45. Semua Dharma Tidak Bisa Diambil - Dimiliki, Tiada yang Diambil juga Tiada yang Dilepas
Berdana dengan Dharma, yakni agar bisa membuat orang yang belajar Dharma ini paham, bahwa hari ini kamu memberitahukan Pintu Dharma yang begitu bagusnya kepada orang-orang, supaya mereka melafalkan paritta dan memohon berkat dari Guan Shi Yin Pu Sa, sesungguhnya adalah untuk memberitahu orang-orang supaya mereka memahaminya. Akan tetapi saya tidak melekat pada jasa kebajikan atas pembabaran Dharma dan usaha untuk menyadarkan orang-orang. Hari ini asalkan saya bisa membuat orang-orang memahaminya, saya sudah cukup senang, saya tidak melekat pada jasa kebajikan saya ini. Apabila karena saya ingin melakukan jasa kebajikan, makanya saya baru memberitahumu, kalau begitu jasa kebajikanmu ini sudah tidak ada. Contoh sederhana, disini ada banyak murid, mereka juga benar-benar tekun dan sudah bekerja keras. Master sudah melihat semuanya. Maka sebaiknya jangan dikatakan lagi, jika dirimu sendiri mengatakannya, maka tidak akan berharga lagi; jika kamu tidak mengatakannya, maka kamu akan berubah menjadi sangat mulia. Semua orang dalam hati melihat dan memahaminya. Kita semua adalah praktisi Buddhis, pada dasarnya tidak akan merendahkan orang lain. Apabila kamu sering berpikir: “Saya sudah meninggalkan keluarga, saya sangat sibuk, saya sudah melakukan berapa banyak jasa kebajikan.” Begitu mengatakannya, maka ya sudah, jasa kebajikannya hilang. Jangan mengatakannya, harus bisa menanggung semua beban kerja dan menghadapi ketidaksenangan orang lain. Tuan Song dan istrinya sepanjang hari melakukan jasa kebajikan di sini, mereka melayani Master, mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Akan tetapi mereka tidak memikirkan jasa kebajikan yang dilakukannya, tidak pernah menyombongkannya, ini adalah berdana dengan ketiadaan rupa. Kalian harus ingat, setiap orang yang melakukan jasa kebajikan jangan dipamerkan, dalam melakukan segala kebajikan harus tidak memiliki rupa. Mengapa Xiao Zhang begitu cepat bisa menjadi murid Master? Ini dimulai dari perayaan satu tahun berdirinya stasiun radio ini. Setelah selesai pesta perayaan, ada puluhan kantung sampah yang menumpuk di belakang, semua orang berada di depan mengobrol dan tertawa, dia sendirian terus membereskan sampah. Anak ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam kepada Master, yang dilakukannya adalah berdana tanpa rupa. Apabila setelah dia selesai membereskan puluhan kantung sampah, lalu berlari ke hadapan saya dan berkata: “Master, hari ini ada banyak sekali sampah. Tidak ada orang yang membantu, semuanya saya seorang diri yang membereskan dan membuang sampahnya. Saya terus sibuk sampai sekarang.” Master akan segera berkata: “Aduh, kamu sudah bekerja keras, terima kasih ya!” Selesai berbicara, lalu sudah, saya tidak akan mengingatnya di hati. Justru karena saat itu dia tidak mengatakannya kepada Master, makanya Master baru bisa terus mengingatnya di hati. Banyak pasangan suami istri juga begitu, kamu baik kepada mereka, walau kamu tidak mengatakannya, mereka dalam hati juga bukan orang bodoh. Seperti pepatah, “Orang buta makan wonton – dalam hati mereka mengetahuinya”. Memangnya perlu dikatakan? Jangan pernah memberitahu orang lain bahwa ini adalah jasa kebajikan saya, asalkan kamu melakukan jasa kebajikan ini, maka itu sudah cukup. Hari ini saya melakukan banyak sekali perbuatan baik, saya tidak memikirkan apapun, semuanya sudah dilakukan, yang penting membantu orang lain, itu sudah cukup. Ini namanya “memasuki dengan satu rupa”. Dengan kata lain, saya hanya melakukan jasa kebajikan baik-baik, saya tidak memerlukan balas budi apapun, maka kamu sudah berhasil memasuki Pintu Dharma ini. Ini baru yang disebut dengan kebijaksanaan. Oleh karena itu, karma baik yang paling mulia bukanlah mengambil juga bukan melepas. Mengapa disebut sebagai “karma baik yang paling mulia”? Karma baik yang paling mulia adalah seluruh karma baik yang kamu lakukan ini. Kita menekuni Dharma juga merupakan karma baik, segala hal yang kita lakukan adalah karma baik. Kita tidak ingin mengambil imbalan apapun, hari ini kita sudah memberi begitu banyak, kita tidak pernah ingin mengambil apapun. Akan tetapi saya juga tidak melepaskan, “tidak melepas” di sini adalah saya tidak melepaskan jalan Kebuddhaan yang sedang saya kejar dan jalani ini.
