44. Berdana Meninggalkan Rupa, Kebijaksanaan Karma Baik 离相布施,智慧的善业

44. Berdana Meninggalkan Rupa, Kebijaksanaan Karma Baik

Dalam Sutra Vajra {Jin Gang Jing}, Bodhisattva mengatakan: “Nai zhi yi nian sheng jing xin zhe, Xu Pu Ti, Ru Lai xi zhi xi jian.” – yang terlahir satu pemikiran yang bersih dan yakin tanpa ragu, Subhuti, Buddha dan Bodhisattva semua mengetahui dan semua melihatnya. Dengan kata lain, asalkan seseorang melahirkan satu pemikiran yang sangat bersih, para Buddha dan Bodhisattva akan mengetahui dan melihatnya. Yang artinya seluruh Buddha dan Bodhisattva bisa melihatnya, seluruh Buddha dan Bodhisattva bisa mengetahuinya. Mohon tanya, memangnya kalau kalian melakukan perbuatan buruk, Bodhisattva tidak mengetahuinya? Melambangkan apakah “Ru Lai” itu? Di sini tidak sepenuhnya merujuk pada seorang Buddha, melainkan melambangkan seluruh Buddha dan Bodhisattva. Pada biasanya kita berdana dalam Dharma, berdana dengan uang, dan berdana dengan ketidaktakutan, berdana manakah yang paling penting? Berdana dalam Dharma yang paling penting. Berdana dalam Dharma adalah memberitahukan Pintu Dharma Guan Shi Yin Pu Sa Xin Ling Fa Men yang begitu bagus ini kepada orang lain, menyelamatkan kesadaran spiritual orang-orang, ini namanya berdana dalam Dharma. Akan tetapi, berdana dalam Dharma harus memiliki kebijaksanaan karma baik. Apakah yang dinamakan dengan kebijaksanaan karma baik? Yakni dalam melakukan segala hal, kita harus memiliki kebijaksanaan, bukan hanya sekedar menyelamatkan orang lain. Apabila kamu sudah sibuk bekerja sepanjang hari namun tidak memiliki kebijaksanaan, maka kamu tidak akan bisa menyelamatkan orang lain, kamu ini tidak memiliki kebijaksanaan, maka tidak termasuk berdana dalam Dharma. Mengerti? Misalnya, tanpa memahami keadaannya, tidak peduli siapapun itu, langsung menghampiri orang lain dan memberitahukan tentang Dharma kepadanya, sampai pada akhirnya malah membuat orang itu melakukan karma ucapan, cara menolong orang seperti ini namanya tidak memiliki kebijaksanaan. Tidak bisa menolong kesadaran spiritual seseorang, berarti dia tidak memiliki kebijaksanaan karma baik. Dengan kata lain, kamu melakukan satu hal, namun kamu tidak memiliki kebijaksanaan, hal ini tidak berhasil, berarti kamu tidak memiliki  kebijaksanaan karma baik. Oleh karena itu, kita harus bisa menggunakan kebijaksanaan Dharma untuk berdana. Apa maksudnya? Berdana dalam Dharma adalah menggunakan kebijaksanaan Dharma. Apakah kebijaksaanaan Dharma? Misalnya, kita pergi membabarkan Dharma, kita pergi berdana dalam Dharma, kita memberitahukan orang-orang tentang ajaran para Buddha dan Bodhisattva, kita menyebut cara berpikir Buddha dan Bodhisattva sebagai “Dharma”, kita berdana dalam Dharma adalah menggunakan kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva ini untuk memberitahu orang-orang, menggunakannya untuk berdana. Contoh sederhana, kamu mempromosikan sebuah produk, kamu memberitahu orang-orang bahwa setelah saya mengonsumsi produk ini, stamina saya menjadi bagus. Akan tetapi, stamina kamu sendiri tidak bagus, bagaimana mungkin kamu bisa meyakinkan orang lain? Dengan kata lain, kamu menekuni Dharma sampai sudah dipenuhi dengan sukacita, kamu sudah memiliki kebijaksanaan, kemudian saat kamu memberitahukannya kepada orang-orang, maka yang kamu katakan semua adalah kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva, dengan begitu orang-orang baru bisa percaya. Apabila kamu sendiri tidak bisa menjelaskan dengan baik kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva, bagaimana kamu bisa membuat orang lain percaya bahwa Buddha dan Bodhisattva memiliki kebijaksanaan? Oleh karena itu, para pembabar Dharma harus memiliki kebijaksanaan Dharma. Contoh sederhana, jika kamu ingin menolong seseorang, maka kamu harus memiliki persyaratan atau kemampuan untuk menolong orang lain. Jika kamu ingin berdana dengan uang, maka kamu harus punya uang, kamu baru bisa berdana dengan uang. Kalau kamu tidak punya uang, bagaimana kamu bisa berdana? Persyaratannya saja tidak bisa kamu penuhi, bagaimana kamu bisa menyelamatkan kesadaran spiritual orang-orang? Orang lain terjebak di tengah lautan penderitaan, lalu cara apa yang bisa kamu gunakan untuk menolong orang itu dari lautan penderitaan? Kalau berenang saja kamu tidak bisa, bagaimana kamu bisa terjun ke dalam air dan menyelamatkan orang itu?

