7. Dunia Khayalan dan Delusi, Jangan Menjadi Orang Awam yang Karena Keuntungan dan Kerugiannya Sendiri Jadi Berubah Mengikuti Keadaan 妄境妄心,不做凡夫为得失被境所转

7. Dunia Khayalan dan Delusi, Jangan Menjadi Orang Awam yang Karena Keuntungan dan Kerugiannya Sendiri Jadi Berubah Mengikuti Keadaan

Master hari ini beritahu kalian: harus belajar untuk menoleransi, jangan biarkan pemikiran liar apapun tinggal di dalam pikiran kita. Kalian setiap orang memiliki banyak pemikiran liar, apabila membiarkan pemikiran-pemikiran liar ini tinggal di dalam pikiran kalian, maka akan melahirkan ilusi mimpi yang kontradiktif. Jika kamu meninggalkan pemikiran liar dan ilusi, keberuntungan dan kelancaran baru bisa menghampirimu. Mengapa dikatakan sebagai ilusi yang kontradiktif – bertolak belakang? Karena manusia seringkali memandang yang benar menjadi yang salah, sebaliknya memandang yang salah menjadi benar, ini yang dinamakan sebagai kontradiktif. Misalnya, setiap orang mengatakan mau hidup baik-baik, akan tetapi apakah mereka benar-benar ingin hidup baik-baik? Kekurangan kebanyakan orang adalah diri sendiri ingin hidup dengan tenang dan damai, akan tetapi mulutnya sendiri suka menyindir orang lain, pada akhirnya orang lain akan menjahatinya, membuat hidupnya menjadi tidak tenang. Inilah yang disebut sebagai kontradiktif. Setiap orang tahu bahwa hidup – nyawa kita sangat penting, akan tetapi bagaimana orang-orang masa kini memandang hidup ini? Mereka memutarbalikkannya. Sudah jelas tahu bahwa tubuh ini sangat penting, namun dia malah merokok, membuat paru-parunya sendiri rusak, membuat hidupnya tidak nyaman, inilah kontradiktif. Sudah jelas tahu bahwa liver yang paling penting, namun dia setiap hari minum arak. Bukankah ini kontradiktif? Dalam hidup kita ini, banyak pemikiran kita yang semuanya terbalik. Hal yang dikatakan orang lain sebagai hal baik, malah disebutnya sebagai hal buruk; hal yang dikatakan orang lain sebagai hal buruk, malah disebutnya sebagai hal baik. Orang lain sungguh-sungguh menjadi orang baik, namun dia malah mengatai orang seperti ini bodoh, mengatakan orang yang jujur dan menaati aturan sebagai orang yang bodoh. Akan tetapi, dia sendiri, tidak melakukan kebaikan, akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman. Bukankah ini adalah kontradiktif? Lalu apakah ilusi mimpi itu? Yakni hal-hal yang tidak bisa dilakukan namun masih berpikir untuk melakukannya, sudah jelas tidak mampu melakukan hal ini, namun dia masih bersikeras melakukannya, ini namanya ilusi mimpi; tidak punya uang lalu bekerja keras mencari uang, tidak terkenal lalu bersikeras mengejar ketenaran, ini namanya khayalan yang kontradiktif. Apabila kita sudah meninggalkan ilusi mimpi yang kontradiktif ini, maka segalanya akan dilancarkan sesuai keinginan kita.