Seluruh dharma tidak bisa diambil, juga tidak bisa dilepas, maka disebut dengan “tiada yang diambil juga tiada yang dilepas”. Apa maksudnya? Segala jasa kebajikan yang saya lakukan bukan demi mendapatkan balasan apapun, saya hanya fokus untuk menanam tanpa memikirkan apa yang akan dituai. Saya hanya fokus menolong orang, membantu orang lain sampai menjadi baik, saya tidak pernah berpikir akan mendapatkan balasan apapun. Kemarin pergi ke Hong Kong, ada orang yang berkata kepada Master: “Master, sekarang kamu sudah mulai menuai.” Saya tidak pernah berpikir akan menuai apapun, akan tetapi teman-teman se-Dharma begitu mencintai Master, begitu baiknya terhadap Master. Kalian berusaha keras melakukan jasa kebajikan, coba kalian pikirkan saja, memangnya Guan Shi Yin Pu Sa di Surga tidak akan memedulikan kalian? Jika ada kekurangan apapun pada diri kalian, ada ketidaklancaran apapun, sesungguhnya itu karena kalian belum membina diri baik-baik, apa yang mau dikatakan lagi? Orang yang seumur, mengapa ada orang yang sakit keras, namun ada juga orang yang tidak? Itu karena nidana – jodoh. Sama saja, dirimu dan orang lain menderita sakit yang sama, mengapa mereka tidak selamat, sedangkan kamu tetap hidup? Itu karena jodoh. Karena kamu sudah membina pikiran, sedangkan mereka tidak. Coba renungkan baik-baik, menekuni Dharma harus rajin berpikir, rajin merenung.
Master akan meneruskan pembahasan, dalam melakukan segala hal harus bisa mencapai kebijaksanaan tertinggi yakni terbebaskan, tidak mengambil juga tidak melepas. Ketika seseorang dalam melakukan segala hal tidak memikirkan imbalan apapun, maka sesungguhnya orang ini sudah memiliki tingkat kesadaran spiritual yang sangat tinggi. “Tidak melepas” apa maksudnya? Disebut juga sebagai “tekun tidak menyerah”. Saya sudah berpikir baik-baik dan memutuskan untuk memilih jalan ini, maka bagaimana pun kamu memarahi saya atau menyindir saya, tidak peduli apapun itu, saya tetap akan membina diri baik-baik mengikuti Guan Shi Yin Pu Sa. Ini namanya tidak melepas. Mendengar perkataan orang lain, begini begitu, tidak ada hubungannya dengan saya. Orang lain berkata, dalam menekuni Dharma ada banyak Pintu Dharma, tidak apa-apa. Saya sudah dengan yakin memilih Pintu Dharma ini, maka saya hanya akan fokus di satu Pintu Dharma ini saja, saya akan membina diri baik-baik, karena saya membina diri dan belajar Guan Shi Yin Pu Sa Xin Ling Fa Men, saya sudah mendapatkan banyak manfaatnya, maka saya tahu kalau ini adalah jalan yang benar, saya akan teguh dan terus mempelajarinya. Seperti saya melihat kalau nomor plat ini pergi ke tujuan ibukota, maka saya akan terus jalan ke depan tidak akan salah. Orang lain mengatakan tidak benar, seharusnya pergi ke sana, banyak orang yang pergi ke sana, kamu jangan percaya kepadanya. Dalam menekuni Dharma pun demikian, ketika seseorang terus berusaha berjalan di jalan ini dan tidak meminta apapun, sesungguhnya berarti tingkat kesadaran spiritual orang ini sudah sangat tinggi. Tidak mengambil dan tidak melepas pasti bisa memutuskan kerisauan, oleh karena itu tingkat kesadaran spiritualnya pasti sangat tinggi.
