, seumur hidup kalian ini, berapa banyak hal yang telah kalian lakukan dengan benar? Semuanya berada di tengah ketenaran dan keuntungan yang palsu, membuat kalian belajar untuk mengejar ketenaran dan keuntungan; berada di tengah kehidupan materiil yang palsu, membuat kalian belajar mengejar kepuasan dan kenikmatan materiil. Dalam hal ini, apa yang telah kamu lakukan dengan benar? Steve Jobs sebelum meninggal, dia pun merasa dirinya sangat hebat, dia memiliki kekayaan sebesar 46 trilliun. Saat menjelang ajalnya, dia baru benar-benar memahami bahwa semua uang ini baginya tiada artinya. Dia baru benar-benar mengetahui bahwa betapa lemah dan rapuhnya dirinya. Dia sudah bekerja keras seumur hidup, lalu apakah bahkan hak untuk tetap hidup pun tidak ada? Mengapa orang lain bisa tetap hidup, sedangkan saya tidak bisa hidup? Inilah hal yang tidak dipahaminya. Namun sekarang masih ada sebagian orang yang tetap mati-matian mengejar ketenaran dan kekayaan dalam kehidupannya, pada akhirnya saat menjelang ajalnya, dia juga tidak memahaminya. Orang yang pintar sampai pada akhirnya, sepertinya mampu berpikiran terbuka, akan tetapi seumur hidupnya pun sudah berakhir.
Harus mengurangi nafsu keinginan dan kerisauan. Yang Master ajarkan kepada kalian semuanya adalah ajaran Dharma dalam bahasa sehari-hari. Nafsu keinginan harus dikurangi, maka kerisauan baru bisa berkurang. Hari ini memikirkan ini, besok memikirkan itu, semakin dipikirkan semakin marah, terus berpikir sampai pada akhirnya membuat dirimu sendiri semakin sedih. Kurangi mengejar nafsu keinginan, kurangi keirihatian dan kebencian. Jangan mengejar segala sesuatunya, janganlah membenci orang lain, cukup berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan diri sendiri. Seberapa besar kemampuan saya, maka sebanyak itulah hal yang akan saya lakukan, terhadap hal-hal yang tidak bisa saya lakukan, jangan memaksakan diri, bukankah tidak akan ada masalah? Misalnya beberapa hari yang lalu, ada satu masalah yang dia merasa harus menanyakannya kepada Master, jika tidak ditanyakan, maka dia akan bersusah hati, pada akhirnya kalau tidak ditanyakan, bukankah akan berlalu juga? Akan tetapi perasaannya waktu itu, tidak bisa kalau tidak bertanya, rasanya sedih sekali, saya tetap harus menanyakannya; sudah tahu kalau Master akan mengkritik saya, namun tetap bersikeras untuk bertanya; tidak peduli orang lain akan bagaimana, saya tetap harus bertanya … karena kamu memiliki nafsu keinginan ini, membuat kerisauanmu muncul. Oleh karena itu, lakukan segalanya sesuai dengan kemampuan sendiri, harus bisa bertanggungjawab terhadap diri sendiri. Jika hari ini saya bisa begini maka itu sudah cukup, saya sudah bertanggungjawab terhadap diri sendiri. Banyak orang yang berusaha keras mendidik dan mendisiplinkan anaknya, mengatur suami, mengatur istri, sesungguhnya saat kamu sedang mengaturnya, kamu memiliki suatu keinginan untuk menguasainya, kamu merasa senang. Seperti nenek tetua dalam kisah {Mimpi di Loteng Merah}, dia merasa kalau dia adalah tetua, lalu semuanya mau dinasihati, semuanya mau dikritik, semuanya harus diaturnya. Sesungguhnya, orang itu menderita atau tidak? Jangan pernah mendirikan kebahagiaan diri sendiri di atas penderitaan orang lain. Banyak orang secara tidak sadar berbuat demikian, inilah penyebab dari mengapa orang-orang sering melakukan kesalahan. Karena orang-orang sering berbuat demikian, makanya mereka bisa melakukan kesalahan, inilah sebabnya mengapa orang-orang menjadi manusia. Mengapa kita di dunia ini bisa begitu banyak menderita? Mengapa kita bisa tenggelam di tengah nafsu keinginan? Mengapa kita bisa tersesat dan memutarbalikkan kebenaran? Mengapa ada begitu banyak mengapa? Karena kamu adalah manusia, makanya dirimu baru bisa melakukan hal-hal ini, makanya dirimu baru bisa tersesat dan memutarbalikkan kebenaran, karena kamu tidak memahaminya. Inilah yang Master katakan kepada kalian, alasan mengapa manusia menjadi manusia, karena kalian memiliki beberapa sisi buruk ini, makanya kalian baru bisa menjadi manusia. Kalian tersesat dan memutarbalikkan kebenaran, kalian di dunia ini bersikap dan berbuat sembarangan, dan kehilangan arah tujuan hidup.
