20. Apakah “Kebiasaan Buruk karena Ketidaktahuan”? “无明习气”是什么?

20. Apakah “Kebiasaan Buruk karena Ketidaktahuan”?

Hari ini Master akan meneruskan pembahasan mengenai “keheningan berawal dari pikiran yang tenang”. Apakah maksud dari “hening”? Yakni kesunyian, ketenangan. “Berawal dari pikiran yang tenang” berarti harus bisa tenang. Seseorang yang membina pikirannya apabila bisa tenang, yang utama adalah bermula dari pikirannya. Mengapa ada banyak orang yang tidak bisa membina pikirannya dengan baik? Karena dalam kesehariannya, pada dasarnya dia memang adalah orang yang tidak bisa menenangkan pikirannya. Dia memerlukan keheningan, dia baru bisa menenangkan pikirannya, ini yang disebut keheningan berawal dari pikiran yang tenang. Kita mengatakan “kelenyapan”, jika seseorang yang membina pikirannya bisa memusatkan dan menenangkan pikirannya, maka keheningannya pasti sangat penting. Saya sering bertanya kepada orang yang membina pikirannya: “Apakah pikiranmu sepenuhnya terpusat pada satu titik? Apakah pemikiranmu sepenuhnya fokus? Apakah saat kamu bersikap, berperilaku, atau saat mengerjakan sesuatu apakah dengan segenap hati?” Pada kenyataannya, orang yang tekun, dalam mengerjakan segala hal dia sudah memiliki “hening” dari keheningan ini. Oleh karena itu, dalam menekuni Dharma, membina pikiran adalah yang terpenting, jika seseorang bisa membina pikiran dengan baik, maka dia akan bisa membuat banyak materiil di dunia ini berubah menjadi lenyap.

Ketidaktahuan sepertinya nyata namun sesungguhnya palsu. Ketidaktahuan dalam pikiran kita menciptakan luka yang sangat besar bagi kita di dunia ini. Karena kita tidak memahami apapun, maka kita menjadi sering melakukan kesalahan; karena ketidaktahuan kita, karena ketidakpahaman kita, maka kita baru bisa melalui hidup tanpa makna sampai hari ini. Kalian setiap hari, setiap jam, setiap detik berlalu diam-diam begitu saja. Apa yang telah kalian pelajari? Apa yang telah kalian capai? Kalian memandang benda-benda yang terlihat di dunia ini sebagai sesuatu yang diri kalian kejar seumur hidup, sebaliknya membuang sifat dasar yang sesungguhnya perlu dibina ke pinggir. Apa yang telah kalian miliki? Yang kalian miliki adalah keegoisan, ketamakan, dan kebodohan – sama dengan ketidaktahuan. Oleh karena itu, ketidaktahuan membentuk kebiasaanmu. Karena ketidaktahuanmu, kamu tidak memahami apapun, namun kamu masih mengira diri sendiri sangat pintar, tahu segalanya. Maka, kebiasaan burukmu akan muncul keluar, begitulah munculnya kebiasaan buruk karena ketidaktahuan.  Kita membina pikiran justru harus bisa mengubah kebiasaan buruk karena ketidaktahuan pada diri kita. Ada sebagian orang yang tidak tahu apapun, namun masih sombong, tidak memahami apapun namun masih suka omong besar. Apakah ini adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan seorang praktisi Buddhis? Seorang praktisi Buddhis sejati adalah orang yang memiliki kebijaksanaan. Orang yang memiliki kebijaksanaan seharusnya menggunakan jiwanya untuk mengendalikan keinginannya, kemudian mengendalikan pemikirannya, mengendalikan perilakunya, mengendalikan mulutnya. Orang-orang yang sepanjang hari omong besar dan mengira dirinya sendiri hebat, sesungguhnya disebut sebagai ketidaktahuan. Orang yang sedikit-sedikit menguraikan paritta padamu, mengatakan teori-teori Dharma, sesungguhnya orang seperti ini adalah orang yang memiliki ketidaktahuan. Karena semua makhluk memiliki sifat dasar, yaitu sifat Kebuddhaan. Sedangkan hal-hal yang kamu pelajari hanyalah bagian “permukaannya” saja, masih mengira diri sendiri sudah belajar dengan sangat baik, mana boleh kamu menggunakannya untuk menggurui orang lain? Ketahuilah bahwa pengarahan yang salah juga merupakan suatu halangan karma buruk yang besar, itu sama dengan menciptakan karma ucapan. Oleh karena itu, Master berkali-kali mengingatkan kalian: harus bisa mengubah kebiasaan buruk karena ketidaktahuan.

