10. Mengendalikan Kesadaran, Senantiasa Menyesuaikan Jodoh,Baik dalam Kelancaran Maupun Ketidaklancaran 管住意识,顺逆随缘

10. Mengendalikan Kesadaran, Senantiasa Menyesuaikan Jodoh, Baik dalam Kelancaran Maupun Ketidaklancaran

Seorang praktisi Buddhis harus bisa “tiada pikiran – tiada hati”. Jangan menyimpan segala hal ke dalam pikiranmu, jika senantiasa memikirkannya akan membuatmu menderita, sesudah menderita kamu akan menjadi bersedih, setelah bersedih, akan terbentuk satu simpul di dalam hatimu, yang dinamakan “simpul hati”. Mengerti? Oleh karena itu, tidak peduli simpul-simpul seperti apa pun, Master tidak suka memasangnya di kantor, karena segala benda yang memiliki simpul, semuanya terbentuk karena diikat, karena dikelilingi, sesungguhnya sama seperti jika terbentuk simpul dalam hati atau pikiranmu, tidak bisa diuraikan. Mengerti? Seperti satu perasaan tidak senang kalian adalah satu simpul, satu kesedihan adalah satu simpul, satu kecemburuan juga satu simpul, satu kebencianmu terhadap seseorang juga satu simpul … coba pikirkan, bagaimana kamu bisa menguraikan dan membuka simpul-simpul ini? Selain itu, kalian tahu, sama seperti tali, tali yang baru saja terikat bisa segera kamu buka dengan mudah, namun jika sudah berselang beberapa waktu, kamu tidak akan bisa membuka ikatannya. Oleh karena itu, demikian juga dengan simpul hati, tidak bisa membuka simpul hati karena waktunya sudah terlalu lama. Dalam berita dikatakan mengapa ada orang yang bisa tiba-tiba membunuh istrinya, karena simpul hatinya tidak terbuka.

Master beritahu kalian, pikiran yang sudah dikosongkan tidak akan dikendalikan dan tidak tergoyahkan oleh pemikiran diri sendiri. Dengan kata lain, hari ini saya tidak memiliki hati atau tidak memiliki pikiran, maka tidak akan ada pemikiran yang muncul dalam diri saya. Misalnya, lotere ini saya yang membelinya, adalah hadiah ulang tahun yang saya berikan untuk tetangga saya, tidak disangka ternyata lotere ini menang undian. Lalu kamu merasa sedih dan tidak senang bukan? Kemudian berpikir, bisakah membagi saya sedikit? Namun orang itu tidak mau memberikannya, lalu terbentuklah simpul hati dalam dirimu. Apabila pikirannya dikosongkan, dia mampu melihat melampauinya, “Saya sudah kasih kamu berarti sudah milikmu, yang sudah diberikan ke orang lain berarti sudah bukan urusan saya.” Dengan begitu, kamu tidak akan sakit hati, tidak akan bersedih. Jika dirimu sudah dikosongkan, maka meski menang undian lotere, tidak akan ada pengaruh apa pun bagi dirimu. Dirimu sudah kosong. Namun jika dalam pikiran masih berpikir: “Yang paling bagus kalau saya bisa mendapatkan kembali puluhan ribu Yuan, betapa senangnya!” Akan tetapi kalau pikiranmu kosong, “Saya tidak masalah, tidak ada hubungannya dengan saya, kalau tidak ada ya sudah.” Pikiran bisa menghilangkan pemikiranmu. Jika