Selanjutnya, Master akan membahas tentang segala hal di dunia ini adalah ilusi. Baik sesuatu yang hari ini kamu anggap benar maupun tidak benar, semuanya akan berubah layaknya ilusi mimpi. Dengan kata lain, segala hal yang kamu dapatkan hari ini tidak berarti akan kamu miliki di hari esok, dan segala hal yang kamu miliki hari ini bukan berarti kamu tidak akan kehilangannya di hari esok, inilah yang dinamakan ketidakkekalan ilusi. Kalian semua tahu, dalam menekuni Dharma, kita sering membahas tentang “ketidakkekalan”, “ketidakkekalan” berarti semuanya tidaklah abadi. Usia kamu tidak abadi, uang kamu tidak abadi, rumah kamu tidak abadi, dan lain sebagainya, semuanya tidak ada yang abadi, dan ketidakkekalan-ketidakkekalan ini akan membawa penderitaan bagi dirimu, semuanya adalah ilusi. Karena dia tidak kekal, maka disebut sebagai benda ilusi, yang palsu, yang tidak nyata. Ketika kamu memiliki benda-benda yang tidak kekal ini, sesungguhnya berarti dirimu sudah memasuki dunia ilusimu, sedangkan dunia ilusi ini sama seperti bermimpi. Dari mana ilusi ini muncul, yakni seperti hal yang sudah kamu lakukan hari ini, besok sudah tidak ada, ini akan melahirkan ilusi. Misalnya hari ini sudah jelas kamu masih memilikinya, namun besok dia meninggal, ini namanya ilusi. Ilusi adalah sesuatu yang tidak nyata. Maka, ada fase terlahir – tinggal – berubah – lenyap. Dengan kata lain, setelah seseorang dilahirkan, dia bisa tinggal di dunia ini, lalu “berubah dan lenyap”, adalah perubahan yang mengarah ke kehancuran. Fase kelahiran – tinggal – berubah – lenyap, dengan kata lain menegaskan semuanya akan lenyap, semuanya akan menjadi hilang. Makanan yang kamu makan hari ini, sudah tidak ada di hari esok, lalu besok kamu akan makan lagi. Segala yang kamu miliki di rumah hari ini, mungkin saja beberapa hari kemudian akan hilang. Oleh karena itu, terlahirkan dan tinggal di dunia ini dan semuanya berada dalam kondisi terus berubah-ubah.

Manusia karena melekat akan keuntungan dan kerugian dirinya sendiri baru bisa melahirkan delusi – pemikiran yang tidak mendasar. Lalu bagaimanakah seseorang karena terlalu mementingkan keuntungan dan kerugiannya sendiri sampai bisa terlahir delusi? Karena delusi ini muncul dari keuntungan dan kerugianmu. Misalnya, hari ini kamu meraup sedikit keuntungan berupa uang, lalu kamu merasa sudah mendapat sesuatu, maka mulai muncul delusi atau khayalan dalam dirimu, seperti apakah delusi itu? Saya ingin menggunakan uang ini untuk mendapatkan lebih banyak uang, ini adalah delusi. Hari ini ada orang yang mengatakan, “kamu masih sangat muda, sesungguhnya kamu masih bisa ikut kontes kecantikan”, lalu melahirkan delusi dalam dirinya. Pada kenyataannya, dia adalah orang yang sudah berumur. Namun karena perkataan orang lain, membuat dirinya merasa masih sangat muda, masih mau ikut kontes kecantikan, pada akhirnya bahkan kesempatan untuk mendaftarkan diri saja tidak diberikan kepadanya. Karena dia sudah lupa pada umurnya sendiri, dia tidak sadar apa yang dilakukannya sendiri; karena pemikiran untung-rugi pada dirimu, ilusimu, membuat delusi-delusi pada dirimu mulai bermunculan. Misalnya kamu kehilangan anak, lalu kamu berpikir, saya seharusnya begini dan begitu; ketika kamu kehilangan suami, kamu berpikir, kalau saya seharusnya begini dan begitu, ini semua adalah suatu perubahan pikiran, suatu delusi yang terlahir keluar. Apa yang disebut sebagai delusi? Delusi adalah sesuatu yang seharusnya tidak ada, namun kamu “bersikeras” memikirkannya. Karena pemikiran untung-rugimu yang terlalu besar, hari ini kamu kehilangan sesuatu hal, membuat kamu mulai sembarangan berpikir; karena kamu mendapatkan sesuatu, lalu kamu pun mulai berpikir sembarangan. Oleh karena itu, jangan terlalu mementingkan untung dan rugi, maka tidak akan terlahir delusi dalam dirimu. Harus diingat baik-baik, ini sangat penting.