Kepada seseorang yang benar-benar membina dirinya dengan baik, atau seorang Guru Besar, atau seorang biksu, setiap kali kamu bertanya kepadanya, dia akan selalu menjawab “Amitabha”. Karena segala hal di dunia ini semuanya palsu, jika kamu berpikir untuk menemukan sesuatu yang nyata dalam kepalsuan ini, bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Oleh karena itu, dikatakan “wu ming ru shi er zhi -ketidaktahuan yang jelas nyata dan dipahami” Apa maksudnya? Kebiasaan buruk karena ketidaktahuan, yang jelas-jelas kamu mengetahuinya disebut “ru shi – nyata”, “er zhi – dipahami” adalah yang sudah kamu pahami. Kamu mengira dirimu sudah mengerti, namun sesungguhnya ketidaktahuan kamu sedang menumpuk. Karena kamu mengira dirimu sudah mengetahui segalanya, maka kamu baru bisa mengumpulkan semua ketidaktahuan menjadi satu, ini disebut dengan “ketidaktahuan yang terkumpul”, dan akan menyebabkan “ketidaktahuan yang sirna”. Karena sesungguhnya kamu tidak tahu apa-apa, tetapi kamu mengira dirimu memahami segalanya, maka kamu akan melakukan kesalahan sepanjang hari, terus salah sepanjang waktu, kamu baru bisa tidak memahami kebenaran ini sepanjang hari. Sedangkan apakah yang dimaksud dengan “ketidaktahuan yang sirna”? Karena kamu sudah mengumpulkan banyak hal yang tidak kamu mengerti, sampai pada akhirnya kamu melakukan banyak kesalahan karena tidak memahami banyak hal, maka ketidaktahuan kamu pelan-pelan akan sirna. Bagaimana bisa sirna? Karena kamu sudah melakukan kesalahan, dan hal  ini pun akan berlalu atau hilang. “Hilang” di sini sesungguhnya karena kamu sudah tertimpa kesialan, kamu sudah melakukan kesalahan atas banyak hal, maka semuanya akan lenyap. Sama seperti proses lahir-tua-sakit-mati, begitulah kita akan sirna dari dunia ini. Di mana ada kelahiran, maka akan ada kepunahan, begitulah proses kemunculan dan kelenyapan. Begitu ketidaktahuan ini lenyap, maka pikiran kita juga akan lenyap. Karena kamu sudah terbentur kesulitan, karena kamu sudah melakukan banyak kesalahan di dunia ini, karena kalian pernah menyakiti banyak orang, karena kalian dulu sudah melakukan banyak hal yang menyakiti keluarga, karena kebodohan kalian telah menyakiti orang lain, menyakiti anak, menyakiti keluarga, sedangkan seluruh sakit dan derita yang kalian sebabkan ini semuanya akan sirna, kemudian kalian bisa kembali menumbuhkan satu tunas baru di dalam hati kalian, sedangkan tunas baru ini sama dengan awal yang baru, akan tetapi permulaan ini sama dengan awal baru di dalam kehidupanmu. Namun ada banyak orang sudah meninggalkan dunia ini sebelum tunas ini tumbuh, dia akan terjerumus ke reinkarnasi yang berikutnya. Sedangkan orang yang benar-benar bisa mengubah sifat buruk atas ketidaktahuannya ini, berarti dia sudah mencapai nirvana – melenyapkan reinkarnasi. Ketika dia sudah melenyapkan ketidaktahuan ini, maka akan terlahir pikiran Buddha di dalam dirinya.