Kita harus belajar untuk “mengerjakan sesuatu meskipun tak berdaya”, apa maksudnya? Seperti, walau saat ini saya tidak memiliki kemampuan seperti ini, tetapi saya akan mengerahkan segenap kekuatan saya untuk mengerjakan hal ini, itulah yang disebut sebagai “mengerjakan sesuatu meskipun tak berdaya”. Meskipun saya tidak memiliki kekuatan, tetapi saya akan berusaha keras sepenuh hati untuk mengerjakan hal ini, mengerti? Karena ini amat sangat penting. Selain itu, pada kenyataannya, waktu bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki setiap orang, waktu bisa menghilangkan luka batin kamu, dia bisa memperpendek hidupmu, juga bisa membuat hidupmu merana maupun bahagia, jadi jangan mengira kamu memiliki waktu, karena waktu tidak untuk kamu miliki. Ada banyak orang yang melewatkan waktunya dengan bermain, maka hilang sudah waktu tersebut, sebenarnya dia telah mendekati akhir hayat hidupnya satu menit satu detik lebih dekat. Oleh karena itu, pahamilah bahwa, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik, karena ini sama dengan menerapkan Ajaran Buddha Dharma dengan baik, seseorang yang bisa menghemat waktunya, sesungguhnya merupakan orang yang benar-benar telah memahami makna menekuni Ajaran Buddha Dharma. Jika hari ini, kamu bisa menghargai hidup, menghargai waktu, maka sebenarnya berarti kamu sama dengan menghargai Buddha dan menghargai Dharma. Buddha dan Dharma setiap saat menyatu di dalam pikiran kita. Contoh sederhana, pada saat kita duduk di kereta api atau naik pesawat, asalkan kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, menghargai setiap menit setiap detik untuk melafalkan paritta dan membina pikiran, maka kamu akan memperoleh jasa kebajikan di setiap menit dan setiap detik, dan jasa-jasa kebajikan ini bisa membantumu menangkal bencana besar atau malapetaka besar yang akan menimpa keluargamu atau dunia ini. Pada saat itu, mengapa orang lain tidak bisa menghindarinya, namun kamu bisa mengelak darinya? Itu karena jasa kebajikan yang biasanya kamu kumpulkan. Ini umpamanya seperti, ada sebagian orang yang mengumpulkan uang dan pelan-pelan menabungnya, namun ada juga orang-orang yang langsung menggunakan uang yang didapatkannya.