Berikutnya, Master akan membahas mengenai dunia khayalan dan delusi, karena keduanya akan saling mempengaruhi dan mendorong perubahan satu sama lain. Apakah dunia khayalan itu? Keadaan atau kondisi yang kamu lihat adalah palsu. Contohnya, hari ini kamu melihat banyak sekali murid di sini, kamu merasa sangat senang, semua orang merasa senang, namun ini semua adalah suatu kepalsuan, karena dalam sekejap ketika semua orang sudah pergi, maka semuanya sudah tidak ada lagi. Seperti hari ini kamu menyelenggarakan sebuah jamuan makan, semuanya ditata dengan sangat bagus, lalu orang-orang mengucapkan selamat kepadamu, berterima kasih kepadamu, semua orang minum arak, bernyanyi, menari, namun kondisi seperti ini akan berangsur-angsur hilang seiring dengan berjalannya waktu, sebentar saja semuanya akan lenyap secepat letupan gelembung sabun. Bukankah berarti kejadian-kejadian ini dan tempat-tempat itu, semuanya adalah suatu kepalsuan? Siapa yang bisa menjamin bahwa jamuan makan ini bisa selamanya berlangsung meriah, selamanya gembira? Inilah pertukaran yang terjadi di antara dunia khayalan dan delusi. Apakah delusi itu? Pemikiran yang palsu, pemikiran yang tidak nyata, pemikiran yang mengira bahwa hal ini masih ada. Padahal sesungguhnya, segalanya hanyalah ilusi, fantasi liar, tidak ada. Misalnya, saya dulu pernah datang ke tempat ini, dulu saya merasa di sini sangat mewah dan megah, tetapi mengapa sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi, karena kamu sudah bangkrut, kamu sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Dulu kamu punya uang, bisa tinggal di hotel yang mewah, tetapi sekarang kamu sudah tidak punya uang lagi, maka kamu juga tidak perlu memikirkannya lagi. Oleh karena itu, keadaan dan pemikiran itu saling mempengaruhi perubahan satu sama lain, logikanya sama seperti ketika kamu melihat suatu kondisi atau berada dalam suatu keadaan tertentu, lalu terlahir suatu perasaan karena kamu dipengaruhi oleh lingkungan ini. Oleh karena itu, lingkungan bisa mengubah pemikiranmu, namun pemikiranmu juga bisa mengubah peristiwa-peristiwa yang dulu pernah terjadi dalam ingatanmu. Jika ada sepasang suami istri, dan salah satunya meninggal, maka yang satunya lagi harus pindah rumah, kalau tidak, maka dia bisa segera menderita gangguan jiwa, mengapa begitu? Sederhana saja, karena asalkan dia melihat meja ini yang dulu pernah digunakan pasangannya, atau kursi ini yang pernah didudukinya, panci ini dulu pernah digunakan untuk makan bersama, terus-menerus selama 24 jam, terus mengingat kembali memori-memori ketika mereka masih hidup bersama, maka saat itu, dia sama dengan mencari masalah bagi dirinya sendiri, pemikirannya akan berubah sesuai dengan perubahan lingkungannya, selain itu ditambah karena dia melihat keadaan di sekitarnya, membuat pemikiran dalam dirinya bermunculan kembali mengikuti keadaan lingkungannya.