Oleh karena itu, di sini kita membahas “Pintu Dharma satu rupa”. Apakah yang dimaksud dengan “Pintu Dharma satu rupa”? “Satu rupa” berarti tiada rupa, satu rupa sama dengan tidak ada rupa, satu rupa berarti meninggalkan rupa. Ketiadaan rupa berarti meninggalkan rupa ini. Satu contoh sederhana untuk memberitahu kalian, yakni kalian meninggalkan rupa diri kalian sendiri, adalah berdana meninggalkan rupa. Apakah yang disebut sebagai berdana meninggalkan rupa? Seperti saya melakukan perbuatan baik, saya membantu orang lain, saya tidak meninggalkan nama, saya membantu orang lain tidak mengharapkan balasan. Jika melakukan kebajikan membantu orang lain namun mengharapkan balasan, maka selanjutnya, kerisauan akan datang. Misalnya, kamu berdana dengan mencetak buku, setelah melihat bukunya, “Saya sudah berdana, mengapa tidak ada nama saya?” Bukankah kerisauan sudah tiba? Maka berdana meninggalkan rupa adalah berdana dengan ketiadaan rupa. Apakah yang dimaksud dengan berdana dengan ketiadaan rupa? Yakni berdana dalam kebijaksanaan Dharma meninggalkan rupa, menggunakan kebijaksanaan untuk membantu orang lain, membuat diri sendiri dan orang lain berdana meninggalkan rupa. Berdana meninggalkan rupa berarti tidak melekat. Kalian tahu, berdana sampai pada akhirnya mudah dilanda kerisauan, akan menimbulkan masalah, akan membuat diri kita menjadi tidak senang. Nanti Master akan menjelaskannya kepada kalian. Berdana harus meninggalkan rupa, jika berdana tidak meninggalkan rupa, maka akan terjerumus ke tengah kemelekatan dalam berdana. Mengerti? Kemelekatan dalam berdana adalah setelah kamu berdana lalu mengharapkan balasannya, jika tidak ada balasannya, lalu membuatmu jadi melekat pada rupa, kamu menjadi sedih dan tidak senang. Misalnya, hari ini saya mempersembahkan buah-buahan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, lalu saya memasukkan sedikit uang ke dalam kotak amal, mengapa saya tidak mendapatkan balasannya? Lalu mulai melekat. Bukankah berarti terjebak di dalam kemelekatan itu? Oleh karena itu, berdana harus meninggalkan rupa. Misalnya, saya berdana untuk mencetak buku {Tu Teng Shi Jie}, akan tetapi saya tidak mau nama saya tercetak di dalam buku itu, maka pada saat itu kamu akan merasa senang. Pada saat itu, kamu tidak akan merasa, “Wah, saya hari ini sudah berdana.”

Sekarang banyak orang yang berdana dengan rupa. Apakah yang dimaksud dengan berdana dengan rupa? Dengan kata lain, “Aduh, saya sudah mencetak buku, mengapa keadaan keluarga saya masih belum membaik?” Kerisauan mulai datang. “Hari ini saya sudah membantu begitu banyak orang, saya sudah melafalkan begitu banyak paritta, jelas-jelas setelah melafalkan paritta, jasa kebajikannya sama seperti berdana dalam Dharma, mengapa setelah saya melafalkan paritta masih belum baik?” Karena kamu telah melekat pada rupa, makanya keadaanmu tidak membaik. Seperti banyak orang yang mentraktir orang lain makan, kemudian tidak henti-hentinya bicara ke mana-mana, pada akhirnya orang itu pun tidak merasa berterima kasih kepadanya, malah merasa dia sangat menyebalkan. Ini yang disebut “melekat pada rupa”.

