41. Tak Tergoyahkan Seperti Semula, Membangunkan Kesadaran Yang Paling Awal
Master akan melanjutkan pembahasan, kita tidak tergoyahkan atau tidak tergerakkan, bukan hanya mulut kita tidak bergerak. Banyak orang melafalkan paritta, mulutnya berkomat-kamit terus tanpa henti, namun otaknya memikirkan hal lain, menurutmu pelafalan paritta yang seperti ini apakah akan ada hasilnya? Jika kita sekarang sedang berlutut di sana melafalkan {Da Bei Zhou}, namun bukan sedang melafalkan paritta dalam {Da Bei Zhou}, melainkan dalam otak kita berpikir, “Guan Shi Yin Pu Sa, mohon tolong saya!”, maka pemikiran dalam otakmu adalah “Mohon Anda tolong saya! Tolong saya …”, yang keluar adalah informasi seperti ini. Misalnya, saat kamu sedang melafalkan paritta, “{Qian Shou Qian Yan Wu Ai Da Bei Xin Tuo Luo Ni} Na Mo He La Da Nuo …”, saat melafalkan paritta ini, maka yang keluar adalah apa yang di dalam paritta ini. Sedangkan yang kamu lafalkan keluar adalah apa? “Guan Shi Yin Pu Sa, mohon Anda tolong saya! Saya juga sangat baik, saya sangat tulus, Guan Shi Yin Pu Sa mohon perpanjang umur saya …”, yang keluar dari otakmu adalah hal-hal ini. Apakah kalian mengerti? Ada sebagian orang yang pelafalan parittanya tidak baik, atau baru mulai belajar melafalkan paritta, tidak bisa meminta mereka memiliki standar seperti ini, maka hanya bisa diberikan sedikit kelonggaran. Sedangkan para murid jika melafalkan paritta dengan lebih mendalam, maka seharusnya bisa melafalkan tanpa pemikiran. Yakni melafalkan sampai pada akhirnya sudah tidak ada lagi pemikiran untuk melafalkan ini, seperti yang dikatakan melafal tanpa pemikiran, yakni sama seperti melafal sampai akhirnya seperti tidak melafalkan saja. Selain itu, kaidah lainnya adalah kamu melafalkan paritta sampai tidak ada lagi pemikiran apapun. Itu baru namanya melafalkan paritta, itu baru namanya melafalkan tanpa pemikiran. Apakah kalian mengerti? Oleh karena itu, kalian harus ingat, mulut tidak bergerak, pikiran juga tidak boleh bergerak. Mulut tidak bergerak, namun tidak berarti pikiran tidak bergerak. Banyak orang sepertinya mulutnya tidak bergerak, akan tetapi pikirannya sedang bergerak. Misalnya orang lain memarahimu, walau mulutmu tidak balik membalas memarahinya, namun dalam hatimu berpikir, “Kamu orang jahat ini, mengapa memarahi saya?” Benar tidak? Dalam hati bukankah dirimu sedang memarahi orang? Sama saja dalam melafalkan paritta, mulut tidak bersuara, akan tetapi pikiran kita sedang melafal, ini juga namanya bergerak, yakni pemikiran kita yang sedang bergerak.