Pahamilah, bahwa kita tidak boleh melekat – keras kepala, kita mesti selalu melahirkan derita kerisauan di tengah keuntungan dan kerugian. Apakah maksud dari “melahirkan derita kerisauan di tengah keuntungan dan kerugian”? Misalnya, hari ini saya mendapatkan uang, namun pada saat yang sama, saya juga merasa diri saya sangat menderita, dan sangat risau. Mengapa? Karena uang ini hanya bersifat sementara, tidak kekal, bisa hilang kapan saja. Misalnya, hari ini kamu melahirkan seorang anak, kamu merasa gembira. Jika kamu bisa memiliki pikiran akan derita kerisauan, maka kamu akan membina anak ini dengan lebih baik, karena begitu terpikir olehmu bahwa anak ini nantinya akan banyak menderita dengan kita, akan mengalami derita lahir – tua – sakit – mati, derita cinta dan perpisahan, pada saat ini, kamu akan merasa sedikit khawatir. Inilah yang akan selanjutnya Master bahas dengan kalian: hanya orang yang memiliki pikiran akan derita kerisauan, baru bisa memahami pentingnya menekuni Dharma, membina pikiran, dan melafalkan paritta. Banyak orang justru karena tidak kelihatan, merasa bahwa lingkungan ini sangat baik, keadaannya sangat baik baru bisa membuatnya menjadi tidak rela untuk melepas. Namun tidak diketahuinya bahwa semua ini adalah jebakan yang bisa menyebabkan malapetaka yang lebih besar bagi dirimu, karena pikirannya yang benar sepenuhnya sudah tertutupi. Jika seseorang yang tidak memiliki pikiran akan derita kerisauan, maka pikirannya yang benar akan sepenuhnya terselubungi, lalu dirimu setiap hari akan berubah mengikuti keadaan. Begitu keadaan hari ini berubah, bisa membuatmu merasa tidak senang; begitu keadaan hari esok berubah, bisa membuatmu menjadi senang. Lalu bagaimana mungkin kamu bisa memiliki kesadaran pikiran sendiri? Kesadaran spiritualmu akan berubah mengikuti keadaan. Hari ini orang lain memarahimu, lalu kamu segera merasa tidak senang, merasa sedih, juga membalas memarahi orang lain, kalau tidak kamu akan merasa bersusah hati. Ketika orang lain memujimu, lalu kamu segera melambung tinggi sampai lupa diri. Menurutmu, apakah orang seperti ini memiliki kesadaran spiritual? Berarti tidak punya kesadaran spiritual, dia sama sekali tidak tahu apapun. Pikiranmu selamanya akan dipengaruhi dengan keadaan. Kamu ingin gembira, namun keadaan tidak baik terhadapmu, membuat kamu segera merasa tidak senang. Contoh sederhana: pagi ini saat bangun tidur, suasana hatimu sangat bagus, begitu membuka jendela – cuaca mendung, turun hujan, membuat suasana hatimu segera menurun. Suasana hatimu ini selamanya akan dipengaruhi oleh lingkungan, dikekang oleh keadaan. Kamu merasa tidak senang di kantor, membuatmu satu hari menjadi tidak senang; hari ini kamu merasa senang di kantor, membuatmu terus merasa senang; hari ini walaupun kamu adalah bos, namun di kantor begitu melihat ada salah satu pegawai yang bermuka masam, membuatmu merasa tidak senang. Mengapa? Kamu berpikir bahwa, “Saya sudah menghidupimu, namun kamu masih berwajah masam terhadap saya.” Coba pikirkan, suasana hati kalian sendiri telah dikunci oleh orang lain. Jadi orang lain membuat kalian tidak senang, lalu kalian merasa tidak senang. Siapapun begitu menekuk wajahnya, tidak peduli jika kamu adalah bos, saya tetap bisa membuatmu merasa tidak senang. Oleh karena itu, kalian harus memahaminya, jangan sampai dipengaruhi oleh keadaan.