Kita harus benar-benar menyelami Ajaran Buddha Dharma dengan sepenuh hati, kita harus memiliki sudut pandang diri yang benar. Apa yang dimaksud dengan menyelami dengan sepenuh hati? Segala hal yang dilakukan dengan sepenuh hati, akan kamu kerjakan dengan baik; jika tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh, maka kamu tidak akan bisa menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam melakukan setiap hal, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati, yang saya lakukan hari ini benar atau tidak? Paritta yang saya lafalkan hari ini benar atau tidak? Apakah hal yang saya lakukan pada hari ini bertentangan dengan aturan Dharma? Apakah saya sudah bersikap keterlaluan dan tidak seharusnya memarahinya?….. Harus menggunakan pemikiran yang benar dalam mempertimbangkan sudut pandang diri sendiri. Pendapatmu sendiri belum tentu benar, maka kita perlu menggunakan pemikiran yang benar untuk membuktikan kebenaran sudut pandang diri kita sendiri. “Sudut pandang diri” adalah suatu hal yang kamu anggap dan dirimu lihat sendiri. Apabila seseorang ingin terbebas dari kelahiran dan kematian, maka dia harus memiliki sudut pandang yang benar. Dan juga pemahaman yang benar, “pemahaman”yakni hal-hal yang kamu ketahui mengenai segala sesuatu yang kamu lihat, pemahaman sendiri dan sudut pandang sendiri, sesungguhnya keduanya sama. Ada banyak hal yang kamu anggap benar, namun sesungguhnya tidak benar; banyak hal yang kamu ketahui, namun sesungguhnya juga bukan merupakan hal-hal yang benar, yang sesuai dengan anggapan kamu.
Master beritahu kalian, terhadap welas asih Buddha dan Bodhisattva, kalian harus memahaminya dengan baik dan benar. Welas asih Buddha dan Bodhisattva, banyak orang yang tidak memahaminya dengan benar, melainkan menganggap Buddha dan Bodhisattva sebagai “sehelai rumput penyelamat”. Begitu bertemu dengan masalah, lalu “Bodhisattva mohon tolong saya”, dan bersembah sujud, memasang dupa; saat tidak ada masalah, lalu seperti tidak pernah merasakan perasaan welas asih Bodhisattva terhadapnya, tidak pernah berpikir untuk lebih banyak bersembah sujud kepada Buddha dan Bodhisattva, atau lebih banyak melafalkan paritta. Inilah yang sering kita sebut di dunia ini sebagai “memeluk kaki Buddha dalam keadaan terdesak”. Orang lain melakukan banyak jasa kebajikan makanya dia bisa terhindar dari malapetaka. Sedangkan kamu, berapa banyak yang dirimu dilakukan? Apakah dirimu bisa terhindar dari bencana-bencana ini?
Kita harus bisa bertindak tanpa tujuan, menyelamatkan lebih banyak kesadaran spiritual makhluk hidup. Seringlah berpikir: saya sedang menekuni Dharma, walaupun masih belum ada efek yang terlalu besar, namun saya tetap harus melakukan – mempraktikkannya, ini yang disebut sebagai bertindak tanpa tujuan. Saya akan menyelamatkan lebih banyak kesadaran spiritual orang-orang, saya harus memahami segalanya dan menemukan sifat dasar sendiri, saya harus bisa memahami pikiran sendiri, harus bisa melihat sifat dasar sendiri yang adalah sangat baik hati; harus bisa terbebas dari kelahiran dan kematian, harus bisa memutuskan kerisauan. Terbebas dari kelahiran dan kematian, berarti saya sudah tidak takut akan kematian, karena saya tahu bahwa manusia tidak akan mati, jika saya sudah membina diri baik-baik, saya akan pergi ke dunia yang lain dan tetap hidup, ini yang disebut sebagai membebaskan diri dari kelahiran dan kematian. Seperti saat kalian pergi meninggalkan kampung halaman, akan ada banyak sanak saudara dan teman-teman yang mengajak kalian makan, jika setelah kalian pergi lalu tidak mau kembali lagi, seumur hidup tidak akan