3. Makna Kehidupan yang Sesungguhnya adalah Tamu Sementara di Dunia Ini
Dari awal dimulainya kehidupan sampai meninggal, kebijaksanaan manusia biasa pada umumnya tidak bisa terbebas dari fase kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian. Dalam masa semenjak dilahirkan sampai meninggal, siapa yang bisa terbebas dari kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian? Buddha Sakyamuni yang Maha Besar, pada saat itu Beliau sudah melihat fase kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian di dunia ini, Beliau bertekad untuk menemukan satu jalan supaya semua orang bisa terbebaskan, dan Beliau sudah berhasil. Oleh karena itu, seseorang yang benar-benar menekuni ajaran Buddha Dharma dengan baik, sesungguhnya dia sudah terbebaskan dari fase kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian. Dulu kita mengatakan, apabila seseorang tidak memiliki kerisauan, tidak memiliki halangan karma buruk, setiap hari melafalkan paritta, bermeditasi, merasa bahagia, maka baik biksuni ataupun biksu yang tinggal di gunung, sesungguhnya mereka sudah bisa terbebaskan dari kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian. Karena bagi mereka, dilahirkan, menua, sakit, dan meninggal sudah tidak ada artinya, karena mereka tahu bahwa jiwa manusia tidak akan mati. Mereka mempercayai hal ini, maka mereka tidak akan meninggal. Dia tidak akan takut akan kematian, karena dia setiap hari melafalkan paritta, bercocok tanam, hidup menyesuaikan alam; dia tidak akan menua, karena hatinya selamanya muda belia; dia tidak akan sakit, karena dia tidak memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Dia tidak seperti kita di dunia ini, yang setiap hari membenci ini, kesal karena ini, bersedih akan hal ini, cemburu pada yang itu, karena penyakit pada tubuh kita muncul dari pikiran, begitulah asal penyakit-penyakit psikologis ini bermunculan. Maka dikatakan, mereka mampu terbebaskan dari kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian.
Ketenaran dan kekayaan bagaikan sebuah gembok, yang membuat kamu selamanya menderita dan risau. Melihat orang lain kaya raya, apa perasaanmu? Dalam hati, kamu pasti merasa tidak adil, hatimu pasti merasa sedih. Selain itu, kamu melihat orang-orang kaya itu, kamu masih harus bersikap baik padanya, apakah ini perlu? Apakah dia akan memberikannya padamu? Kamu telah membuang mukamu ke bawah dengan sia-sia. Tidak hanya mempermalukan dirimu, terlebih lagi mempermalukan ayah ibumu. Oleh karena itu, jangan karena bertemu dengan orang kaya lalu memuja-muja mereka dengan berlebihan, menghampiri mereka dan menyikapi mereka yang acuh dengan keramahan yang berlebihan. Semisalnya hari ini George Bush datang kemari pun, lalu akan bagaimana? Apa hubungannya denganmu? Kamu tetap menjalani hidupmu, kamu masih memiliki nyawa, sedangkan dia memiliki segalanya, terkecuali nyawa. Mengapa kamu harus memuja-muja orang kaya? Kamu melihat dia kaya raya, lalu kamu iri, kamu tidak senang, ini namanya mentalitasmu buruk. Kamu melihat orang lain terkenal, lalu kamu ingin mendekatinya, ini juga disebut sebagai mentalitas yang buruk. Semua ini adalah sumber yang menyebabkanmu sakit, ini adalah sumber pembinaan dirimu buruk. Karena kamu tidak tahu, tunggu sampai suatu hari nanti, mungkin saja orang yang kaya, mereka bisa dipenjara, mungkin pada suatu hari nanti, uang mereka tiba-tiba tidak ada lagi, karena mereka adalah para spekulator. Risiko bahaya yang diambil oleh Geoge Bush lebih besar daripada kita, akan tetapi, dia meninggal di usia 50 tahun lebih, sedangkan kita masih hidup dengan baik. Oleh karena itu, kita harus memahami, harus bisa menyadari, harus mampu menghancurkan gembok ketenaran dan kekayaan, jangan lagi merasa risau dan menderita. Kita harus bisa menyadari kebijaksanaan yang tiada bandingannya yang abadi, memahami prinsip kebenaran dan makna kehidupan yang sesungguhnya.