begitu muncul satu pemikiran, “Saya harus bisa kembali mendapatkan uang ini, karena saya yang memberinya.” Begitu pemikiran ini muncul, akan terlahir kerisauan dalam pikiranmu. Namun jika pikiranmu kosong, “Saya tidak peduli, biarkan saja.” Karena tidak lagi memikirkannya, maka tidak ada kerisauan. Pikiran yang kosong, ini sangat bagus, karena bisa menghilangkan pemikiran yang buruk. Misalnya, istri ini setiap hari berpikir, “Saya paling tidak suka kalau suami mengatakan kalimat ini”, sudah ada satu ganjalan dalam hatinya, pikirannya tidak kosong. Maka selanjutnya, pada suatu hari suaminya kembali mengatakan kalimat ini. Begitu pemikirannya muncul, “kamu ini orang tidak waras, mengapa mengatakan hal itu lagi?” Pada saat itu, begitu pemikirannya sampai, lalu terhubung dengan hatinya, maka “ping” – dia menjadi marah, mulai melempar barang. Maka meminta kalian jangan memiliki pikiran, meski ada satu pemikiran yang muncul, tetap harus menghilangkannya. Karena sudah ada satu dasar dalam pikiranmu, kemudian jika ada hal apa pun yang masuk, dia akan tumbuh dengan pesat. Seperti satu bibit yang buruk, jika dia sampai di tanah yang subur pun, dia bisa tumbuh, satu bibit yang buruk sampai di suatu lahan yang subur, dia akan tumbuh. Untuk sementara, saya akan mengibaratkan pikiran kalian sebagai suatu lahan yang baik, akan tetapi kamu sudah menanamkan satu bibit yang tidak baik, maka ketika bibit ini mulai bertunas, yang tumbuh semuanya adalah yang tidak baik. Apakah kalian bisa menyalahkan lahan ini tidak baik? Lahan tanah ini adalah sifat dasarmu. Sifat dasarmu itu baik, akan tetapi bibit karma yang kamu tanam tidak baik, maka buahnya pasti tidak baik. Karena setelah terbentuk simpul di hatimu, maka kamu akan memandang kelancaran dan ketidaklancaran dengan lebih penting. Pada saat berada dalam kelancaran, kamu merasa sangat senang; namun saat berada dalam ketidaklancaran, kamu merasa sangat sedih. Karena simpul kamu sudah terikat di dalam, maka kamu merasa sangat sedih, kamu terlalu mementingkan keuntungan dan kerugian dirimu. Oleh karena itu, ketika kerisauan melanda, kamu tidak bisa menghilangkannya. Hanya pada saat kerisauan sudah terkuras habis, maka sudah tidak ada kerisauan lagi. Apakah yang dimaksud dengan “terkuras habis”? Yakni menghilangkan semua kerisauan sampai tuntas. Kerisauan sudah terkuras habis, seseorang baru bisa melihat sifat Kebuddhaan di hatinya. Seperti cermin saat kamu mandi, jika ada uap panas, maka pada cermin ini tidak bisa terlihat mukamu; hanya dengan menyeka cermin ini sampai bersih, kamu baru bisa melihat wajahmu sendiri, kamu baru bisa melihat siapa dirimu yang sesungguhnya. Seperti ada sebagain orang yang sering mengatakan, saya tidak mau melihat wajah saya sendiri, wajah saya ini terlalu menyebalkan, kelihatannya sangat galak sekali.