pulang lagi, meninggalkan kampung halaman, pergi hidup di dunia yang lain, ini seperti membebaskan diri dari kelahiran dan kematian. Contoh sederhana: setelah kamu meninggalkan kampung halaman, dari begitu banyak sanak saudara dan teman-teman seumur hidup ini belum tentu bisa bertemu lagi, oleh karena itu saat akan pergi meninggalkan kampung halaman, mengundang semua orang untuk makan bersama, minum bersama, menangis dan bersedih. Akan tetapi sampai di kota yang baru, lama-kelamaan, pelan-pelan akan melupakannya. Saat kita manusia meninggal pun juga demikian. Tunggu sampai sesudah kita pergi ke Surga, pelan-pelan kita akan melupakan sanak saudara dan teman-teman yang ada di Australia sebelum kita meninggal, pada saat itu juga akan merasa tidak rela. Coba kalian pikirkan, setiap kali kalian selesai berkumpul, saat teman baik akan pergi, apakah rela membiarkan dia pergi? Tidak mau berpisah. Akan tetapi kalian pun tidak ada pilihan lain, kalian sudah pergi. Setelah kalian pergi sampai di Australia, maka lama-kelamaan, apakah kalian masih akan mengingat orang-orang ini? Tetap bisa, akan tetapi menjadi semakin pudar semakin lupa. Ini sama seperti kita manusia, yang tidak bisa terbebas dari kelahiran dan kematian. Karena pada saat kamu meninggal, kamu masih memikirkan dan tidak merelakan sanak saudaramu – orang-orang yang untuk sementara waktu di kehidupan ini berjodoh denganmu, sedangkan jodoh-jodoh ini juga berlangsung selama puluhan tahun. Apakah kalian pernah mendengar anjing menangis? Sepasang anjing yang dirawat di rumah, ketika anjing yang satu meninggal, maka anjing yang satunya lagi jadi tidak mau makan, tidak mau tidur, terus menangis di samping. Suara tangisannya terdengar di dalam, seperti seorang anak kecil yang menangis tersedu-sedu sambil membenamkan kepalanya. Seekor anjing juga hanya berusia sampai 8 atau 12 tahun, coba kalian pikirkan, dia juga bisa sedih, apalagi manusia? Manusia juga sama, jika kamu tidak bisa berpikiran terbuka, mengira bahwa seumur hidup ini kamu benar-benar telah meninggalkannya, maka kamu sudah salah. Orang yang benar-benar sudah terbebas dari kelahiran dan kematian, adalah orang yang bisa melihat menembus kenyataan di dunia ini, yakni orang yang bisa berpikiran terbuka dan tersadarkan, dengan kata lain, adalah orang yang bisa melihat segalanya secara menyeluruh dengan potensi kesadarannya. Potensi kesadaran ini adalah mengetahui bahwa setelah saya meninggal, saya bisa pergi ke Surga; setelah saya meninggal, saya masih bisa bertemu dengan keluarga; setelah saya meninggal, saya bisa mengetahui bahwa lambat-laun, jodoh saya dengan mereka akan pelan-pelan terputus. Oleh karena itu, terhadap segala hal, janganlah melekat, ketahuilah bahwa segala keterikatan di dunia ini adalah palsu, kamu baru bisa hidup dengan bahagia dan bebas.
Master beritahu kalian, harus bisa memutuskan kerisauan, hanya keabadian Buddha dan Bodhisattva yang kekal. Kita harus bisa memutuskan kerisauan, karena hanya Buddha dan Bodhisattva yang akan selamanya tinggal di dunia ini, karena Buddha dan Bodhisattva selamanya tidak akan pergi. Kalau begitu siapapun akan berpikir: paling bagus kalau saya juga tidak pergi. Apakah kalian adalah Bodhisattva? Apakah yang kalian pelajari? Bukankah meneladani Bodhisattva? Setelah meneladani tingkat kesadaran Bodhisattva, maka tingkat kesadaran spiritualmu baru bisa berada di dunia ini tidak akan pergi, selamanya akan tinggal di dunia ini, meskipun tubuh jasmani sudah tidak ada lagi, namun kesadaran spiritual akan tetap abadi. Kalau tidak bagaimana mungkin kalian bisa selamanya terus tinggal di sini?