Apakah yang disebut sebagai kebijaksanaan yang tiada bandingannya? Kebijaksanaan yang tiada bandingannya, dengan kata lain, sudah mampu memikirkan suatu masalah dengan pemikiran yang paling tinggi, selain itu mampu berpikiran terbuka. Seperti, terjadi masalah ini, lalu apa yang bisa saya lakukan? Sebenarnya, manusia pada akhirnya akan meninggal, maka sekalipun meninggal, saya ingin meninggal dengan lebih bermakna, meninggal baik-baik. Inilah kebijaksanaan yang tiada bandingannya. Kebijaksanaan yang tiada bandingannya, berarti mampu berpikiran terbuka dan memahami segala hal. Lalu bagaimana? Kamu bisa membuat saya jadi bagaimana? “Master, pikiran saya sudah terbuka, saya sudah paham, bahwa penderitaan saya ini, karena karma buruk yang saya lakukan di kehidupan sebelumnya, memang sudah seharusnya saya tanggung, saya sudah menerimanya.” Kita tidak membandingkannya dengan kehidupanmu sekarang, namun kita membandingkannya dengan kehidupanmu yang mendatang. Jika saya dibandingkan denganmu, saat meninggal, saya tidak akan merasakan sakit dan bencana, saya tidak merasa sakit, sedangkan kamu sakit; kamu menderita kanker sampai sekujur tubuhmu sakit, sedangkan saya tidak sakit, karena saya membina pikiran dan melafalkan paritta. Yang harus diperbandingkan adalah kebijaksanaan seperti ini! Banyak orang yang terkena kanker, belum tentu penyakitnya akan berkembang begitu cepat, tahukah kamu? Akan tetapi karena dia sakit, tidak mampu menahan sakitnya, lalu terus-menerus disuntik obat bius atau obat penahan sakit – dolantin, selain itu obat ini sangat mahal. Namun dia kaya – punya uang. Disuntik terus-menerus, malah akan membuat sel kankernya menyebar. Sebenarnya tidak seharusnya meninggal begitu dini, namun karena dia tidak mampu menahan sakit, malah membuatnya meninggal lebih cepat. Bukankah dia sendiri yang sedang mengakhiri masa hidupnya sendiri? Seperti banyak orang yang membius dirinya sendiri, bukankah menghisap narkoba – obat-obatan terlarang juga demikian? Merasa sedih, sampai ingus dan air mata semuanya mengalir keluar, lalu terus menghisap, dan kembali menghisap, bukankah baru usia 30 tahun lebih juga meninggal? Memangnya dia tidak memahami pentingnya menghargai hidup? Ini namanya tidak memiliki kebijaksanaan? Orang seperti ini bagaimana bisa dibandingkan dengan kebijaksanaan Bodhisattva yang tiada bandingannya?
Prinsip kebenaran dan kebenaran hidup, apa maksudnya? Prinsip kebenaran adalah prinsip ruang alam semesta yang seharusnya dipahami manusia. Manusia datang ke Alam Manusia ini, adalah untuk menerima balasan karma. Master beritahu kalian, ini yang dinamakan sebagai prinsip kebenaran tumimbal lahir enam alam di Alam Manusia. Hari ini kamu mengakui segala yang kamu miliki, serta mengakui segala yang diri saya sendiri terima hari ini – yang saya miliki, itu karena saya melakukan perbuatan baik di kehidupan sebelumnya; yang hilang dari saya pada hari ini, itu karena saya tidak melakukan perbuatan baik di kehidupan sebelumnya; segala yang saya tanggung pada hari ini, itu karena saya tidak menanam bibit karma baik di kehidupan sebelumnya, maka di kehidupan ini, saya tidak bisa mendapatkan buah karma baik. Kalau sudah diterima ya terima saja, apa yang perlu ditakutkan? Banyak wanita justru demikian, menderita sampai pada akhirnya mengatakan, “Ini dosa karma yang saya lakukan di kehidupan sebelumnya.” Begitu mengatakan satu kalimat ini, maka ganjalan di hati akan segera hilang. Apabila dia sepanjang hari tidak bisa berpikiran terbuka, “Mengapa, mengapa …”, lebih banyak lagi bertanya “mengapa”, maka maaf saja, dia akan selangkah lebih dekat ke peti mati. Karena dia tidak habis pikir. Apa yang mengapa? Di dunia ini apa yang perlu dipertanyakan? Dunia ini memang demikian. Kalian sering merasa kalau Master salah paham dengan kalian, meskipun Master salah menyalahkan kalian, karena kalian di kehidupan sebelumnya adalah murid saya, karena kalian tidak membina diri dengan baik makanya baru bisa menjadi murid saya. Tidak ada “mengapa”, yang ada hanya membina diri baik-baik. Saya beritahu kalian, prinsip kebenaran sudah diberitahukan kepada kalian, makna kehidupan yang sebenarnya adalah: tamu sementara di dunia ini.