Memahami pikiran membuka kesadaran, senantiasa melihat sifat Kebuddhaan. Yakni melihat kelancaran dan ketidaklancaran di dunia ini sebagai sesuatu yang sama. Hari ini datang kelancaran, saya merasa senang, juga begitu, bukankah saya tetap makan tiga kali sehari dan tidur satu kali? Sewaktu ketidaklancaran menghampiri, bukankah saya juga tetap makan tiga kali sehari dan tidur satu kali? Apa bedanya? Banyak anak perempuan yang sewaktu masih kecil, ayah dan ibunya membelikannya sebuah gaun terusan baru, dia merasa sangat menyukainya, berpikir kalau di hari selanjutnya bisa mengenakannya ke sekolah dan memamerkannya kepada semua orang, khayalannya saat itu: “Wah, saya menjadi gadis tercantik di sekolah!” Terus memikirkannya, sampai semalaman tidak bisa tidur nyenyak. Sampai di pagi hari selanjutnya, pergi ke sekolah, karena berbalik badan dengan tidak hati-hati, membuat gaun yang cantik itu robek, pada saat itu, orang-orang bukan melihat gadis tercantik lagi, melainkan menjadi bahan tertawaan semua orang. Oleh karena itu, manusia setiap saat hidup di tengah perubahan, setiap saat hidup di tengah kelancaran dan ketidaklancaran. Saat kelancaran datang, dengan sendirinya akan berlalu, sewaktu ketidaklancaran datang, juga akan berlalu dengan sendirinya. Sama seperti saat berbisnis, “Saya hari ini rugi sejumlah uang, aih, sudahlah, sudahlah.” Jangan marah-marah dan sangat bersusah hati, kalau begitu jantung kamu akan menjadi sakit. Saat ketidaklancaran datang, juga jangan merasa, “gawat sekali, ada masalah besar, rasanya langit akan runtuh.” Ketika kelancaran menghampiri, saya bisa menerimanya; saat ketidaklancaran datang, saya juga bisa menerimanya – tidak menjadi masalah bagi saya. Hari ini baik dalam kelancaran maupun ketidaklancaran, saya tetap menyesuaikan jodoh, kita harus bisa berpikiran terbuka. Sewaktu kamu mampu melihat kelancaran dan ketidaklancaran sebagai sesuatu yang sama, maka simpul hatimu akan terbuka, simpul yang tersembunyi di dalam lubuk hatimu yang terdalam secara perlahan-lahan bisa kamu uraikan. Oleh karena itu, dalam berhubungan dengan orang lain, kita harus menerapkan prinsip yang dalam istilah masa kini dikenal dengan nama “jarak yang indah”. Kosa kata baru ini sudah ada di zaman Tiongkok kuno, yang dikenal dengan pepatah, “hubungan antara orang yang luhur, hambar bagaikan air.” Hubungan dengan seseorang yang berjarak lebih jauh malah bisa membuat perasaan di antara mereka semakin baik, jika setiap hari bersama-sama malah akan sering bertengkar. Contoh sederhana, begitu juga dengan pasangan suami istri, jangan sepanjang waktu dari pagi sampai malam bersama-sama, jalani seumur hidup dengan sopan dan santun, alangkah baiknya! Jika setiap hari bersama-sama, begitu melihat malah menjadi masalah, begitu teringat malah merasa kesal, jalinan hubungan buruk pun mulai muncul – pada awalnya tidak ada hubungan buruk, namun saling melihat sampai akhirnya malah muncul hubungan buruk. Kalian tidak memahaminya, perkataan ini memiliki makna filsafat, masalah dari banyak hal muncul dari apa yang dilihat. Misalnya, kamu membeli satu benda yang sangat kamu sukai, banyak anak-anak perempuan yang membeli sebuah tas, setelah dilihat-lihat lama-lama rasanya tidak cantik, semakin dilihat semakin bermasalah. Mengapa? Karena dia sering melihatnya, sering dilihat, dilihat-lihat sampai lama-lama bisa melihat kekurangannya. Demikian juga dengan suami istri, jika terus bersama-sama, mana mungkin tidak bisa melihat kekurangannya? Untung saja kalian sekarang menekuni Dharma, kalau tidak siapa yang tidak bisa melihat kekurangan orang lain? Karena manusia memiliki kekurangan yakni suka melihat kekurangan orang lain, tidak suka melihat kelebihan orang lain, selalu tidak bisa melihat sisi baik orang lain. 

