21. Sering Merenungkan Kesalahan Diri Sendiri Menambah Berkah Pahala dan Kebijaksanaan 常思己过,增福增慧

21. Sering Merenungkan Kesalahan Diri Sendiri, Menambah Berkah Pahala dan Kebijaksanaan

Dosa karma buruk akan terus menyertai tubuh kita dan tidak akan pergi, hanya akan menumpuk semakin banyak, tidak akan berkurang. Dosa karma buruk pada tubuh kita hanya akan semakin menumpuk semakin banyak, orang-orang yang tidak bisa berpikiran terbuka akan menjadi semakin buntu pikirannya, orang-orang yang menderita akan menjadi semakin menderita. Ada sebagian orang yang semakin bekerja semakin lelah, ada juga sebagian orang yang bodoh dan hanya akan menjadi semakin bodoh, kesehatan tubuh menjadi semakin buruk… Dosa-dosa karma buruk ini hanya akan mengikutimu dan menjadi sebuah beban, karena kamu memiliki bibit-bibit yang menciptakan beban-beban ini, maka baru bisa menumbuhkan dosa karma buruk yang tiada habisnya. Contoh sederhana: hari ini jika kalian makan dengan lebih bersih, membereskan dapur dengan lebih bersih, maka lipas tidak akan datang. Namun jika kalian membuatnya menjadi begitu kotor, muncul satu lipas dan tidak segera kalian bersihkan, hari ini dia merayap di dalam, maka beberapa hari kemudian, belasan ekor lipas akan terlahir keluar. Apabila kalian memiliki satu masalah yang membuntukan pikian kalian, maka mungkin setelah beberapa hari kemudian, kamu akan memiliki puluhan masalah yang membuntukan pikiran kalian; jika hari ini kamu memiliki satu titik kebencian terhadap orang lain, maka beberapa hari kemudian, mungkin akan muncul puluhan titik karma kebencian terhadap orang lain. Hari ini kamu ingin mengambil sedikit keuntungan dari orang lain, mungkin nantinya kamu bisa melahap ratusan Yuan dari orang lain. Akan tetapi semua ini dikarenakan kamu pada mulanya ingin meraup sedikit keuntungan dari orang lain, diawali dari keinginan untuk memanfaatkan orang lain. Mereka orang-orang yang egois, yang pada akhirnya mencuri uang, mengapa bisa ditangkap? Saat mereka menuliskan pengakuan, dia mengatakan, saya berawal dari sejak kecil diam-diam mencuri uang ibu, karena dia memiliki sesuatu yang kotor dalam jiwanya, bukannya dihilangkan, malah membantunya tumbuh dan berkembang. Ketika lingkungan luar di sekitarnya cocok untuk menumbuhkan “kuman” yang tidak baik pada dirinya ini, maka kuman ini akan tumbuh dengan sangat pesat. Kanker terlahir dari amarah. Sewaktu seseorang tidak mengidap kanker, temperamennya tidak besar; namun tunggu saat dia sudah mengidap kanker, maka temperamennya menjadi semakin besar, menyebabkan sel kankernya menjadi semakin banyak, menyebabkan kecepatan penyebaran sel kankernya menjadi semakin cepat, maka penyakitnya pun menjadi semakin banyak. Maka kalian harus memahami kebenaran ini.