Ada pepatah yang berbunyi, “Tiada suara malah dilimpahi berkah kekayaan besar”. Kalau kamu melakukan kebaikan terhadap orang lain tanpa bersuara, orang lain akan berterima kasih kepadamu, sampai ingin sekali menyembahmu. Rasa terima kasih seperti ini adalah rasa terima kasih dari lubuk hati mereka yang tulus kepadamu. Oleh karena itu, menurut kalian mana yang lebih baik, tiada rupa atau dengan rupa? Jika berdana tidak meninggalkan rupa, maka akan terjebak ke dalam kemelekatan berdana, ini namanya “kemelekatan rupa dalam berdana”. Apakah yang dimaksud dengan “kemelekatan rupa dalam berdana”? Karena sudah berdana sedikit uang, lalu selalu berpikir dalam hati, “Saya pernah mendengar Bodhisattva mengatakan, ‘Kamu memberi dari tangan ini, maka saya akan memberimu dari tangan itu’, lalu mengapa saya sampai sekarang masih belum kaya? Hari ini saya sudah melafalkan paritta, mengapa masih belum membaik?” Sudah melekat bukan? Mulai merasa tidak senang kan? Dengar-dengar dengan mempersembahkan apel bisa mempercepat proses perbaikan, “Aduh, Guan Shi Yin Pu Sa, saya memilih apel yang terbaik untuk dipersembahkan kepada Anda, mengapa anak saya masih belum membaik?” Sudah melekat, menjadi sedih bukan?

Jika kamu ingin menolong orang lain, maka segala hal yang kamu lakukan, pada kenyataannya tidak bisa diambil. Dengan kata lain, sesuatu yang saya danakan atau berikan keluar pada hari ini, saya sudah membantu orang lain, saya tidak menginginkan balasannya, saya tidak mau mengambil apapun. Benda apapun tidak ingin saya ambil, saya hanya ingin bersikap baik terhadap orang lain, ini namanya tidak meminta balasan. Kemudian tidak boleh melepaskan. Apakah yang dimaksud “melepaskan”? Tidak mengerti bukan? “Aduh, saya harus melepasnya.” Ini tidak merujuk pada makna melepaskan seperti biasanya, melainkan merujuk pada suatu hal yang dilakukan, saya tidak akan melepas keyakinan dan keputusan saya menekuni Dharma, dengan teguh terus menjalaninya, yakni saya tetap tidak tergoyahkan, menjalani jalan ini tanpa penyimpangan, saya tidak akan melepas jalan ketiadaan rupa yang saya lakukan ini. Mengerti? Ini namanya tidak boleh melepas, tidak bisa mengambil. Hari ini saya sudah melakukan hal ini, saya akan terus melakukannya, selain itu saya tidak akan mengambil apapun, saya tidak mengharapkan balasan apapun. Contoh sederhana, di toko Dong Fang ada satu orang yang terus membantu Tuang Hong mengantarkan air. Tuang Hong mengatakan: “Kamu membantu mengirimkan barang saya, mari mari, saya beri kamu sedikit hadiah.” “Saya tidak mau.” Ini namanya saya tidak mengambil, saya tidak menginginkan benda apapun dari orang lain. “Tidak melepas” seperti apa? Saya tidak akan melepas pandangan pemikiran saya untuk membantu orang lain. Bukan karena saya tidak mendapatkan apapun, atau Tuan Hong juga tidak bersikap baik terhadap saya, lalu mulai besok saya tidak akan membantunya mengantarkan air. Dia tidak melepaskannya, tetap mengantarkannya; dia tidak mengambilnya, tidak menginginkan balasan apapun. Tuan Hong, coba kamu beritahu kepada semua orang, kamu merasa berterima kasih tidak kepada orang ini? Jika orang ini tidak meminta apa-apa, namun pergi menghampiri Tuang Hong dan berkata: “Tuan Hong, bukannya saya mau mengatakan ya, kalau bukan saya, maka tidak akan ada orang lain yang mengantarkan air ini untukmu secara gratis. Lihat saja, perjalanan saya begitu jauh, terlepas ongkos bensin, saya membantumu ini dan itu.” Selesai bicara, Tuan Hong hanya akan menjawab: “Baik baik, terima kasih, terima kasih kepadamu.” Terakhir tersenyum. Setelah dia pergi, Tuan Hong tidak akan berterima kasih kepadanya lagi. Namun sekarang Tuan Hong secara tulus berterima kasih kepada orang ini. Karena yang dia lakukan adalah tiada rupa.