Manusia biasa – orang awam karena keuntungan dan kerugiannya, maka ia dipengaruhi oleh keadaan. Mengapa? Kita adalah orang biasa, hari ini demi sedikit uang, kita hanya bisa mengikuti keadaan. Terhadap sesuatu yang sudah jelas tidak ingin dilakukan, kita pun hanya bisa melakukannya; terhadap sesuatu yang sudah jelas ingin kita lakukan, namun kita tidak bisa melakukannya. Karena kamu adalah manusia biasa, kamu dipengaruhi oleh keadaan, kamu berubah karena keuntungan dan kerugian. Kamu ingin mendapatkan ini, kamu harus menundukkan kepala dan membungkuk, bersuara kecil dan merendah, bahkan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kemauanmu sendiri dan moralitas karakter dirimu sendiri. Karena kalian ingin “mendapatkan”, karena kalian ingin “kehilangan”! Tunggu sampai kamu sudah kehilangan, lalu kamu akan bersedih lagi, lalu kamu kembali harus mengikuti keadaan; tunggu sampai dirimu mendapatkannya, kamu merasa senang, lalu kamu kembali harus berjalan mengikuti keadaan. Misalnya ada banyak pria yang demi mengejar wanita, harus berpura-pura terlihat kaya-raya, harus merapikan dan membersihkan diri, takut setiap perkataannya bisa membuat pacar wanitanya merasa tidak senang, selain itu masih harus membuatnya senang. Bukankah ini berarti berubah mengikuti keadaan? Banyak anak perempuan demi menyenangkan para pria, takut dicampakkan oleh mereka, maka dia akan melakukan apapun yang diminta si pria, dia berputar-putar mengikutinya, sampai pada akhirnya tetap saja dicampakkan. Bukankah ini berarti kamu selamanya berada dalam posisi pasif dalam melakukan segalanya? Setiap langkah yang kamu ambil dikendalikan oleh perasaan, semua perilaku kamu dipengaruhi oleh untung-rugi, mendapatkan atau kehilangan apapun bisa mempengaruhi suasana hatimu, membuat pikiran dan dirimu terus berubah. Inilah mengapa Bodhisattva meminta kita jangan tergoyahkan karena materi, jangan tergerak karena perasaan. Perasaan kita jangan dipengaruhi oleh materi, sedangkan materi kita juga jangan dipengaruhi oleh perasaan. Seberapa kaya pun dirimu, kami melihatmu tetap seperti ini; semiskin apapun dirimu, kami melihatmu juga tetap sama seperti ini – berarti kamu tidak dipengaruhi olehnya. Kalian justru karena memiliki pemikiran untung-rugi yang terlalu besar. Saya ingin anak saya bisa masuk universitas, maka saya harus begini dan begitu … Ya sudah, sederet delusi akan muncul keluar. Ini seperti seseorang demi gengsi – harga dirinya sendiri, demi bisa menandatangani kontrak dengan stasiun televisi, lalu membual tentang betapa kaya rayanya dirinya sendiri, sampai bisa mengundang grup kesenian mana pun ke Australia. Sebenarnya dia sendiri sama sekali tidak kaya raya, pada akhirnya, tidak ada cara lain, dia pun menjual obat-obatan terlarang, akhirnya dipenjara sampai tua dan meninggal. Coba pikirkan, bukankah dia telah mencelakakan dirinya sendiri demi keuntungan dan kerugian? Ini karena dia tidak menekuni ajaran Buddha Dharma, dia tidak memahami prinsip kebenaran, maka selamanya dia hanya bisa dikendalikan oleh orang lain, dia selamanya demi sedikit untung-rugi di hatinya akan kehilangan lebih banyak hal.