Harus menggunakan pemikiran yang benar untuk memandang sesuatu hal dari sudut yang bertolak belakang, maka itu adalah “zhen ru” – Tathātā (realitas / keadaan yang sebenarnya). Apa maksudnya? Dengan kata lain, sesuatu yang kamu anggap benar, jika kamu memikirkannya dari sudut pandang yang berlawanan, maka sesungguhnya kamu akan berpikiran terbuka terhadap banyak hal. Contoh sederhana: jika banyak hal di dunia ini kita pikirkan secara berkebalikan, maka kamu bisa berpikiran terbuka atas banyak hal. Misalnya, hari ini kamu kehilangan satu benda, dompetmu dicuri orang. Begitu berpikir, “Saya ini ya, aiya, sepanjang waktu tidak hati-hati, coba lihat, hari ini dompet saya dicuri orang. Sesungguhnya sudah beberapa kali saat saya membawa banyak uang, hampir saja dicuri orang. Untung kali ini, hanya beberapa puluh Yuan. Saya belajar dari pengalaman ini, nantinya saya harus menyimpan dompet baik-baik, tidak boleh sembarang taruh.” Jika kamu berpikir secara berkebalikan tentang hal ini, maka kamu akan menjadi semakin pintar, kamu bisa mencegah terjadinya banyak masalah, harus bisa melihat dari arah yang berlawanan. Mengapa orang Tiongkok mengatakan, “山重水复疑无路,柳暗花明又一村shan qiong shui jin yi wu lu, liu an hua ming you yi cun – artinya ketika menghadapi kesulitan dan satu cara tidak berhasil, maka bisa mencoba cara lain untuk menemukan solusinya melalui eksplorasi.” Banyak orang saat sudah tidak ada jalan keluar lagi, baru bisa menemukan satu hal yang baik, yang membuatnya tiba-tiba tersadarkan. Banyak orang yang menekuni Dharma justru karena menghadapi terlalu banyak kerisauan – penderitaan di dunia ini. Akan tetapi, jika kamu tidak memikirkannya, maka kamu selamanya tidak akan bisa menemukan “pohon willow teduh dan bunga yang mekar”. Kamu tidak menemukan “bunga” ini, maka selamanya kamu tidak akan menemukan terang cahaya. Sedangkan “bunga” ini adalah bunga lotus yang ada di hati kita, dengan mekarnya bunga lotus ini, baru bisa menumbuhkan medan aura yang tiada taranya pada dirimu, sedangkan medan aura ini adalah kebijaksanaanmu. Karena bunga lotus suci tak ternoda, saat bunga lotus mekar pasti sangat bersih. Sewaktu bunga lotus pada hatimu mekar, maka sesungguhnya, keadaanmu dan lingkungan luar kamu sangat bersih, maka tidak akan menodai dirimu. Memikirkan masalah secara berlawanan. Misalnya, hari ini saya sakit, dari satu sisi lain, ini mengajarkan saya untuk memperhatikan kesehatan tubuh saya, bahwa saya harus lebih mawas diri. Maka kamu tidak akan merasa risau. Saya pernah berjudi, karena pernah kalah berjudi, saya baru tahu kalau berjudi bisa mencelakakan seseorang. Ke depannya saya tidak akan pernah berjudi lagi. Bukankah cukup dengan berpikir dari sudut yang berlawanan? Hari ini saya bercerai, karena saat pacaran saya kurang hati-hati, kurang cermat; hari ini anak saya bersikap buruk pada saya, karena saya tidak mendidiknya dengan baik, maka sekarang saya merasa sangat menyesal, nantinya saya harus lebih hati-hati. Dengan berpikir secara berlawanan, maka banyak masalah bisa terselesaikan dengan sendirinya, kamu tidak akan marah lagi.

Ingatlah: untuk bisa menemukan “realitas / yang sebenarnya” – “zhen ru”, maka kita harus bertobat dan mengikis karma buruk, yakni harus sering belajar untuk bertobat. Belajar, “Aduh, saya salah lagi, saya benar-benar minta maaf”. Saat orang lain mengkritik saya, “Aduh, saya salah lagi. Aduh, saya benar-benar tidak sanggup.” Sekarang banyak murid, “Aduh, Master, saya sudah salah, saya yang salah.” Sepanjang hari mengatakan kalau “Saya yang salah”. Dilihat dari tingkat kesadaran spiritualnya, dia mengatakan “Saya salah, saya salah”, karena dia menganggap diri sendiri salah, ini cukup baik. Akan tetapi kamu menimbulkan dampak negatif pada pekerjaan, maka setelah bertobat, kamu harus memperbaikinya, bukannya setelah mengatakan saya salah lalu tidak berubah. Kalian orang-orang yang dulu memiliki masalah asmara, sekarang sudah tahu, kalau dalam aspek percintaan, saya harus hati-hati. Melafalkan paritta bisa menghilangkan banyak halangan karma buruk, namun harus melafalkan paritta baik-baik. Banyak halangan karma buruk yang berada pada tubuh kita, maka kita tidak boleh menciptakan karma yang baru. Di sini mulutnya mengatakan, “Aduh, saya akan berubah, saya berubah, saya tidak akan berurusan dengan uang lagi.” Namun selanjutnya masih berurusan dengan uang. Sama seperti sebagian orang, jika tidak memahami Pintu Dharma Master, kamu juga jangan menjelek-jelekkannya; kalau tidak mengenal, lalu menjelek-jelekkan, berarti kamu sudah menciptakan karma ucapan, kamu pasti akan menerima buah karma buruknya.