Master akan melanjutkan pembahasan, membina perilaku dan membina pikiran harus membuahkan hasil. Terkadang terlahir kedengkian atau ketidaksenangan dalam pikiranmu, jika kamu tidak menggunakan satu cara dalam pembinaan pikiran untuk menggali dalam-dalam pemikiran liar pada dirimu, menggali dalam-dalam dan mengeluarkan hal-hal buruk dalam pikiranmu, coba saja kamu pikirkan, jika jalinan hubungan buruk tidak diselesaikan, maka jalinan buruk dalam kehidupan ini mau diselesaikan sampai kapan? Tidak akan pernah ada akhirnya. Kalian harus memahami bahwa membina pikiran harus bisa membuahkan hasil. Jika tidak membuahkan hasil, berarti pembinaan orang ini sia-sia, kalau tidak berarti kamu sambil membina pikiran, sembari berputar-putar dalam perputaran kembali. Kelihatannya sedang membina pikiran dan perilaku, namun sesungguhnya kamu masih berputar-putar dalam siklus perputaran kembali. Jika setiap hari kamu melafalkan paritta dan memohon berkat dari Bodhisattva, memohon berkat … namun di satu sisi, kamu mengatakan keburukan orang lain, membenci orang lain. Coba pikirkan saja, begitu kamu membenci, bukankah berarti kamu masih terjebak dalam perputaran kembali? Melafalkan paritta begitu lamanya, masih marah-marah, lalu apa gunanya? Melafalkan paritta seharian masih membenci orang lain, masih iri kepada orang lain, menurutmu, apa gunanya orang ini membina pikiran? Sangat mudah, berarti tidak membina diri dengan baik. Jika tidak mengubah kebiasaan diri sendiri, maka di kehidupan selanjutnya, kamu akan “mengenakan bulu dan membawa tanduk” untuk membayarnya, dengan kata lain, di kehidupan selanjutnya, kamu akan terlahir sebagai binatang. “Membawa tanduk” berarti menjadi kerbau, kambing, dan lainnya; “mengenakan bulu”, semua binatang berbulu. Oleh karena itu, kalian pikirkan saja, jika di kehidupan ini tidak membina diri dengan baik, maka di kehidupan selanjutnya, tunggu sampai kamu terlahir sebagai seekor kuda, kamu akan benar-benar menderita, sangat kasihan sekali. Coba kalian lihat dengan seksama mata binatang, sangat mirip dengan mata manusia. Terkadang jika kamu melihat dengan seksama mata sebagian orang, mata mereka sama seperti mata binatang. Ketika seseorang sangat membenci orang lain, maka akan terpancar sorotan mata yang galak dari matanya, sama seperti binatang. Para penjahat yang membunuh orang, saat dia sedang membunuh orang, pancaran mata ganas yang keluar dari matanya disebut sebagai mata serigala. Mata serigala sesungguhnya disebut juga sebagai mata yang dingin, karena sorotan mata yang keluar sangatlah dingin. Jika tidak membina diri baik-baik, maka bisa terlahir sebagai binatang di kehidupan selanjutnya. Maka kita harus selalu waspada dan mawas diri.

Bodhisattva benar-benar berkorban dengan tulus. Maka jika kamu benar-benar ingin berjalan di jalan pembinaan yang benar, maka kamu harus memberi secara total. Tidak ada seorang pun yang mengatakan, menekuni Dharma, maka saya tidak akan berkorban secara total, saya sambil belajar, sembari masih memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Jika kamu masih memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan, adalah orang yang tidak mau berkorban dengan total, maka orang ini tidak akan bisa menekuni Dharma dengan baik, tidak akan bisa membina pikirannya dengan baik, tidak akan bisa menapaki jalan yang benar. Oleh karena itu, “memperbaiki adalah jalan pembinaan”. Jika kamu mengetahui bahwa setelah dirimu menekuni Dharma, kamu bisa memperbaiki kekurangan pada dirimu sendiri, maka sesungguhnya berarti kamu sudah menemukan jalan pembinaan. Contoh sederhana, dulu kamu tidak berjalan di jalan yang benar, kamu tidak bisa menemukan jalan Kebuddhaan ini, kamu terus-menerus memperbaiki arah pembinaan diri sendiri, pada akhirnya bukankah kamu akan menemukan jalan yang benar? Harus terus memperbaiki kesalahan diri sendiri, maka sesungguhnya itu sama dengan menemukan jalan pembinaan, jika menggunakan istilah masa kini, disebut sebagai “menghilangkan kekacauan dan memperbaiki semuanya”. Seseorang yang dulu tidak tahu aturan, dulu tidak pernah serius, suka bersikap tidak wajar; sekarang menjadi tenang, berperilaku sopan santun, bukankah berarti dia sama dengan sudah menghilangkan kekacauan dan memperbaiki semuanya? Oleh karena itu, ketahuilah, dalam membina diri harus bisa melihat jalan pembinaan yang benar, memperbaiki adalah jalan pembinaan.