Seperti yang Master lakukan dengan kalian, saya tidak memiliki permintaan apapun, saya berusaha keras menyelamatkan orang-orang di seluruh dunia, inilah mengapa semua orang begitu baik terhadap Master, begitu menghormati Master. Di dalam siaran, Master begitu keras dan disiplin, akan tetapi tidak ada orang yang memarahi Master, karena mereka tahu kalau yang Master lakukan demi kebaikan mereka, mereka semua tahu kebenarannya. Jika sebagai seorang murid, bahkan tidak bisa memahami kalau yang Master lakukan adalah demi kebaikan kalian, maka saya akan menyuruh kalian pergi saja. Orang tua panik melihat anaknya melakukan kesalahan, jika karena orang tua khawatir, lalu bersikap keras dan tegas, lalu membuat kamu berpendapat kalau orang tua ini bukan orang baik, berarti kalian bukanlah orang baik. Apakah kalian mengerti? Master memberikan contoh ini untuk memberitahu kalian bahwa harus bisa meninggalkan rupa, dengan kata lain, saya “tidak mengambil dan tidak melepas”. Saya sudah berdana, saya tidak memiliki pemikiran apapun, meski yang saya danakan hari ini adalah perasaan, mendanakan semuanya, akan tetapi saya tidak mengambil dan tidak melepas. Tiada yang saya ambil dan saya lepas, maka akan mendapatkan jasa kebajikan.

Berdana dengan uang, berdana dalam Dharma, berdana dengan ketidaktakutan, tidak peduli berdana dalam bentuk apapun, semuanya tidak boleh melekat pada rupa. Hari ini saya mendanakan sedikit uang, lalu merasa hebat sekali. “Aduh, tahukah kamu? Hari ini saya menyumbangkan banyak uang lho.” “Aduh, orang itu jatuh, kalau bukan saya yang memapahnya, orang tua ini pasti sudah tidak bernyawa.” “Orang ini kalau bukan saya yang menolongnya, memperlihatkan blog Master kepadanya, maka orang ini sampai sekarang masih tidak bisa berpikiran terbuka dan mau bunuh diri.” Begitu kamu mengatakannya, maka tidak ada lagi jasa kebajikannya. Apabila seseorang berdana dengan rupa, maka sesungguhnya jasa kebajikan dari dana yang dilakukannya sangat sedikit. Permintaan Master terhadap kalian sangat tinggi, setelah melakukan kebajikan jangan meninggalkan nama, harus meninggalkan rupa. Orang lain kalau melakukan kebajikan masih meninggalkan nama itupun baik, namun jika melakukan kebajikan tanpa meninggalkan nama, maka akan lebih mulia.

Hari ini Master menerima satu telepon, Master mengatakan: “Kamu tidak usah bicara lagi. Kalau kamu merasa hari ini yang kamu lakukan demi Master, maka apapun ketidaksenangan kamu, boleh kamu katakan kepada saya. Namun jika yang kamu lakukan hari ini demi Guan Shi Yin Pu Sa atau demi diri kamu sendiri membabarkan Dharma dan membawa kebaikan bagi semua makhluk, maka kamu tidak usah bicara apapun kepada saya, saya tidak ingin mendengarkan hal-hal duniawi apapun.” Apa yang perlu dikatakan? Apa yang bisa dikatakan? Siapa yang tidak pernah merasa dipersalahkan? Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Oleh karena itu, tidak peduli dalam melakukan apapun, tidak boleh melekat pada rupa. Satu kekurangan yang dimiliki semua makhluk adalah “menyukai rupa”. Seperti mengerjakan sedikit hal, lalu ingin segera menjadi terkenal, masuk koran, masuk televisi, itulah manusia menginginkan ketenaran dan kekayaan. “Aduh, kalau tidak ada nama saya dalam hal ini, maka tidak boleh.” Banyak sekali masalah yang dipertengkarkan dan diperdebatkan terlahir di tengah ketenaran dan kekayaan, ini karena kemelekatan. Inilah salah satu alasan mengapa walau dirimu sudah melakukan perbuatan baik namun masih bertengkar.

Ketika seseorang berdana, dia akan berpikir: “Aduh, mengapa saya masih belum mendapatkan balasannya?” Ketika seseorang berdana dalam Dharma, lalu berpikir: “Sudah begitu lamanya, mengapa keadaan saya belum membaik?” Begitu berpikir demikian, maka jasa kebajikan akan hilang, yang dilakukan sia-sia, kebencian akan datang. Misalnya, kamu baru saja menasihati orang ini, selain itu orang ini mengatakan Pintu Dharma ini bagaimana tidak bagusnya. Begitu berkata demikian, dalam hatimu akan berpikir: “Aduh, mengapa orang ini begini?” Kebencianmu muncul bukan? Menasihati suami namun tetap tidak sadar, atau saat menasihati istri namun ia tetap tidak sadar, bukankah kebencian akan lahir dalam diri kalian? Apakah kamu risau atau tidak? Terhalangi atau tidak? Kalau keduanya bisa membina pikiran bersama, alangkah baiknya. Makanya, kita harus berdana tanpa rupa, jangan berdana dengan kemelekatan rupa, harus diingat baik-baik!