Jika sebaliknya, setelah kamu berdana, lalu kamu melekat, maka kamu pasti akan kecewa. “Aduh, saya sudah melafalkan paritta begitu lamanya, saya sudah berdana dengan Dharma, saya sudah menolong begitu banyak orang, saya sudah membabarkannya kepada mereka semua, mengapa saya masih belum berhasil?” Dengan begitu, kekecewaan akan datang menghampiri. Ini seperti satu ucapan dalam agama Buddha, yaitu “derita karena tidak mendapatkan”. Benar tidak? Karena kamu menginginkannya, kamu sudah berkorban, kamu sudah melafalkan paritta, kamu sudah memberi persembahan kepada Bodhisattva, kamu sudah melakukan jasa kebajikan, kamu sudah membantu orang lain, “Aduh, mengapa keluarga saya masih belum baik?” Sudah membuktikan munculnya penderitaan karena tidak mendapatkan, maka datanglah kekecewaan. Oleh karena itu, kalian harus paham, setelah kamu melekat, maka kamu tidak akan mendapatkan penghormatan dari orang lain. Yang semula jika kamu membantu orang lain, kamu tidak memiliki keinginan apapun, maka orang lain akan menghormatimu. Jika hari ini ada yang kamu inginkan, maka orang lain tidak akan menghormatimu. Contoh sederhana, kamu membantu seseorang, jika kamu memiliki tujuan tertentu, maka orang lain tidak akan menghormatimu. Benar tidak? Apabila di depan pintu, Master memasang sebuah papan – “Menerawang Totem dengan Bayaran”. Coba lihat saja, apakah orang lain masih akan menghormatimu? Master membahas hal ini demi mendidik kalian, supaya kalian memahami prinsip kebenarannya. Kamu ingin melakukan perbuatan baik, asalkan kamu tidak mengharapkan imbalan, maka orang lain pasti akan menghormatimu. Jika kamu merasa diri hebat, maka kamu tidak akan mendapatkan hormat dari orang lain, kamu pun tidak akan memperoleh balas jasa dari orang lain. Master beritahu kalian, berapa banyak yang kamu lakukan, semuanya diketahui Surga. Kalian harus memahami, bahwa asalkan seseorang mau memberi, dia pasti akan memperoleh balasannya. Tuan Zhou terus-menerus berkorban membantu semua orang, ketika dia sakit, ada begitu banyak orang semuanya bersujud memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa supaya dia bisa sehat, istrinya sangat terharu sekali, berterima kasih kepada orang-orang, bersyukur kepada semua orang. Pada saat ini, mohon dia jangan lupa, bahwa ini adalah hasil yang ia dapatkan dari dana tanpa rupanya, yakni jasa kebajikan dan pengorbanannya sehari-hari yang tidak egois. Semua orang bersujud di sini memohon untuk Tuan Zhou, permohonan seperti ini semuanya sangat tulus, bukan pura-pura. Apakah kamu bisa membayar orang lain untuk membantumu memohon? Jika tidak bisa mendapatkan balas jasa dari orang lain, kamu akan merasa tidak senang, kemudian kamu akan merasa menderita, yang membuat kamu terjerumus ke dalam perputaran kembali, lalu kamu terjebak ke dalam perangkap kerisauan. “Saya sudah bersembah sujud, mengapa masih belum terkabul? Saya sudah memasang dupa, mengapa masih belum berhasil?” Merasa risau bukan? “Saya sudah melepaskan makhluk hidup, saya sudah melepas ribuan ekor ikan, saya sudah menghabiskan begitu banyak uang, mengapa penyakit saya masih belum membaik?” Kembali risau lagi, maka kamu akan terjebak ke tengah kerisauan yang berulang kembali.