Hari ini Master beritahu kalian, manusia memiliki satu kekurangan yang dinamakan “bertanya sendiri, menjawab sendiri”. Apakah kalian tahu apa yang dimaksud dengan “bertanya sendiri, menjawab sendiri”? Kalian setiap orang memiliki kemampuan ini, sedangkan kemampuan ini dinamakan “bertanya sendiri, menjawab sendiri”. Akan tetapi kalian tidak mengetahuinya, dia adalah “bertanya sendiri, menjawab sendiri” secara alamiah. Contoh sederhana, kalian mendengar telepon berbunyi, dalam hati segera berpikir, “Siapa yang menelepon?” Bertanya sendiri bukan? “Oh, coba jawab saja, apakah dia yang telepon?” Bukankah ini bertanya sendiri dan menjawab sendiri? Melihat orang ini, “Halo!” Lalu lihat kembali, “Mengapa dia hari ini mengenakan baju ini?” Bertanya sendiri bukan? Tidak lama kemudian, “Oh, dia hari ini karena ini atau itu”, menjawab sendiri bukan? Semua orang memiliki kemampuan ini. “Mengapa hari ini dia tidak datang?” “Oh, hari ini dia begini begitu”. Setiap orang memiliki kemampuan untuk bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Ini adalah suatu kemampuan merespon secara alami dalam batin kita, ini adalah fenomena yang alami. Bertanya sendiri dan menjawab sendiri berada di dalam alam bawah sadarmu, jadi dirimu sendiri belum tentu bisa merasakannya, akan tetapi dalam hati akan terus terlahir pertanyaan-pertanyaan dengan sendirinya, lalu setelahnya kamu bisa menjelaskannya sendiri. Mengerti? Maka Master mengajarkan kalian, saat sudah benar-benar membina diri dengan baik, maka kalian akan mampu membuat pikiran dan otakmu bisa melepas dalam beberapa saat. Misalnya, hari ini saya bermeditasi 8 jam, otak saya kosong, saya tidak memikirkan apapun. Master bahkan meminta kalian untuk menghilangkan “bertanya sendiri, menjawab sendiri”, biarkan otak kalian kosong, ini sama dengan mencuci bersih otak kalian sendiri, seperti mengosongkan sebuah gudang dengan mengeluarkan semua barang di dalamnya. Mengerti? Sedangkan kalian, baru saja duduk di dalam kamar, “Hari ini saya ingin kosong, saya mau kosong, saya tidak boleh berpikir.” Akan tetapi otak kalian segera berpikir: “Jika telepon berbunyi bagaimana ya?” “Nanti saya harus masak, apakah keburu?” Tidak lama kemudian, “Aduh, anak saya hari ini sekolah, jam berapa pulang …” kamu terus-menerus memikirkan masalah-masalah ini, apakah otakmu bisa kosong? Oleh karena itu, “bertanya sendiri, menjawab sendiri” adalah suatu refleks batin seseorang, juga merupakan suatu kesadaran alam bawah sadar. Mengerti? Jika kamu sudah mencapai tingkat kesadaran spiritual tertentu, maka kamu tidak akan lagi memiliki “bertanya sendiri, menjawab sendiri”, kamu sudah sepenuhnya kosong. Mengerti?
Master kembali mengatakan apa yang dikatakan tadi, jika kita sudah tidak ada lagi “bertanya sendiri, menjawab sendiri”. Maka pikiran kita baru bisa benar-benar tenang terpusat. Apabila kalian tidak percaya, coba kalian di rumah diam selama 5 menit, apakah kalian mampu melakukannya? Tentu saja, ada satu keadaan, yakni saat waktu memasak sudah tiba, atau sudah mau cuci baju, atau harus segera bersih-bersih, dan lain-lain. Ada banyak hal yang menunggu dirimu kerjakan, jika pada saat ini, otakmu pasti akan memikirkannya. Yang dipikirkan dalam otakmu adalah, “Aduh, saya harus segera bersih-bersih rumah. Waktu untuk masak, cukup tidak ya?” Pada saat itu, otakmu sama sekali tidak akan bisa tenang, mengerti? Kalian harus bisa memahami prinsip-prinsip ini. Terkadang, kita harus bisa memusatkan pikiran. Memusatkan pikiran di mana? Yakni memusatkan konsentrasi di alam bawah sadar kamu. Misalnya, ketika kalian sedang bersembah sujud kepada Buddha dan Bodhisattva, jika dalam hati terus berpikir: “Saya tidak boleh berpikir macam-macam, saat menyembah, ketukkan kepala lebih keras, saya tidak boleh sembarangan melihat-lihat orang lain, saya tidak boleh sembarangan berpikir.” Sesungguhnya, ini berarti sudah memiliki pemikiran, selain itu ini adalah pemikiran yang tidak bersih. Kalian harus memahami, bahwa kita harus bisa menghilangkan “bertanya sendiri, menjawab sendiri” dalam pikiran kita, dengan begitu baru bisa menghentikan pemikiran. “Bertanya sendiri, menjawab sendiri” juga termasuk memiliki pemikiran. Maka, seseorang yang membina pikirannya harus bisa melatih dirinya sendiri. Yakni berlatih sendiri, mengggunakan pikiran sendiri untuk melatih diri sendiri.