Selain itu, Master memberitahu kalian, karena kalian setiap orang memiliki sifat Kebuddhaan, yang saling tidak menghalangi. Banyak orang yang tidak mengerti, mengira Buddha dan Bodhisattva adalah milikmu, bukan miliknya. Ini sama seperti anggapan kalian terhadap Master. Kalian semua adalah pengikut dan murid Master, setiap orang mengatakan kalau Master adalah milik saya, bukan milikmu, apakah boleh begitu? Bodhisattva adalah milik semua makhluk. Kalian menyayangi Bodhisattva, maka pada kenyataannya, kalian saling memiliki, tidak ada yang menghalangi, selain itu saling memiliki lebih memperkuat jodoh Kebudhaan kalian. Kalian harus bisa memahami prinsip kebenaran ini. Master beritahu kalian, harus bisa membuktikan sifat Kebuddhaan diri sendiri. Karena kalian tahu bahwa setiap orang memiliki sifat Kebuddhaan, yang saling tidak menghalangi, selain itu dengan begitu bisa membuktikan sifat Kebuddhaan diri sendiri. Di dalam pikiranmu terdapat satu Buddha, di dalam pikirannya juga ada satu Buddha, betapa baiknya. Jangan mengira kalau di rumahmu ada lampu listrik, lalu tidak mau membiarkan setiap rumah bisa memasang lampu listrik. Betapa baiknya kalau setiap rumah bisa menjadi terang. Tidak boleh karena rumahmu memiliki mobil, lalu tidak mau membiarkan orang lain memiliki mobil. Kita harus membiarkan sifat Kebuddhaan menerangi ruang hati setiap orang, membuat Buddha dan Bodhisattva di hati setiap orang bersinar berkilauan, itu berarti sudah membuktikan sifat Kebuddhaan diri sendiri.
Kita harus bisa melihat dengan transparan, melihat menembusnya, melihat kebenarannya, melihat dengan keseimbangan pikiran. Apakah melihat secara transparan? Melihat secara transparan berarti melihat suatu masalah secara transparan. Melihat dengan keseimbangan pikiran, yakni terhadap segala hal jangan terlalu mementingkannya, tidak usah terlalu memedulikannya. Seperti saya sudah berumur segini, apapun yang dia lakukan biarkan saja. Melihat kebenarannya, adalah melihat suatu masalah sampai bisa melihat kebenaran di baliknya. Misalnya hari ini saya ingin menjadi ketua komisaris, sedangkan ketua komisaris ini juga berganti setiap dua tahun, saya sudah melihat kebenarannya. Saya adalah orang yang bernasib pekerja, masih ingin menjadi ketua komisaris, apakah setelah dua tahun berlalu, saya tetap bisa terus melakukannya? Apakah saya memiliki sandaran bagi tubuh saya sendiri? Apakah saya sendiri memiliki kemampuannya? Ketika sudah memahaminya, maka akan bisa melihat kebenaran di baliknya. Melihat dengan keseimbangan pikiran, adalah seperti saya berusaha keras baik terhadap anak, namun setelah anak sudah dewasa, dia akan bekerja dan membangun rumah tangganya sendiri, dia akan bersikap baik terhadap istrinya, dia akan baik terhadap anaknya sendiri, dia tidak akan baik terhadap saya seperti dulu lagi – ini yang namanya melihat dengan keseimbangan pikiran. Selain itu, masih ada melihat melampauinya, yakni melihat masalah ini secara lebih terbuka. Apakah arti dari “melampaui”? Yakni sudah melampaui sesuatu masalah yang kamu anggap tidak bisa dilampaui. Misalnya, hari ini tiba-tiba saya ingin meraup keuntungan ini, jika memiliki uang ini, maka seumur hidup saya tidak usah bekerja lagi. Banyak orang yang hidup demi mencapai tujuan ini, namun pada kenyataannya, dia masih belum melihat melampauinya. Jika dia sudah melihat melampauinya, memangnya uang-uang ini bisa kamu gunakan sampai akhir? Apakah uang ini di tengahnya tidak akan berubah? Bagaimana kalau kamu ditipu orang lain? Atau dicuri orang lain? Atau dirampas orang lain? Atau tiba-tiba kamu meninggal secara mendadak? Memangnya semuanya ini tidak akan mengalami perubahan? Kalau sudah bisa memandangnya seperti itu, berarti