Asalkan tidak melakukan perbuatan jahat, maka berkah pahala dan kebijaksanaanmu baru bisa pelan-pelan berkembang. Jika sampai hari ini kamu masih melakukan perbuatan jahat, maka berkah pahala dan kebijaksanaanmu akan berkurang pelan-pelan. Jika memiliki dosa karma buruk, maka kebijaksanaan akan meninggalkanmu. Karena saat ada dosa karma buruk pada tubuhmu, kebijaksanaanmu akan hilang. Ketika seseorang memiliki pahala kebajikan, maka kebijaksanaannya akan ada pada dirinya. Mengapa ada sebagian orang yang sangat pandai berbisnis? Karena dia memiliki kebijaksanaan. Mengapa dia memiliki kebijaksanaan? Karena dia memiliki berkah pahala. Moralitas (kebajikan) diperoleh setelah dilahirkan, sedangkan pahala dibawa dari lahir. Keberuntungan adalah hasil pembinaanmu dari kehidupan sebelumnya, sedangkan moralitas tergantung dari perilakumu di kehidupan ini. Misalnya di kehidupan ini kamu bersikap baik terhadap orang lain, kamu memperlakukan orang lain dengan akhlak baik, maka semua orang akan menyukaimu. Mengerjakan hal-hal dengan moralitas yang baik. Kamu memiliki peruntungan, karena di kehidupan yang lalu kamu memiliki keberuntungan ini, baru bisa membuat kamu memiliki perusahaan ini, bisa berbisnis di bidang ini. Oleh karena itu, pahala dan kebajikan harus dibina sekaligus, kita baru bisa memiliki kebijaksanaan; setelah memiliki kebijaksanaan, orang-orang baru bisa mengatakan membina berkah pahala sekaligus kebijaksanaan.  Sesungguhnya, kebijaksanaan dibina dari pahala yakni mengandalkan moralitas kamu baru bisa membinanya. Hasil yang Master raih pada hari ini, karena pertama-tama Master memiliki pahala, hal ini kalian semua mengetahuinya, namun Master juga harus memiliki moralitas atau kebajikan diri sendiri. Ada berapa banyak orang yang memiliki keberuntungan, namun dia tidak memiliki moralitas, maka pada akhirnya dia akan kehilangannya. Memangnya banyak orang yang tidak berkesempatan? Ada, namun dia tidak menghargainya.

Pahamilah, kita harus menjaga dan mengendalikan perilaku, ucapan, dan pemikiran kita dengan baik, jangan biarkan karma buruk yang disebabkannya bertambah. Dengan kata lain, apa yang kamu pikirkan di dalam pikiranmu, apa yang kamu ucapkan melalui mulutmu, tindakan apapun yang kamu lakukan, harus menjaga perilaku, ucapan, dan pikiran dengan baik. Tidak boleh berbicara sembarangan, tidak boleh sembarangan bertindak, tidak boleh berpikir sembarangan. Sesungguhnya ini adalah “yang diucapkan, yang dipikirkan, dan yang dilakukan”. Memukul orang lain adalah apa yang dilakukan, memarahi orang lain adalah apa yang diucapkan, dalam hati membenci orang lain, semua ini sudah merupakan pelanggaran sila. Oleh karena itu, harus menjaga perilaku, ucapan, dan pikiran kita sendiri dengan baik, jangan memikirkan hal-hal buruk tentang orang lain, jangan membenci orang lain, terlebih lagi jangan melakukan perilaku apapun yang menyakiti orang lain. Contoh sederhana: Jika kalian sangat membenci orang lain, maka di hadapan Guan Shi Yin Pu Sa, kalian akan berpikir: “Guan Shi Yin Pu Sa, orang yang berhubungan dengan saya ini sangat jahat, semoga dia sakit keras.” Kamu coba saja dan lihat apakah Bodhisattva akan mengabulkan permohonanmu? Tidak mungkin. Bukan hanya tidak mengabulkan permohonanmu, Dewa Pelindung Dharma akan mencatatnya dan memotong jasa kebajikanmu. Karena pemikiran yang tercipta dalam dirimu adalah karma buruk, karena kamu meminta Bodhisattva untuk melakukan hal seperti ini. Jika hanya dirimu sendiri yang berpikir begitu ya sudahlah, tetapi kamu malah meminta Bodhisattva melakukan hal seperti ini, coba pikirkan saja, betapa bodohnya dirimu? Kamu membenci orang lain ini adalah karma buruk kecil milikmu, akan tetapi kamu malah melaporkannya. Ini seperti kamu sangat membenci orang ini, “Saya ingin memukulnya”. Kemudian kamu pergi ke kantor polisi, “Pak polisi, bisakah kamu membantu saya memukulnya?” Logikanya sama saja, ini berarti kamu meminta penegak hukum untuk melanggar hukum.