Harus bisa giat menjaga tubuh-perilaku, mulut-ucapan, dan pikiran-pemikiran. Misalnya, dalam beberapa waktu ini, kamu merasa sudah terlalu banyak bicara, belakangan ini rasanya pemikiran sendiri terlalu kacau-balau, atau belakangan ini kamu telah melakukan perilaku-perilaku yang kurang baik, maka pada saat ini, dirimu sendiri harus giat menjaga perilaku, ucapan, dan pemikiran sendiri. Dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan “giat menjaga”, apa artinya? Yang dimaksud di sini adalah “berpantang”. Bagi kita para praktisi awam, “giat menjaga” berarti menjaga perilaku, ucapan, dan pemikiran. Jika selama satu hari, kamu tidak mengucapkan satu kalimat pun tidak akan membuatmu menjadi bisu. Jika kamu tidak melakukan tindakan apapun, tidak memikiran pemikiran apapun, maka selama satu hari ini, kamu sudah sangat bersih, maka di hari selanjutnya bisa memulihkan kembali energimu, menghilangkan kelelahan diri sendiri. Sama seperti tidur. Karena kamu dari pagi terus sibuk sampai malam sudah sangat lelah, lalu kamu tidur di malam hari, jadi di hari berikutnya kamu baru bisa memulihkan staminamu. Mengerti? Jika belakangan ini, kamu terlalu banyak membicarakan orang lain, belakangan ini hal-hal yang kamu lakukan dan gerak-gerik kamu terlalu tidak senonoh, atau yang dipikirkan otakmu terlalu kotor, terlalu banyak pemikiran liar, maka kamu harus bisa menghilangkan hal-hal ini. Bagaimana cara menghilangkannya? Yakni dengan “Menjaga pikiran, menjaga gerak-gerik, menjaga mulut”, yang berarti “menjaga pemikiran, menjaga perilaku, dan menjaga ucapan”. Tentukan satu batasan waktu bagi diri sendiri, satu hari ini saya tidak bicara, coba lihat apakah saya akan merasa sedih atau tidak? Hari ini saya tidak melakukan gerak-gerik apapun, coba lihat apakah saya akan merasa sulit atau tidak? Hari ini saya tidak memiliki pemikiran apapun, atau pemikiran liar lain, coba menahan diri, coba lihat apakah bisa bertahan? Membina pikiran memerlukan paksaan, harus bisa mengendalikan diri, kalau tidak bagaimana bisa membina pikiran dengan baik? Harus bertahan. Menahan diri, menguatkan hati untuk terus bertahan melewati godaan. Memangnya apa yang ditakutkan? Memangnya ada hal apa yang tidak bisa dilewati? Jika dipikirkan, kita telah melewati banyak hal dalam seumur hidup ini, ada hal apa lagi yang tak terlewati? Seringkali Master menyemangati beberapa murid, memberitahu dia, saat kamu yang paling menderita bukanlah sekarang, karena sekarang kamu sudah tidak menderita. Saat yang paling sulit sudah berhasil kamu lalui. Tahukah pada saat itu menderita sampai seperti apa? Menderita sampai lebih menderita daripada makan Coptis chinensis, menderita sampai tidak ada yang lebih menderita lagi, menderita sampai merasa sudah bukan diri saya sendiri lagi, ini baru namanya penderitaan yang sesungguhnya. Penderitaan dirimu sekarang ini tidak ada apa-apanya, sudah berlalu biarkan berlalu. Benar tidak? Maka kalian harus memahami pentingnya menjaga perilaku, ucapan, dan pemikiran, selain itu harus bisa menghentikan pemikiran. Mengerti?