Ketika seseorang tidak memahami apapun, namun masih mengira dirinya paham akan segala hal, maka sifat Kebuddhaannya tidak akan bisa masuk ke dalam hatinya; hanya pada saat kamu merasa tidak memahami apapun, bagaikan sebuah gudang yang mengosongkan isi muatannya, kamu baru bisa memasukkan sifat Kebuddhaan yang sesungguhnya. Pikiran kita harus bersih dan kosong. Hanya dengan mengosongkan pikiran sendiri, kamu baru bisa menerima hal-hal yang lebih baik. Ada banyak aliran dalam Ajaran Buddha Dharma, kamu belajar Pintu Dharma yang mana? Kamu berguru dengan biksu siapa? Ini seperti opera tradisional Tiongkok. Mei Lanfang menyanyikan teknik aliran mei, akan tetapi jika sebelumnya dia tidak mewarisi teknik bernyanyi aliran wang dari gurunya, mana mungkin dia bisa menciptakan aliran baru yakni aliran mei? Oleh karena itu, kamu harus menerima Ajaran Buddha Dharma dengan cara yang baru, kamu harus bisa menerima nasihat dan peringatan dari setiap biksu, setiap biksu agung, setiap praktisi Buddhis yang baik, akan tetapi yang terpenting, kamu harus menghapus seluruh ketidaktahuanmu di masa lalu. Seperti komputer saja, harus menghapus semua filenya, kamu baru bisa menerima hal yang baru. Ketika kamu sudah bisa menghilangkan ketidaktahuan, maka akan terlahir pemahaman, cahaya, dan kebijaksanaan dalam pikiranmu. Apakah maksud dari lahirnya pemahaman? Yakni munculnya pemahaman dalam pikiranmu. Karena hal-hal yang dulu tidak kamu pahami sudah tidak ada lagi, makanya sekarang baru bisa muncul pemahaman dalam pikiranmu. Ketika pikiranmu sudah memahami segalanya, maka kamu tidak akan melakukan kesalahan. Karena semua yang kamu lakukan itu benar, sudah sesuai dengan Ajaran Buddha Dharma, maka akan terlahir cahaya dalam dirimu. Pada saat kamu memiliki cahaya-cahaya ini, sesungguhnya pikiranmu sudah menyatu dengan cahaya Buddha, dan ketika kamu sudah menyatu dengan cahaya Buddha, kemudian akan terlahir kebijaksanaan, oleh karena itu dikatakan, terlahir pemahaman, cahaya, dan kebijaksanaan. Master berharap kalian jangan tergesa-gesa untuk mengejar tahap “terlahirnya kebijaksanaan”, karena seseorang yang tidak memiliki terang cahaya di hatinya, maka dia tidak akan bisa memahami kebenaran yang sesungguhnya dari kehidupan ini, oleh karena itu kita harus memiliki pemahaman terlebih dahulu. Kita harus memahami segala hal dalam pikiran kita, “Langkah yang saya ambil dalam hal ini sudah benar, yang saya jalani adalah jalan menuju Kebuddhaan”, lalu baru bisa terlahir cahaya. Ketika kamu tidak memahami apapun, mana mungkin bisa ada cahaya dalam dirimu? Oleh karena itu dikatakan menekuni Ajaran Buddha Dharma bertujuan agar bisa menumbuhkan kebijaksanaan (kebijaksanaan prajna adalah tingkat kesadaran yang tertinggi), sedangkan bagaimana agar bisa terlahir kebijaksanaan ini? Bukan dengan bertindak sembarangan dan sesuka hati, melainkan dengan tekun menjalani pembinaan diri dan pikiran secara terus-menerus, tekun melafalkan paritta, terus mencari sifat dasar yang sesungguhnya yang memang berada dalam diri kita namun telah kita hilangkan itu, dengan begitu kamu baru bisa menemukan kebijaksanaan ini.

Jika dulu kamu tidak memiliki kerisauan yang tiada awalnya. Apakah yang disebut sebagai kerisauan yang tidak berawal? Ketika seseorang dari awal menangis saat terlahir ke dunia ini, maka yang akan menyertainya adalah kerisauan seumur hidup. Karena memiliki kerisauan baru bisa muncul ketidaktahuan di hatinya, kemudian adalah perputaran kembali; karena memiliki ketidaktahuan, kemudian kembali terlahir kerisauan pada dirinya; karena tidak memahami banyak hal, jika melakukan sesuatu, maka kerisauan akan datang; setelah kerisauan datang, lalu kembali melakukan banyak hal yang tidak dipahami… demikianlah manusia terus berputar-putar kembali, maka seseorang hidup di dunia ini sama dengan hidup di tengah kerisauan. Bodhisattva dari awal sudah memberitahu kita, Alam Manusia adalah alam kerisauan. Semenjak kita dilahirkan sampai meninggal, kapan kita tidak memiliki kerisauan? Bahkan kita risau di pagi hari, saat tidur di malam hari, kita masih memiliki