Ketika mampu mengendalikan perilaku, ucapan, dan pemikiran kita dengan baik, maka Buddha dan Bodhisattva baru akan memberkatimu. Jika kamu ini orang yang suka bicara sembarangan, suka berpikir tidak karuan, suka bersikap semaunya, menurut kamu apakah Bodhisattva akan mendatangimu? Apakah Bodhisattva akan mendatangi seseorang yang suka bersikap tidak senonoh? Apakah Bodhisattva akan datang pada seseorang yang sering mengatakan gurauan porno? Jika kamu sering memikirkan hal-hal porno seperti hubungan intim pria dan wanita, coba saja kamu pikirkan, apakah Bodhisattva akan datang memberkatimu.

Ingatlah, yang dilihat, didengar, dirasakan, dan diketahui tidak berguna bagi hasil pembinaan diri kita. Apakah yang dimaksud dengan yang dilihat, didengar, dirasakan, dan diketahui? Itu adalah perasaanmu, hal-hal yang kamu ketahui, benda-benda yang kamu lihat, hal-hal yang telingamu dengar. Semua hal-hal yang kamu lihat, dengar, rasakan, atau ketahui tidak berguna terhadap hasil pembinaan pikiranmu. Dengan kata lain, kamu merasa semua benda yang matamu lihat itu benar, padahal sesungguhnya tidak baik bagi pembinaan pikiranmu; hal-hal yang telingamu dengar, apa yang orang lain beritahu kamu, juga tidak baik bagi pembinaan pikiranmu; hal-hal yang matamu lihat, juga bukan sesuatu yang nyata. Oleh karena itu, segala hal-hal (duniawi) yang kamu temui tidak bisa membantumu untuk menekuni dan mempraktikkan Buddha Dharma dengan baik.  Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan diketahui sangat penting, namun semuanya adalah kosong, maka tidak ada gunanya, jangan didengarkan. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh Konfusius sangat masuk akal. “Tidak melihat yang tidak sopan”, hal-hal yang tidak baik atau sopan, jangan dilihat; “Tidak mendengar yang tidak sopan”, bukan hal-hal yang baik atau perkataan yang sembarangan jangan didengarkan; “Tidak mengatakan yang tidak sopan”, semua hal-hal yang tidak sopan jangan dibicarakan; “Tidak melakukan yang tidak sopan”, jika perilaku ini tidak ada sopan santunnya, maka jangan dilakukan. Oleh karena itu, terhadap banyak hal harus diutamakan sopan santunnya. Dan sesungguhnya sopan santun ini merupakan tata krama. Bagi kita para praktisi Buddhis, ini disebut juga sebagai prinsip Dharma. Prinsip Dharma sangat penting, maka kita harus menerapkan pembinaan diri dengan sungguh-sungguh, baru bisa memperoleh kebijaksanaan yang sesungguhnya. Orang yang benar-benar pandai, orang yang sungguh bijaksana, adalah orang yang benar-benar membina pikirannya. Orang yang seperti ini memiliki kepandaian dan kebijaksanaan yang sesungguhnya. Mengapa begitu? Karena saya benar-benar bertobat dengan tulus, Bodhisattva pasti membantu saya, memangnya orang seperti ini bukan pintar? Contohnya, dua orang anak kecil di hadapan ayah dan ibunya, anak yang satu bersikap licik, sedangkan anak yang satunya lagi jujur, menurutmu, anak yang mana yang akan disukai ayah dan ibu? Selanjutnya siapa anak yang akan lebih disayang? Tentu saja anak yang jujur lebih disukai ibu. Dengan membina diri dengan jujur dan sepenuh hati, tanpa jalan pintas, kita baru bisa memiliki kebijaksanaan. Yang salah memang salah, jika benar berarti benar, tidak apa-apa.