Master ingin kalian semua memahami kebenaran-kebenaran ini, janganlah berubah karena keuntungan dan kerugian, juga jangan karena keuntungan dan kerugian lalu tersesat dan menciptakan karma yang buruk yang baru. Karena banyak orang yang berada di tengah ketersesatan lalu menciptakan karma buruk yang baru. Mengapa? Karena saya tidak bisa mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, lalu mulai berusaha keras untuk mengejarnya, pada akhirnya mulai berbuat dosa. Karena saya sudah kehilangan, saya ingin membalas dendam. Ya sudah, bukankah itu namanya berbuat dosa? Kehilangan teman, karena teman ini tidak lagi baik dengannya, lalu menyiramkan asam nitrat – air keras ke mukanya, membuat mukanya rusak. Memangnya kejadian seperti ini masih sedikit di dalam kehidupan masyarakat? Oleh karena itu, kalian semua harus memahami satu hal: kita jangan sampai menciptakan karma buruk demi keuntungan dan kerugian. Karena kamu ingin mendapatkan hal-hal yang palsu itu, maka kamu harus berkorban banyak sekali, sedangkan hal-hal ini pada dasarnya adalah ilusi yang tidak nyata, pengorbanan demi hal-hal ini, maka yang kamu dapatkan pastinya adalah kosong, adalah sesuatu yang palsu, sedangkan harga yang kamu bayarkan adalah karma, adalah menciptakan karma buruk. Manusia yang menciptakan karma. Mengapa seseorang bisa menciptakan karma? Bagaimana karma seseorang bisa timbul? Karena dia tersesat, karena dia tidak tahu, karena dia tidak paham, maka dia mulai menciptakan karma buruk. Jika dia memahami, apa yang boleh dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan, maka dia tidak akan menciptakan karma buruk, juga tidak akan karena telah menciptakan karma buruk lalu menderita. Jika kamu tidak menciptakan karma buruk, maka kamu tidak akan menderita; begitu karma kamu datang, maka kamu pasti akan mendapatkan balasan karmanya. Memangnya masih sedikitkah hal-hal yang membuat kita tersesat? Memangnya masih kurang banyakkah kesalahan yang kita lakukan dulu karena ketidakpahaman? Hari ini kamu mengira, yang kamu lakukan adalah demi kebaikannya, sedang menolongnya. Namun kenyataannya, kamu sedang mencelakakannya. Apakah kalian mengerti? Apakah yang disebut sebagai “demi kebaikannya”? Apa yang dinamakan “tidak baik untuknya”? Dirimu sendiri pada dasarnya adalah orang yang tersesat. Kamu merasa ini demi kebaikannya, namun sesungguhnya malah mencelakakannya. Kamu mengira kamar ini gelap, tidak ada cahaya, kamu sudah tersesat, kamu memberitahu orang lain kalau kamar ini gelap tidak bercahaya. Manusia bisa melihat masa depan di tengah terang cahaya, namun di tengah kegelapan, tidak terlihat masa depan. Oleh karena itu, jika kamu mengatakan kepada orang lain kalau kamar ini pada dasarnya gelap, bahwa dunia ini pada dasarnya tidak memiliki masa depan, maka kamu juga tidak perlu membina diri lagi, apalagi yang harus dibina? Ketika seseorang berada di sebuah tempat yang terang benderang, kamu bisa melihat cahaya matahari, kamu bisa melihat terang, maka kamu seharusnya memberitahu orang lain untuk terus membina diri, maka pasti bisa menemukan cahaya, kamu akan sama seperti saya, pasti bisa membaik.

Kalian harus ingat: ketika seseorang sedang berada dalam ketersesatan, dia pasti akan menjadi kontradiktif. Hal yang dikiranya benar, sesungguhnya adalah salah; hal yang dikirannya salah, sesungguhnya adalah benar. Oleh karena itu, menciptakan karma buruk pasti akan menderita, sedangkan orang-orang yang menciptakan karma buruk tidak pernah ada hentinya, tiada pernah ada habisnya. Mengapa? Hari ini dia menciptakan karma buruk, maka dia pasti akan mendapatkan balasan karma buruk; saat balasan karma buruk tiba, dia akan kembali menciptakan karma buruk. Karena dia tidak mengerti, setelah dia menciptakan karma buruk, saat mendapatkan balasan karmanya, dia akan kembali menciptakan karma buruk, lalu kembali menerima balasannya – ini yang dinamakan perputaran kembali. Hari ini kamu memarahi saya, saya pasti merasa tidak senang, besok saya akan memikirkan cara untuk balas memarahimu; setelah balas memarahinya, kamu merasa senang; lalu lusa dia kembali balas memarahimu, lalu kamu kembali merasa tidak senang … Mana pernah ada habisnya? Apakah perselisihan ada ujungnya? Dari dulu sampai sekarang, berapa banyak raja-raja dan para jendral yang memiliki kemampuan yang luar biasa, namun pada akhirnya hanya tinggal seonggok tulang-belulang. Apakah yang mereka dapatkan? Yang mereka dapatkan adalah sesuatu yang palsu, ketenaran kosong, bukanlah kesadaran yang nyata.