kerisauan, dan kerisauan-kerisauan ini akan terus mengikutimu seumur hidup. Oleh karena itu, hanya saat kamu secara total menghilangkan kebiasaan buruk karena ketidaktahuan, kamu baru bisa mengatasi kerisauan diri sendiri yang tidak berawal. Dengan kata lain, walaupun kamu berada di alam kerisauan, tetapi yang kamu lakukan adalah misi Bodhisattva, kamu baru bisa membebaskan diri dari kerisauan manusia, karena tingkat kesadaran spiritualmu sudah meningkat. Seperti kamu berada di Alam Manusia, jika kamu mengendarai mobil di tengah kepadatan kendaraan, atau bersepeda di tengah puluhan ribu sepeda lainnya, apakah kamu bisa melihat mana jalan yang kamu tempuh? Hanya saat kamu berada di tempat yang tinggi, kamu baru bisa melihat jalan mana yang bisa ditempuh, jalan mana yang tidak bisa ditempuh. Kamu merasa risau, kamu menunggu dengan gusar, karena kamu tidak tahu apakah ada jalan di depan, kamu tidak tahu di mana cahaya berada, kamu tidak tahu apapun. Kamu hanya bisa membuntuti sepeda di depanmu, atau mengikuti di belakang mobil orang lain, kamu tidak tahu kapan harus berhenti, berhenti sampai kapan, sejauh apa kamu bisa berkendara – inilah manusia. Jika kita keluar melampaui tingkat kesadaran spiritual manusia, dan membina diri sampai ke tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva, ini bagaikan kita sampai di sebuah lereng gunung, atau kita pergi ke sebuah gedung tinggi, kita bisa melihat mana jalan yang lancar, mana jalan yang bisa ditempuh. Dengan begitu kamu baru bisa tidak memiliki kerisauan, kalau tidak, maka kamu akan terus-menerus hidup di tengah semua makhluk dengan kerisauan yang tidak ada habisnya.

Menekuni Dharma yang sesungguhnya bukan memintamu belajar teori yang tertulis saja, bukan hanya memintamu belajar kitab suci yang sudah diturunkan dan beredar dari zaman dahulu selama ribuan tahun lamanya, melainkan memintamu mempelajari kebijaksanaan Bodhisattva. Setelah memiliki kebijaksanaan Bodhisattva, kamu baru bisa benar-benar memahami paritta yang diucapkan oleh Bodhisattva. Saya tidak mau kalian datang kemari untuk mendengarkan paritta, yang Master ajarkan kepada kalian adalah {Bai Hua Fo Fa} – ajaran Buddha Dharma dalam bahasa sehari-hari, ajaran Buddha Dharma zaman modern. Jika kalian ingin mendengarkan paritta, maka kalian boleh pergi mendengarkannya di sekolah tinggi Buddhis. Sedangkan ajaran Buddha Dharma yang sesungguhnya dipergunakan di Alam Manusia, Bodhisattva yang sesungguhnya ada di mana-mana di dunia ini, hanya panjang pendek waktunya saja. Jika kamu melakukan perbuatan baik selama satu jam, menyelamatkan makhluk hidup selama satu jam, maka kamu sudah menjadi Bodhisattva selama satu jam. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kerisauan, kita harus bisa menghilangkan perpaduan dari ketidaktahuan, kebodohan, dan ketersesatan. Bagaimana kebodohan seseorang bisa muncul? Juga tercipta dari ketidaktahuan. Karena dia tidak mengerti, maka dia baru menjadi semakin bodoh. Karena dia tidak tahu, tidak bisa melihat apa hubungannya dengan dia di kehidupan sebelumnya, maka baru bisa mati-matian mengejarnya, “Saya akan mengikuti kamu sampai mati”, makanya bisa menjadi semakin bodoh. Sedangkan hasil dari kebodohan adalah ketersesatan, hasil dari ketersesatan adalah memutarbalikkan kebenaran. Apakah ketersesatan itu? Karena kamu memiliki kebodohan, kamu tidak tahu benar dan salah dari masalah ini, setelah kamu melakukan kesalahan pun, kamu tidak tahu di mana kesalahanmu. Oleh karena itu, ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, dia akan segera menjadi bodoh, sedangkan saat “menjadi bodoh” ini sesungguhnya adalah tersesat. “Tersesat” berarti tidak mengerti, melekat. Apakah “kebingungan” itu? Berarti tidak bisa menemukan arah tujuan. Karena setelah tersesatkan jadi tidak bisa menemukan arah, maka disebut sebagai ketersesatan. Tidak bisa menemukan arah berarti tidak bisa menemukan jalan kebenaran, yakni tidak bisa menemukan jalan kebenaran Buddha, orang ini akan memutarbalikkan kebenaran, maka dikatakan sebagai “tersesat dan memutarbalikkan kebenaran.”