Selanjutnya, Master akan membahas, segala tingkat kesadaran yang kita capai melalui pembinaan kita memiliki hubungan yang setara. Segala perilaku yang kita lakukan dalam pembinaan diri, memiliki kecepatan yang setara dengan apa yang kita capai. Dengan kata lain, sejauh apa pembinaan kita pada hari ini, maka sejauh itu pula hasil yang akan kita capai, semuanya setara; seperti berapa banyak yang kita bina, maka itu sama dengan berapa banyak malapetaka yang bisa kita hilangkan, karena mereka saling berkaitan; semakin tinggi tingkat pembinaan saya, maka semakin banyak karma buruk yang saya kikis, ia juga saling berhubungan. Contohnya, dia sekarang menekuni Dharma dan sudah memahami prinsip-prinsip yang benar, coba kamu pikir, apakah dia masih akan mengucapkan perkataan yang tidak senonoh? Kalian anak-anak perempuan di sini, dan orang-orang yang sudah berumur ini, kalian sekarang mengikuti Master belajar Dharma, apakah kalian masih akan mengatakan gurauan porno? Jika kalian sudah mencapai tingkat kesadaran Bodhisattva, apakah kalian masih akan mendengarkan candaan yang begitu kotor dan busuk? Oleh karena itu, ketika tingkat pembinaanmu sudah semakin tinggi, maka malapetaka yang kamu lenyapkan juga akan semakin banyak, selain itu kekurangan pada dirimu sendiri juga semakin banyak berkurang. Dengan kata lain, ini seperti semakin bersih kamu mencuci muka, maka semakin banyak kuman kotoran yang kamu hilangkan, logikanya sama saja. Misalnya, wajahmu sangat kotor, jika kamu hanya menyekanya sekali secara sembarangan, mana mungkin wajahmu bisa bersih? Namun bila kamu mencuci dan menyeka wajah dengan seksama, wajahmu akan menjadi bersih. Semua ini ditentukan oleh dirimu sendiri. Semakin bersih dirimu mencucinya, semakin bersih wajahmu. Oleh karena itu, kalian harus memahami, disesuaikan dengan hasil pembinaan yang kamu capai, maka kamu bisa menghindari segala malapetaka. Contohnya, ketika kamu berada di kaki gunung, maka tingkat kesadaranmu juga masih berada di kaki gunung, jika pada saat itu banjir datang melanda, kamu pasti akan lari naik ke atas gunung. Semakin tinggi kamu memanjat, maka air banjir yang di bawah (diibaratkan bencana yang kamu hadapi) semakin tidak bisa mencelakakan dirimu. Semakin tinggi gunung yang didaki, berarti semakin tinggi tingkat kesadaranmu, maka semakin bisa terhindar atau menangkal bencana-bencana tersebut.