Selanjutnya, Master akan melanjutkan pembahasan, demi masalah murid saya – Tuan Zhou itu, Master merasa sangat sedih. Karena sudah terlihat oleh Master, jika hari ini tidak bisa menyelamatkan nyawanya, maka mungkin Master akan kehilangan dia. Maka Master menuliskan beberapa renungan ini, menggunakan kesadaran spiritual Bodhisattva untuk menuliskan beberapa pandangan terhadap hal-hal di dunia ini, semoga kalian para murid mendengarkannya baik-baik: “Siapa kita? Siapa saya? Dari mana kita berasal? Dari mana saya berasal? Ke mana pula kita akan pergi? Ke mana saya akan pergi? Kita tidak tahu kemana akan pergi? Kehidupan ini tidak kekal, yang ada hari ini, bisa hilang di hari esok, ini adalah ketidakkekalan kehidupan.” Manusia sedang mencari, karena ketidakkekalan manusia, membuat manusia terus mencari kepolosan dan kesederhanaan yang paling awal. Karena kita tidak bisa memperpanjang apapun, segala hal tidak bisa kita kendalikan sendiri. Hari ini bisa memiliki satu pernikahan yang baik, namun beberapa hari kemudian sudah tidak ada lagi. Hari ini kita memiliki suatu kehidupan yang penuh semangat dan gairah bagaikan anak kecil, akan tetapi dalam sekejap itu bisa saja hilang, kemarin ada seorang anak yang berusia 14 tahun pergi meninggalkan kita. Kita semua hidup di tengah ketidakkekalan ini, kita terus mencari suatu cara yang bisa membuat kita bisa hidup di dunia ini, yang bisa membuat kita memiliki kesederhanaan yang paling semula dan kesadaran spiritual yang paling awal, serta mencari sesuatu yang bisa selamanya terus ada di dunia ini, akan tetapi kita tidak menemukannya. Karena kita tidak bisa kembali ke kesadaran yang paling awal, kita tidak bisa kembali ke kesadaran yang paling semula. Dengan kata lain, karena kita yang semula adalah roh awal Buddha dan Bodhisattva, kita sudah tidak bisa menemukan pemikiran dan kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva untuk mengobati jiwa pikiran kita di dunia ini. Apakah kalian mengerti? Kita harus bisa berganti sudut pandang dalam melihat kehidupan ini. Hari ini kita hidup di sudut pandang yang ini, jika berganti sudut pandang, kita sedang membahagiakan diri sendiri dan menguras diri sendiri di tengah alam ini. Membahagiakan diri sendiri dan menguras diri sendiri, yakni kita sendiri sedang mencari kebahagiaan bagi diri sendiri, dan menguras hidup diri sendiri. Setiap hari kita sedang mencari kebahagiaan bagi diri sendiri, bagaimana cara membuat diri sendiri menjadi lebih senang, dengan makan makanan yang lebih enak, mengenakan pakaian yang lebih bagus, menggunakan hal-hal yang lebih bagus, kemudian perlahan-lahan menghabiskan hidup diri sendiri, ini yang dinamakan membahagiaan diri sendiri dan menguras diri sendiri.