Seorang praktisi yang sungguh-sungguh membina dirinya, tidak akan melihat kesalahan di dunia ini. Dengan kata lain, seorang praktisi Buddhis yang sesungguhnya, dia tidak akan melihat kesalahan yang dilakukan orang lain, ini yang disebut dengan tidak melihat (atau terus mengingat) kesalahan orang lain, semua orang itu baik. Sebaliknya, dia berterima kasih kepada orang tersebut, dan selalu berpikiran positif tentang orang itu, ini tandanya dia adalah orang baik. Kekurangan orang-orang pada umumnya adalah selalu berpikiran negatif tentang orang lain, misalnya mungkin orang itu hanya mengucapkan satu perkataan biasa, tetapi kamu malah berpikir, dia sedang menyindir saya, dia sedang memfitnah saya, dia membenci saya. Coba pikirkan, dengan berpikir seperti itu, apa yang akan kamu dapatkan? Yang akan didapatkan adalah kebencian, kecemburuan, sindiran, serta sampah-sampah buruk nan kotor, yang semuanya akan masuk ke dalam hatimu, coba katakan apa yang kamu dapatkan? Yang kamu dapatkan hanyalah sampah yang disimpan di dalam hati. Ketika kamu membenci seseorang, atau berpikiran negatif tentang orang itu, maka pemikiranmu ini sesungguhnya sudah masuk ke dalam kesadaranmu, yakni kesadaran ke-6 atau dikenal juga dengan indra keenam. Apakah indra keenam? Itu adalah perasaan. Ketika Master membahas tentang kesadaran ke-8 atau alaya vijnana, sesungguhnya ini merupakan kesadaran yang sudah mendekati sifat dasar kita. Oleh karena itu, ketika seseorang melakukan kejahatan yang sangat besar, sewaktu dia belum mengambil keputusan dan terus memikirkannya, sampai akhirnya memutuskan “Saya harus melakukannya, meski mati sekalipun, saya tetap harus melakukannya”, maka saat itu sesungguhnya pemikiran jahat ini sudah masuk ke dalam kesadaran kedelapannya, dan orang ini pasti tidak akan bisa naik ke Surga dalam kehidupan ini, karena pemikirannya ini sangat sulit untuk dihapus. Sedangkan kesadaran keenam atau indra keenam, misalnya, dia mengatakan ingin pergi melihat rumah, sebelum dia pergi melihat rumah ini, di dalam benaknya terlintas perasaan kalau rumah ini sangat jelek. Lalu setelah dia pergi dan melihat rumah ini, memang nyatanya sangat jelek. Namun jika dia merasa kalau rumah ini sangat indah, lalu setelah melihatnya ternyata sangat buruk, berarti pupus harapannya. Karena pemikiran ini sudah tertanam di dalam hatimu. Mengapa ada sebagian orang yang langsung menyukai sesuatu benda atau hal begitu melihatnya? Karena di dalam kesadaran keenamnya, sudah tersimpan suatu memori yang utuh, yang bisa kita sebut dengan bongkahan atau potongan memori, seperti yang dikatakan dalam istilah ilmiah masa kini, melebur menjadi satu potongan, dan potongan ini sudah sepenuhnya meleburkannya ke dalam, yang kemudian disimpan ke dalam kesadaran keenam kamu. Contohnya, hari ini saya akan bertemu dengan orang ini, orang ini pasti sangat baik, maka begitu melihatnya, pertama-tama saya akan berpikiran positif tentang dirinya, meleburkan dirinya dengan pemikiran ini, oleh karena itu, semakin lama melihatnya, kamu akan merasa dia semakin baik, karena kamu memiliki sebuah “kotak kerangka” yang “membungkus”nya.