Ketidaktahuan harus diperbaiki. Karena ketidaktahuanmu, karena ketidakpahamanmu, baru bisa terlahir pemikiran liar pada dirimu. Banyak orang yang sudah tidak mengerti masih tetap memikirkannya, seperti sudah jelas tidak bisa menang lotere, masih setiap hari berpikir untuk memenangkan lotere. Ketika pemikiran liarnya sudah terlahir, maka perilakunya pun akan turut keluar. Dalam ajaran Buddha Dharma, ini sering dikatakan sebagai “ketidaktahuan yang menyebabkan perilaku sembarangan”. Karena kamu tidak mengerti, maka mulutmu baru bisa sembarangan berbicara, tangan dan kakimu baru bisa melakukan banyak tindakan-tindakan bodoh yang membuat orang lain tidak habis pikir. “Perilaku sembarangan” artinya tindakan yang dilakukan setelah muncul khayalan pada diri sendiri, itu adalah perilaku sembarangan. Ketidaktahuan yang menyebabkan perilaku sembarangan bisa mencelakakan orang. Tahukah kalian ketidaktahuan yang menyebabkan perilaku sembarangan bisa menciptakan apa? Bisa menciptakan akar dari tumimbal lahir? Mengapa kita manusia bisa bertumimbal lahir? Karena kita tidak memahami kebenaran. Segala hal yang kita lakukan pada hari ini, sesungguhnya kita sama sekali tidak memahaminya. Seperti ada sebagian orang yang membantu orang lain membubarkan pernikahan orang lain, dan masih mengira diri sendiri sedang melakukan jasa kebajikan. Karena dia berpendapat bahwa pasangan suami istri ini daripada setiap hari bertengkar, lebih baik bercerai, maka dia pun pergi menasihati mereka. Mereka bercerai, dan dia melakukan dosa, di kehidupan selanjutnya, dia akan terlahir kembali sebagai manusia. Hal-hal seperti ini kalian mengerti tidak? Apakah kalian memahaminya? Kalau kalian tidak memahaminya, ini disebut sebagai ketidaktahuan. Setelah kalian memiliki ketidaktahuan akan terlahir akar sumber tumimbal lahir di enam alam bagi kalian. Karena saya tidak mengerti, saya ingin balas dendam (misalnya, dia memperlakukan saya dengan buruk, maka saya harus membalasnya), jadi saya membunuhnya. Ini adalah akar sumber yang menyebabkanmu terlahir sebagai binatang di kehidupan sebelumnya. Karena dia jahat kepada saya, maka saya pun akan bersikap buruk kepadanya, ini adalah akar sumber yang menyebabkan dia terlahir di Alam Asura di kehidupan selanjutnya. Jika ketidaktahuan-ketidaktahuan ini terkumpul menjadi satu, maka akan menjadi suatu halangan dosa karma buruk yang besar. Dari mana asalnya halangan karma buruk banyak orang? Karena tidak memahami ini, tidak memahami itu, tidak memahami ini itu, tidak memahami apapun, kemudian bertindak sembarangan, setelah melakukan kesalahan kemudian terbentuklah karma. Jika seperti pada papan elektronik, ini dinamakan membentuk gumpalan. Sedangkan “gumpalan-gumpalan” pada tubuhmu ini akan menghasilkan racun. Karena kamu telah melakukan dosa, kamu melakukan banyak kesalahan, maka hawa hitam ini akan selamanya berada pada tubuhmu. Tunggu sampai tiba waktunya dia teraktivasi, maka maaf saja, kamu akan merasakan buah derita di kehidupan ini. Maka hari ini, pertama-tama Master membahas tentang “ketidaktahuan” dengan kalian. “Ketidaktahuan” ini pun ada dalam paritta, akan tetapi kita harus memahaminya, harus mengerti, lalu benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata, itu baru namanya menekuni ajaran Buddha Dharma. Jika seseorang tidak bisa menjadi orang yang baik, maka dia pasti tidak bisa meneladani Buddha dan Boddhisattva dengan baik. Biksu agung Tai Xu semenjak dulu mengatakan, “Bisa menjadi orang baru bisa menjadi Buddha”. Jika kamu tidak bisa menjadi orang yang baik, bahkan jadi orang jahat seperti setan, apakah kamu bisa menjadi seorang manusia? Jika hari ini kamu di dunia ini bertindak sama seperti Bodhisattva, maka kamu adalah Bodhisattva di dunia ini.