Dalam bersikap dan berperilaku, kita harus belajar mengendalikan suasana hati, harus bisa menghormati Master dan mengutamakan ajaran. Kalian mengikuti Master, jika menghormati Master saja tidak bisa, bagaimana mungkin kalian bisa menghormati ajaran Buddha Dharma? Jika kamu bahkan tidak bisa menghormati ayah dan ibu, bagaimana mungkin kamu bisa menghormati Bodhisattva? Coba kalian lihat para muda-mudi sekarang, Master keluar masuk, yang melihat atau bertemu, semuanya akan berdiri dan bersikap anjali. Mereka bukannya bagaimana terhadap Master, namun karena menghormati ajaran Buddha Dharma ini. Mereka bukan khusus merujuk pada Master pribadi. Karena yang Master sebarkan adalah ajaran Buddha Dharma yang luar biasa ini, maka mereka menghormati ajaran Buddha Dharma yang luar biasa ini. Mereka begitu bersikap anjali, sama dengan mengingatkan diri sendiri: “Hari ini saya sedang menekuni Dharma”, maka pemikiran buruk pada diri mereka akan berkurang. Apakah kalian mengerti? Jangan mengira kalau mereka sedang berpura-pura pamer, mereka benar-benar tulus. Setiap orang akan melalui proses ini. Menghormati diri sendiri sama dengan menghormati orang lain, sedangkan menghormati orang lain sama dengan menghormati diri sendiri. Jika kamu pun tidak bisa menghormati orang lain, maka kamu sama sekali tidak bisa menghormati diri sendiri. Jika kamu memandang rendah orang lain, maka siapa yang akan menghormatimu? Logika ini diterapkan pada seluruh Alam Manusia di alam semesta ini, bahkan setan dan Dewa pun harus kita hormati, apalagi manusia? Bai Hua Fo Fa yang Master ajarkan kepada kalian ini sangat bagus sekali. Oleh karena itu, Master beritahu kalian, harus benar-benar memiliki tekad dan pikiran yang nyata – yakni tekad yang sungguh-sungguh, dan hati yang tulus. Saya benar-benar tidak peduli lagi, saya melepaskan ketenaran dan kekayaan saya, saya baik-baik membina pikiran dan melafalkan paritta, coba lihat saja apa yang akan kamu peroleh?

Kita harus bisa menggunakan kebijaksanaan, harus bisa mengilusikan Alam Manusia, harus bisa melahirkan keberadaan di tengah ketiadaan. Mendengar perkataan ini, banyak orang akan berpikir, apa maksud dari “melahirkan keberadaan di tengah ketiadaan”? “Aduh, bukankah ini tidak baik, menyebarkan gosip yang tidak benar namanya mengada-ada.” Sesungguhnya, dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, kita harus membuat dunia yang sesungguhnya palsu ini, melahirkan keberadaan pikiran. Apa maksudnya? Sudah jelas dunia ini sangat kotor, namun kamu harus dengan bersih berdiri di tengah dunia ini, dengan kata lain, memiliki kesadaran spiritual, memiliki sesuatu yang agung, ini yang disebut melahirkan keberadaan di tengah ketiadaan. Selain itu, seharusnya bisa mengubah keberadaan menjadi ketiadaan. Kamu berada di tengah dunia yang memiliki segalanya, kamu kembali harus memahami bahwa segalanya ini adalah kosong, semuanya tidak ada, semuanya tidak kekal. Oleh karena itu, pemikiranmu harus terus berubah-ubah, kamu harus bisa meminjam kepalsuan untuk membina kebenaran. Walaupun saya tahu bahwa raga ini pada akhirnya akan masuk ke dalam peti mati, akan tetapi sebelum masuk ke peti mati, saya harus menjaga tubuh ini baik-baik, sehari saya masih hidup di dunia ini, maka saya harus bisa bertanggung jawab pada diri sendiri, bertanggung jawab pada Guan Shi Yin Pu Sa, bertanggung jawab pada semua makhluk di seluruh dunia. Setiap hari saya harus melakukan hal-hal yang bermakna, setiap menit setiap detik saya harus bisa membantu orang lain. Ini adalah kesadaran spiritual – hanya memikirkan orang lain, tidak memikirkan diri sendiri. Harus bisa menjalani setiap hari dengan baik, harus menghargai setiap hari. Jika kamu ingin hidup dengan baik namun bahkan tidak bisa menghargai, bahkan tidak bisa menghormati Master, tidak bisa menghormati ajaran Buddha Dharma, bagaimana mungkin kamu memiliki tekad dan kekuatan yang nyata?