Ingatlah, makna sebenarnya dari kehidupan adalah tamu sementara. Hanya dalam waktu puluhan tahun, terhitung dari Alam Surga sampai ke Alam Manusia, hanya sesingkat puluhan hari. Coba pikirkan, kalian sudah melewati begitu banyak waktu, coba pikirkan, bukankah waktu puluhan hari sudah kalian lewati, puluhan tahun sudah terlewati? Ada orang yang sudah mendekati akhir, matahari sudah terbenam, mentari sudah turun ke barat, duduk di hadapan Master namun masih tidak mau meninggalkan dunia fana ini. Mulutnya masih berkata: “Master, saya akan membina diri baik-baik, berikan saya sedikit waktu lagi.” Hidup sehari harus menghargai setiap hari, harus membina diri! Waktu berlalu dengan sangat cepat! Coba lihat, kalian anak-anak muda ini, hari ini yang duduk di bawah ini, beberapa orang yang berusia cukup muda pun juga sudah sekitar 30an tahun. 30 tahun, jika dilipatgandakan menjadi 60 tahun lebih – sudah hilang separuhnya. Lalu yang berusia 50an tahun, coba kalian pikirkan, kalian sudah mendapatkan keuntungan. Hari ini ada berapa banyak yang berusia 50an tahun? Yang sudah 70 atau 80 tahun apalagi, sudah mendapatkan banyak, kapanpun pergi meninggalkan dunia ini, akan merasa sangat senang. Coba kalian renungkan, Xiao Yueyue, baru berusia 2 tahun, bukankah juga meninggal begitu saja? Apa yang perlu dipertanyakan? Tidak ada, ini adalah takdir. Coba pikirkan, berapa usiamu sekarang? Jika kamu berusia 82 tahun, dia sudah meninggal di usia 2 tahun, 80 tahun usiamu sudah berbalik modal. Jika kamu adalah Xiao Yueyue, sudah mendapatkan untung 80 tahun, sudah luar biasa. Apakah masih mau tamak, benci, dan melakukan kebodohan? Apakah masih mau tidak berpikiran terbuka? Tidak punya otak ya?! Maka pahamilah, hanya dengan terbebas dari segala penderitaan, dari segala kerisauan, kamu baru bisa menemukan prinsip kebenaran dan kehidupan.
Jika hari ini kamu masih hidup dalam penderitaan, berarti kamu masih belum menemukan kehidupan yang sesungguhnya. Hari ini kamu masih menanggung kerisauan di hati, penderitaan pada tubuhmu, maka sesungguhnya kamu masih belum terbebas dari kehidupan palsumu di dunia ini, kamu masih berada di tengah penderitaan, masih berenang di lautan penderitaan. Apabila kamu sudah bisa berpikiran terbuka dalam segala hal, maka kamu tidak akan lagi berenang di lautan penderitaan. Jika hari ini kamu masih merisaukan anak atau merisaukan suami, hari ini kamu masih merasa tidak senang terhadap ini atau itu, tahukah kamu berarti dirimu masih berada di dalam lautan penderitaan, kamu masih belum menemukan kehidupanmu yang sesungguhnya, betapa sulitnya hari-harimu. Penderitaanmu ini, siapa yang bisa menanggungnya untukmu? Marah sampai sakit sendiri pun, tidak akan ada orang yang menanggungnya untukmu. Kamu suka marah, maka coba saja marah-marah; jika marah-marah terus, rambut akan rontok; terus marah-marah, akan tumbuh penyakit pada tubuh. Jika kemarahanmu bisa menimbulkan hal yang baik, bisa menyelesaikan masalahnya, lalu bisa mengubah peruntungan, saya pun akan merasa takjub terhadapmu. Akan tetapi, kamu berdiam dan kesal sendiri, pada akhirnya malah akan menjadi penderita gangguan jiwa, tahukah kamu? Jika kamu memang hebat, maka jangan marah; semakin kamu tidak marah, maka lawanmu akan semakin marah. Sebaliknya, kalau kamu marah karenanya, membiarkan dirimu menangis setiap hari. Ini namanya tidak memiliki kebijaksanaan. Oleh karena itu, kita harus bisa membebaskan diri dari kerisauan. Ketahuilah, derita, kekosongan, dan ketidakkekalan di dunia ini. Semuanya kosong, menderita, segalanya adalah penderitaan, menderita dari awal sampai akhir. Coba kalian katakan, ada paman atau bibi tua siapa yang di usia lanjutnya mengatakan, “Saya berbahagia seumur hidup”? jika dia bisa mengatakan kalau dia senang, maka itu pastinya adalah kebohongan. Karena kebetulan dia sedang mengatakan hal-hal yang menyenangkan, namun saat persendiannya kembali sakit, bahunya sakit lagi, perutnya sakit lagi … seluruh tubuhnya kesakitan, apakah dia bisa bahagia?