kamu sudah melihat melampauinya, maka kamu tidak akan peduli lagi. Misalnya, saya sudah melihat melampauinya, sudah tidak menjadi masalah, kamu mau marah ya biarkan saja, pokoknya saya sudah menikah denganmu, saya sudah berusia lanjut, saya pun tidak akan menikah lagi, kalau kamu baik terhadap saya ya bagus, kalau kamu mau marah-marah, ya biarkan saja, pokoknya saya akan terus mengikutimu, tunggu sampai pada suatu hari kamu mencampakkan saya, maka saya pun tetap begini, saya tetap akan hidup dengan baik, tidak menjadi masalah bagi saya, saya sudah melihat kebenarannya, saya sudah melihatnya secara transparan, saya sudah melihat melampauinya. Jika demikian, bukankah berarti kamu sudah mengosongkan pikiranmu sendiri. Tentu saja, tujuan Master bukan membiarkan kalian dirugikan, namun agar kalian bisa mengosongkan pikiran. Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan mengosongkan pikiran? Orang-orang sering mengatakan bahwa orang yang tidak punya hati – tidak berperasaan tidak akan jatuh sakit. Terhadap segalanya tertawa dan tidak menganggap sebagai masalah, tidak lama kemudian bisa melupakannya. Sesungguhnya orang yang memiliki ingatan yang buruk benar-benar bisa panjang umur. Barusan kamu memarahi saya, tidak lama kemudian saya sudah bisa tersenyum dan melupakannya, sesungguhnya orang dengan karakter seperti ini akan panjang umur.
Oleh karena itu, Master sering mengatakan satu perkataan yang terkenal yakni, “karakter menentukan nasib seseorang”. Seseorang yang memiliki karakter yang baik, maka dia akan bernasib baik. Seseorang yang memiliki karakter yang sepanjang waktu cemburu pada orang lain, membenci orang lain, sepanjang hari bersedih, maka nasibnya pun tidak akan baik, hidupnya tidak akan bebas, tidak akan nyaman. Coba kamu pikirkan, apa hubungannya baik buruknya orang lain dengan dirimu? Alangkah baiknya kalau kamu tidak punya hati dan tidak berperasaan. Akan tetapi tidak punya hati – tidak berperasaan tidak berarti tidak memiliki kebijaksanaan. Banyak orang yang tidak punya hati tidak berperasaan dan tidak bijaksana, pada akhirnya dimarahi orang lain, disebut sebagai orang bodoh, dia pun hanya bisa tertawa, karena dia tidak memiliki kebijaksanaan. Tidak punya hati dan tidak berperasaan namun harus memiliki kebijaksanaan, ini yang disebut sebagai kebijaksanaan besar namun terlihat seperti orang bodoh. Bisa benar-benar melakukan sesuatu sampai diri sendiri paham, saya memang suka dirugikan, orang lain mengambil keuntungan dari diri saya membuat saya merasa senang, karena walaupun kamu mengambil keuntungan dari diri saya, saya tetap sangat senang. Mengapa? Karena saya sudah berdana lagi. Ada seorang biksu tua yang demikian, ada orang yang meminta dana dukungan dari biksu tua ini, dan beliau memberikannya. Setelah orang itu pergi, umat lain datang memberitahunya: “Guru, mengapa kamu memberikan dana dukungan kepadanya? Tahukah kamu kalau dia menipumu.” Biksu tua berkata: “Ya, saya tahu kalau dia menipu saya.” Umat: “kamu tahu kalau dia menipumu, namun kamu tetap membiarkan dirimu ditipu?” Biksu tua tersenyum dan berkata: “Kalau dia ingin menipu, ya biarkan saja.” Coba pikirkan, tingkat kesadaran spiritual apakah ini? Sudah tahu kalau orang lain menipumu, namun tetap membiarkan ditipu, ini adalah hasil pembinaan diri, harus bisa menaunginya. Dia membohongimu, dia memiliki logikanya sendiri; kamu ditipu orang lain, yang ditipu adalah uangmu, namun kebijaksanaanmu tidak ditipu pergi oleh orang itu, pikiranmu tidak ditipu oleh orang itu, namun kesadaran spiritual kamu meningkat, mengikis halangan karma buruk diri sendiri. Oleh karena itu, harta kekayaan tidak ditipu pergi, namun malah mengosongkan kerisauan di hatimu.