Tubuh Dharma adalah raga, tubuh balasan adalah rupa. Saya ingat beberapa tahun yang lalu saat memberikan wejangan pada para murid, saya membahas tentang tubuh Dharma dan tubuh balasan, ada orang yang khusus menulis surat kepada Master meminta penjelasan yang lebih lanjut terhadap hubungan antara tubuh balasan dan tubuh Dharma. Kalian murid-murid yang datang belakangan, harus lebih banyak membaca {Bai Hua Fo Fa}, saya sudah pernah membahasnya. “Tubuh perubahan” (Nirmanakaya) berdampak pada tubuh kita, tubuh perubahan sesungguhnya adalah apa yang dirasakan tubuh; “tubuh balasan” yakni balasan karma yang tubuhmu hari ini terima; “tubuh Dharma” sesungguhnya adalah sesuatu yang sama dengan tubuh rohmu. Oleh karena itu, ingatlah, jika ingin membuat orang-orang di dalam masyarakat ini bisa mendapatkan kesempurnaan, maka ketahuilah bahwa diri sendiri harus sering bertobat. Jika kamu ingin hidup di dunia ini dengan nyaman, maka kamu harus terus-menerus bertobat. Contoh sederhana: jangan berselisih dengan orang lain, harus sering mengatakan maaf, harus sering bertobat, harus sering berkata, “Maaf, saya yang salah”. Melakukan kesalahan tidak akan merusak citra kamu, sedangkan citra buruk yang sesungguhnya adalah sudah jelas-jelas salah namun masih tidak mau mengakui kesalahan diri sendiri. Misalnya, ada dua orang anak bertengkar, salah seorang anak mengatakan, “Mama, saya yang salah”, maka kamu tidak akan terlalu keras memarahinya. Akan tetapi anak yang satu lagi masih berkelit, “Saya tidak salah kok”, masih mengatakan ini itu. Kamu akan merasa kesal sekali, karena kamu tahu kalau dia sedang membual dan berbohong. Menurutmu, citra yang seperti apa yang lebih bisa kamu terima?

Kita harus sering merenungkan kesalahan diri sendiri, harus sering memiliki perasaan bersyukur. “Terima kasih Master memberikan wejangan pada kami di hari Rabu, membantu menyucikan jiwa kami, membuat kami bisa memahami kebenaran-kebenaran ini”, dengan begitu kamu akan menjadi rendah hati. Hanya saat seseorang benar-benar merasa berterima kasih terhadap orang lain, sering menyesali dan bertobat atas kesalahan sendiri, orang ini baru bisa menjadi rendah hati, baru bisa dihormati oleh semua orang. Hanya orang yang sering meminta maaf baru bisa dihormati orang lain. Kalau sering mengatakan, “Saya tidak salah kok”, “Salah saya di mana”, “Apa salah saya”, “Saya tidak salah kok”, maka orang lain akan mencaci-maki kamu di belakang, berarti kamu benar-benar hidup di tengah gengsi-gengsi yang palsu. Kalau sudah salah berarti memang salah. Memang siapa dirimu? Tidak perlu mencari alasan. Saya sering berkata kepada kalian, jangan mencari-cari alasan di depan Master. Memangnya kamu memiliki alasan baik seperti apa? Ada banyak hal di dunia ini yang tidak memiliki alasan. Memangnya ada alasan seperti apa? Dimarahi orang lain masih punya alasan? Orang lain salah mendiagnosis membuatnya meninggal di meja operasi, namun pihak keluarga sudah tanda tangan, masih ada alasan apa? Di rumah ada orang yang menjahatimu, memangnya kamu punya alasan apa? Mengapa dia bisa kaya raya, sedangkan kamu tidak? Mengapa dia bisa terkenal, dan kamu tidak? Mengapa kamu bisa merasa nyaman, dan dia tidak? Sampai pada akhirnya, tidak ada alasan apapun, hanya ada karma. Kita harus bisa hidup pada saat ini, hidup selamat sejahtera adalah keberuntungan. Kalian mengikuti Master meneladani Buddha dan menekuni Dharma, maka harus benar-benar menghargainya, harus bisa memperkuat dan berdikari sendiri, mengatasi kesulitan diri sendiri, tekun dan giat memajukan diri. Sekian pembahasan pada hari ini.