Kalian tidak menyangka kalau Master bisa berkeluh-kesah seperti ini, demi seorang Tuan Zhou. Saat saya menulis materi ini, saya benar-benar merasa sedih, karena kehidupan kita hanyalah hidup yang begitu singkatnya, lalu hilang begitu saja, maka kita harus bisa tersadarkan secara total. Tersadarkan secara total berarti memahami sepenuhnya, terbuka kesadarannya secara total. Kita harus memahami bahwa, kita harus bisa melihat kebenaran dari kerangka karakter-karakter manusia yang tidak normal. Kita sekarang tidak memiliki karakter, jika yang kita lakukan adalah hal-hal yang kotor itu, maka tidak akan memiliki karakter apapun, sedangkan semua ini adalah kerangka karakter-karakter manusia yang tidak normal. Dengan kata lain, yang kita miliki di dunia ini, benda-benda yang kita lihat di dunia ini semuanya adalah karakter-karakter manusia yang tidak normal, bukanlah karakter manusia semula yang sesungguhnya. Coba pikirkan, saat para pencuri mencuri dan tertangkap, saat ditanya: “Mengapa kamu mencuri?” “Karena kami tidak memilikinya di rumah.” Para wanita itu saat menjadi wanita penghibur, ketika ditanya: “Mengapa kamu menjadi wanita penghibur?” Dia menjawab: “Karena saya tidak punya uang.” Ketika seseorang sedang memfitnah orang lain, menjelek-jelekkan orang lain, coba kamu tanya: “Mengapa kamu begitu?” Dia menjawab: “Karena saya juga pernah ditipu, difitnah, dijelek-jelekkan oleh orang lain, makanya saya mau begini.” Semua ini adalah karakter abnormal orang-orang di dunia ini. Oleh karena itu, kita harus bisa tetap tenang dan bahagia dalam kekurangan. Semoga kalian bisa tetap selamat sejahtera, keselamatan adalah berkah! Kita harus bisa puas terhadap keadaan sekarang. Walaupun sedikit susah juga tidak apa-apa, yang penting kita bisa hidup dengan senang. Tenang dan berbahagia dalam kekurangan, adalah kita harus selamat sejahtera, kita harus puas terhadap keadaan sekarang, kita harus senang bahwa kita memiliki jalan ini, jalan Buddha Dharma, yakni jalan dalam menekuni Buddha Dharma ini. Mengerti? Manusia awam selalu mengejar kejayaan dan keberuntungan yang berada di permukaan, karena setiap orang menginginkan ketenaran dan kekayaan yang kelihatannya sangat membanggakan di luar, selain itu suatu keberuntungan, dengan kata lain, orang-orang sering menginginkan keberuntungan yang kelihatan di permukaan. Misalnya di rumahmu memiliki sebuah TV LCD berlayar lebar, maka rumah saya harus memiliki yang lebih besar daripada yang di rumahmu; kamu tinggal di rumah kecil, sedangkan saya tinggal di rumah besar. Ini adalah kekayaan dan ketenaran yang ada di permukaan. Karena cara berpikir setiap orang sudah menyimpang – tidak normal, makanya mereka semua mengejar hal-hal seperti ini.
Master ingin kalian sering membahas tentang kenyataan dari kehidupan ini. Sering mempertanyakan kebenaran dari kehidupan diri sendiri, coba pikirkan, apakah kebenaran dari kehidupan kita? Kita datang dan hidup untuk apa? Lalu ke mana kita akan pergi? Kebenaran dari hidup kita adalah mempergunakan tanah kebahagiaan di dunia ini sebagai dasar supaya kita bisa terbebas dari tumimbal lahir enam alam di masa depan nanti, supaya tidak lagi datang untuk menderita. Hidup di dunia ini kita pasti akan menderita, pasti memiliki kerisauan, karena ini adalah ciri khas hidup di Alam Manusia. Hanya dengan menekuni Dharma, membina pikiran dan moralitas dengan tekun di Alam Manusia ini, kita baru bisa membina diri sampai ke Alam Surga, membina diri sampai ke Alam Sukhavati. Hanya dengan berada di Alam Manusia, baru bisa mengadili kamu sampai ke Akhirat atau Neraka. Oleh karena itu, ini adalah sebuah stasiun transit, janganlah memandang stasiun transit ini sebagai tanah kebahagiaan duniawi, melainkan pandanglah dunia ini sebagai tanah kebahagiaan Buddha. Karena dengan adanya Buddha, kita baru bisa bersuka cita di tanah ini, kita baru bisa berbahagia, maka dinamakan tanah kebahagiaan Buddha. Kita harus ingat, harus membalikkan pemikiran diri kita sendiri yang sudah mengakar. Apakah pemikiran kita yang sudah mengakar? Yakni betapa besarnya kebodohan yang kita miliki, dulu kita sudah belajar banyak hal-hal yang bodoh sekali. Karena yang kita pelajari adalah hal-hal duniawi, maka membuat kita menjadi sangat bodoh. Sedangkan kebodohan ini sudah mengakar di dalam pikiran kita, makanya ia bisa menghalangimu dalam menekuni Dharma.