Buddha dan Bodhisattva mengajarkan kita, tiada yang tidak bisa direlakan oleh seorang Bodhisattva agung. Jika kamu adalah seorang Bodhisattva agung, maka tidak akan ada yang tidak bisa kamu relakan. Selain itu, Bodhisattva bahkan bisa mendanakan – memberikan nyawanya sendiri, maka tidak ada apapun yang tidak bisa direlakannya. Coba pikirkan, kalian bandingkan sejenak, apakah sekarang kalian adalah Bodhisattva? Asalkan kalian memikirkan masih ada berapa benda yang tidak bisa kalian relakan, maka kalian akan tahu apakah kalian adalah Bodhisattva atau bukan. Mengapa Master adalah Bodhisattva? Karena Master bisa merelakan apapun, saya bisa melepaskan apapun. Ketika saya harus merelakan barang yang saya sukai, saya akan sedih sejenak, akan tetapi saya bisa melepaskannya, inilah Bodhisattva. Kalian masih jauh sekali. Permintaan Master terhadap kalian tidak tinggi, akan tetapi setidaknya pelan-pelan kalian harus berjalan mencapai target ini, bukannya semakin lama semakin mundur. Oleh karena itu, tidak boleh melekat akan keberadaan jasa kebajikan, juga tidak boleh tidak bisa merelakan, dengan kata lain, kita tidak boleh melekat pada jasa kebajikan. “Aduh, saya sudah melakukan jasa kebajikan. Aduh, ada jasa kebajikan pasti ada balasannya.” Banyak orang setelah melakukan jasa kebajikan, harus ada orang lain yang memujinya: “Wah, jasa kebajikannya tiada taranya”, dia baru senang. Namun sesungguhnya ini bisa membuat kebocoran pada jasa kebajikannya. Banyak orang begitu Master berterima kasih kepada mereka, lalu mereka segera berkata: “Tidak usah, tidak usah, begitu kamu berterima kasih, maka jasa kebajikan kami akan hilang.” Sesungguhnya, dia tidak menerima terima kasih Master, bukan berarti Master tidak berterima kasih, melainkan jasa kebajikannya akan menjadi semakin kuat. Apabila yang dikatakannya dengan yang dipikirkannya benar-benar adalah, “Jangan kamu katakan, kalau dikatakan, nanti saya tidak ada jasa kebajikannya”, sesungguhnya dia sudah memiliki jasa kebajikan. Mengerti? Namun jika memikirkannya, berarti sama dengan menarik kembali berdana ini, maka tidak akan ada jasa kebajikannya.
Master hari ini membahas sedikit Bai Hua Fo Fa dalam kehidupan nyata. Untuk bisa melebur ke dalam masyarakat, maka kita harus menjauhi pemikiran liar dan kemelekatan – keras kepala. Apabila kita ingin menjalin relasi yang baik dengan orang-orang, maka kita harus bisa menghilangkan pemikiran liar, tidak boleh melekat pada diri sendiri, dengan kata lain tidak boleh berbuat sesuka hati sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Seseorang jika ingin berhubungan baik dengan orang lain, pertama-tama harus bisa menghilangkan kata “Aku”, orang lain baru bisa mencintaimu, baru bisa menyukaimu. Apabila kamu selalu merasa diri sendiri hebat, maka kamu ini selamanya tidak akan mendapatkan hormat dan kasih sayang dari orang lain. Benar tidak? Kalian di antara para murid pun begitu. Apabila kalian tidak bersikap baik dengan setiap orang, maka siapa yang akan baik terhadapmu? Apakah pemikiran liar? Pemikiran liar adalah memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya dipikirkan. Berpikiran negatif tentang orang lain adalah pemikiran liar. Seoarang praktisi Buddhis selamanya harus berpikiran positif terhadap orang lain, jangan berpikiran negatif tentang orang lain. Jika berpikiran negatif, itu namanya pemikiran liar. Apakah kemelekatan itu? Kemelekatan adalah melekat pada diri sendiri, saya merasa diri saya sendiri sangat hebat, saya merasa saya memiliki kemampuan yang besar, lalu memandang rendah orang lain, mengatakan kalau ini tidak baik, dan itu tidak bagus, ini namanya melekat. Orang seperti ini tidak akan bisa melebur ke dalam masyarakat. Lalu bagaimana caranya supaya bisa melebur ke dalam masyarakat? Bagaimana supaya orang-orang menyukaimu? Yakni harus menaati sila, harus percaya pada hukum karma. Apakah sila itu? Yakni melakukan apa yang seharusnya dilakukan, tidak melakukan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Percaya pada hukum karma, yakni jika hal yang saya lakukan ini memiliki sebab karma yang tidak baik, maka saya tidak boleh melakukannya, kalau dilakukan pasti akan ada buah karmanya. Berusaha semaksimal mungkin, yakni dengan segenap tenaga dan pikiran dalam melakukan segala hal, maka segala permohonanmu pasti akan terkabul.