Jangan berpikir terlalu banyak sebelum melakukan sesuatu hal, kalau menghadapi masalah ya hadapi saja. Tentu saja yang Master maksud di sini adalah hal-hal yang terjadi dalam menekuni Dharma. Mengapa banyak orang suka memiliki ketidaksukaan dan perselisihan dengan orang lain? Itu karena mereka memiliki “kotak kerangka” ini, bagaimana “kotak kerangka” ini bisa terbentuk? Saya akan beri kalian satu contoh sederhana, misalnya pada hari ini sebelum Master bertemu dengan orang ini, Xiao Yu datang dan berkata: “Master, orang yang akan Anda temui hari ini, sebelumnya pernah menelepon masuk, bicaranya sangat kasar, juga tidak hormat pada Master.” Lalu “Bam!”, sebuah potongan memori masuk ke dalam kesadaran keenam. Padahal sebenarnya orang ini adalah orang yang baik. Tidak lama kemudian, dia datang, seperti apapun dia, Master tetap tidak menyukainya, apapun yang dia katakan, Master akan tetap merasa kalau orang ini sedang menyindir saya, karena pemikiran dari Xiao Yu ini sudah memasuki kesadaran saya. Oleh karena itu, ketika kalian mendengar orang lain mengatakan, “Orang ini tidak baik” atau “Orang itu tidak baik”, sebenarnya, kamu sudah menerima informasi yang keliru dari orang lain, dan ketika informasi ini memasuki kesadaran keenam kamu, maka ia bisa menghancurkan pemikiran normalmu. Contoh sederhana, Master tiba-tiba mengumumkan satu hal pada kalian, Master mengatakan bahwa pemikiran orang ini bermasalah, maka ketika kalian melihat orang ini, perasaan kalian segera akan tidak sama. Contoh lainnya, jika Master memberi tahu kalian, orang ini sudah kanker stadium akhir, hidupnya tinggal beberapa minggu lagi, maka kalian semua akan memandangnya dengan sorot mata penuh rasa kasihan. Kalau Master memberi tahu kalian, orang ini telah memfitnah Dharma dan Ajaran, lagipula ada banyak arwah asing di tubuhnya, maka begitu dia masuk, setiap orang di sini pasti akan menghindarinya. Dengan kata lain, efek samping yang muncul dalam kesadaran seseorang, atau respon sampingan ini amat sangat penting.

Begitu juga dalam praktik menekuni Dharma, bagaimana agar kalian bisa memperkuat keyakinan diri sendiri, yaitu dengan tidak terpengaruh oleh segala hal yang kalian dengar, atau segala hal yang indra tubuh kalian rasakan, melalui mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, kalian tidak boleh membiarkan hal-hal buruk ini mempengaruhi pembinaan diri kalian. Asalkan orang lain mengatakan, “Saya beri tahu ya, ada orang yang mengatakan Pintu Dharma Master Lu itu begini dan begitu”, maka kamu bisa memberi tahu dia, “Kamu jangan memberitahukan kepada saya, saya tidak mau dengar.” Tetapi jika kamu mendengarkannya, maka habis sudah, karena kamu tidak mendengarkan yang baik, malah mendengarkan yang buruk, selanjutnya akan muncul kerisauan dalam dirimu. Oleh karena itu, orang yang pintar, ketika mendengar orang lain berbicara tentang keburukan orang lain, maka kamu bisa menjawab, “Kamu tidak usah memberi tahu saya, saya tidak mau dengar.” Begitu juga dalam menekuni Dharma, jangan melihat hal-hal yang tidak seharusnya dilihat, yang penting fokus memikirkan dan menjalani pembinaan dirimu dengan baik.