Manusia datang ke Alam Manusia ini untuk menderita, menderita dari awal sampai akhir. Dari kecil ngompol di ranjang, tidak ada yang membantu menggantinya, lalu merasa sedih; terus hidup sampai menjelang ajal, masih perlu orang untuk membalikkan tubuhmu dan menggosok punggungmu, ngompol di ranjang masih perlu suster menggantinya untukmu, bukankah ini adalah derita dari awal sampai akhir? Satu di awal satu di akhir, masih belum menderita? Ada kebahagiaan apa? Seluruh hal-hal yang membahagiakan, jika dipikirkan sekarang bagaikan ilusi mimpi yang hilang dalam sekejap, hanya bisa ditertawakan, lalu hilang begitu saja. Ini namanya “penderitaan dan kekosongan”, selain kosong, juga menderita, semuanya adalah ketidakkekalan, segala hal di dunia ini tidaklah kekal. Sewaktu menikah merasa senang bukan? Banyak orang yang datang menghadiri resepsimu merasa senang sekali. Namun saat ribut atau bertengkar, kembali menderita; pada akhirnya bercerai, kembali menderita. Bukankah ini yang disebut penderitaan dan kekosongan? Bukankah ini yang namanya ketidakkekalan? Adakah orang yang saat mulai pacaran sudah tahu kalau nantinya bisa bertengkar? Anak dibesarkan dari kecil sampai dewasa, apakah kamu tahu kelak anak tumbuh dewasa akan memperlakukanmu dengan baik? Berbakti atau tidak?
Master beritahu kalian, harus bisa meniadakan Aku, melupakan diri sendiri, harus bisa membuktikan kebenaran ajaran Buddha Dharma. Apa yang dimaksud dengan “membuktikan kebenaran ajaran Buddha Dharma”? Harus bisa membuktikan prinsip kebenaran Buddha dan Bodhisattva. Dalam menekuni Dharma tidak ada alasan apapun yang perlu dikatakan, tujuannya adalah mengubah diri sendiri, inilah kebenarannya. Kamu menekuni Dharma, berarti kamu mendapatkan prinsip kebenaran; jika kamu tidak menekuni Dharma, maka kamu tidak akan menemukan prinsip kebenaran ini. Kita harus bisa mempraktikkan sifat Kebuddhaan. Apa yang dimaksud dengan “mempraktikkan sifat Kebuddhaan”? Dengan kata lain saya akan menerapkan sifat dasar Buddha dan Bodhisattva. Hari ini Buddha dan Bodhisattva memberitahu kalian apa, maka kalian melakukan mengikutinya; Buddha dan Bodhisattva meminta kalian melafalkan paritta, maka kalian lafal paritta; Buddha dan Bodhisattva meminta kalian menyelamatkan makhluk hidup, maka kalian lakukan – ketika kamu menyelamatkan orang lain, maka sama dengan menyelamatkan diri sendiri; Buddha dan Bodhisattva meminta kalian memperlakukan orang lain dengan baik, maka lakukanlah; meminta kalian berwelas asih, maka kamu harus berwelas asih; memintamu untuk tidak tamak, tidak membenci, dan tidak bodoh, maka kamu jangan tamak, benci, dan bodoh. Inilah yang disebut sebagai prinsip kebenaran menekuni Dharma, harus mempraktikkannya, harus bisa membersihkan dan menyucikan segala ketamakan, kebencian, dan kebodohan dalam batin kita sendiri. Apa yang dimaksud dengan “menyucikan”? Dengan kata lain harus bersih, harus bisa menguraikannya. Siapapun memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Pada masa periode akhir Dharma, dipenuhi dengan lima kekotoran duniawi, dunia ini sudah menjadi sangat buruk, hawa kotor sangat pekat, semuanya mengejar ketenaran dan kekayaan, benar-benar mengabaikan nyawa orang lain, bahkan anak kecil berusia 2 tahun pun tidak ada orang yang menolongnya. Pada saat itu, jika ada orang yang menolongnya, mungkin saja anak ini masih bisa hidup. Orang-orang masa kini sudah dibutakan matanya dengan nafsu keinginan yang egois, sudah tidak bisa menemukan hati nuraninya sendiri, masih kalah dengan seorang nenek tua pemulung sampah. Hasil kerja keras nenek tua memulung sampah sebesar 12.000 Yuan, semuanya dikeluarkan untuk membantu membayar biaya pengobatan anak kecil ini. Jika itu adalah anak kalian, usia 2 tahun jadi begitu, bukankah kalian akan menjadi gila? Maka, kita harus memahami prinsip kebenaran, harus memiliki hati nurani. Jika hanya ada uang, ketenaran, dan kekayaan, itu semua tidak ada gunanya.