32. Menjalani Pembinaan Keras Sampai Mencapai Anutpattika Dharma Ksanti (Bagian 2) 苦修行到无生法忍(二)

32. Menjalani Pembinaan Keras Sampai Mencapai Anutpattika Dharma Ksanti (Bagian 2)

Kekurangan banyak orang adalah “Saya tidak bisa bersabar, saya sudah tidak sanggup lagi”. Kata “saya / AKU” ini sangat berbahaya, maka harus bisa melupakan “aku”, melupakan diri sendiri adalah peningkatan kesadaran spiritual diri sendiri. Karena jika tidak ada “diriku”, maka kamu tidak akan merasa kesal, kamu tidak akan marah-marah, kamu tidak akan memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Dari dulu sampai sekarang, banyak sekali orang yang meninggal karena “gengsi”nya sendiri, karena ada “AKU”. Master meminta kalian untuk menekuni Dharma supaya kalian bisa belajar melepas, jangan mementingkan gengsi, harus belajar bersabar, harus belajar melepaskan, belajar sampai akhirnya bisa memiliki anutpattika dharma ksanti (ketiadaan kesabaran dharma), sudah tidak melekat dalam pikiran. Karena masih ada diriku sendiri, maka kita baru bisa merasa sangat menderita. Ada 2 hal yang paling sulit untuk ditahan: yang pertama adalah kesabaran antara suami istri. Karena terdapat hubungan buruk di antara 2 orang yang menjadi suami istri, sedangkan jalinan hubungan buruk ini merupakan akumulasi dari berkali-kali kehidupan sebelumnya, maka saat suami istri bertengkar, rasanya benar-benar mengesalkan. Karena dia adalah orang yang paling kamu cintai, adalah orang yang paling membuatmu marah, saat dia memarahimu, maka kamu benar-benar tidak bisa menerimanya, “Saya begitu baiknya padamu, namun kamu masih begini terhadap saya”, sedangkan amarah ini adalah yang paling sulit ditahan. Apabila bisa bersabar menahan kemarahan di antara suami istri, itu benar-benar tidak mudah. Terkadang saat pria memarahi istrinya, namun sang istri masih mengira diri sendiri yang benar, maka dia benci, lalu terus-menerus membalas perkataan suaminya, selain itu temperamennya besar sekali, sesungguhnya saat ini karena ada arwah asing di tubuhnya. Terutama saat memasak, itu bagaikan api ditambah api. Karena dapur termasuk unsur api, sedangkan kemarahannya sudah merupakan api, kemudian api ditambah api, maka akibatnya tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu, kesabaran di antara suami istri merupakan suatu kesabaran yang tersulit di antara kesabaran lainnya. Yang satunya lagi adalah kesabaran di tempat kerja, sesungguhnya kesabaran ini adalah kesabaran dalam hubungan dengan orang lain, kesabaran ini juga sangat sulit, ini merupakan perubahan keadaan yang menyebabkan perubahan di hatimu. Oleh karena itu, di rumah, sulit menjaga keharmonisan hubungan suami istri, sedangkan di tempat kerja atau di tempat umum, lebih sulit lagi berhubungan dengan orang lain. Sesungguhnya, semua keadaan-keadaan luar ini merupakan suatu buah karma yang terlahir dari dosa karma burukmu selama berkali-kali kehidupan. Yang Master katakan kepada kalian adalah filsafat kehidupan, adalah ajaran Buddha Dharma dalam kehidupan. Dengan memahami kesabaran yang tersulit, maka kita harus belajar mengendalikannya. Mengendalikannya sampai pada akhirnya sudah tidak ada lagi, sampai amarah pun tidak terlahir lagi, maka masalah apapun sudah tidak ada lagi. Kalau tidak, dalam hati akan terus merasa tidak tenang, melahirkan banyak kerisauan. Dengan tidak memiliki keakuan, kamu baru bisa mencapai anutpattika dharma ksanti.

Tingkat kesadaran spiritual ketidakakuan adalah mencapai ketidakakuan. Dengan kata lain, kamu sudah tidak memiliki “diriku sendiri”. Saat sudah mencapai tingkat kesadaran spiritual ini, maka kamu sudah benar-benar tidak memiliki diri sendiri; sudah tidak ada diri sendiri, maka kamu tidak akan marah, mampu berpikiran terbuka. Karena “Saya sama sekali tidak hebat”, sudah berpikiran terbuka, “Kalau kalian membicarakan saya, bicarakan saja; kalian tidak mengizinkan saya melakukannya, maka saya tidak akan melakukannya; Kalian ingin mencelakakan saya, walau saya tahu, namun saya tidak mem-permasalahkannya”. Jika masih memiliki nafsu keinginan atau permintaan terhadap orang lain, maka yang selanjutnya akan mendatangimu adalah perasaan sedih, yang akan menyakiti dirimu sendiri. Jangan mengandalkan orang lain, terhadap orang lain jangan memiliki harapan yang terlalu tinggi, maka kamu tidak akan menerima terlalu banyak kekecewaan. Misalnya, memiliki harapan yang besar terhadap suami, “Suami saya, maka dia seharusnya begini dan begitu”, kalau begitu kamu pasti akan kecewa. Apa yang disebut dengan “seharusnya”? “Anak saya adalah anak yang saya lahirkan dalam kandungan 10 bulan, maka dia harus bagaimana terhadap saya”, namun jika dia tidak berbakti, memangnya apa yang bisa kamu lakukan? Pada akhirnya kamu pun tidak bisa apa-apa. Memangnya bagaimana jika kamu sakit? Bagaimana jika kamu meninggal? Tidak ada bagaimana. Ada kamu tidak menjadi banyak, tidak ada dirimu pun tidak berkurang sedikit. Jika dirimu tidak memiliki permintaan apapun terhadap dirinya, maka kamu akan hidup dengan bahagia. Oleh sebab itu, jangan memiliki harapan yang terlalu tinggi terhadap orang lain.

Menggunakan segenap jiwa saat berkomunikasi dengan orang lain, baru merupakan komunikasi yang sesungguhnya, jika menggunakan bahasa saat berkomunikasi dengan orang lain, itu hanyalah komunikasi melalui kata-kata. Tahukah kalian, mengapa banyak orang yang bunuh diri? Mengapa merasa marah sekali saat dimarahi orang lain? Karena dia memiliki “AKU”, masih memiliki harga diri. Master beri tahu kalian, siapapun yang memiliki “harga diri” pasti akan memiliki perasaan “rendah diri”. Dari manakah harga diri berasal? Karena dia sendiri merasa sangat rendah diri atau minder, “Saya tidak sebanding dengan orang lain”. Oleh karena itu, semakin tinggi harga diri seseorang, maka semakin kuat perasaan mindernya; sedangkan seseorang yang semakin minder, juga memiliki harga diri yang semakin tinggi. Jika sudah tersadarkan sampai mencapai ketidakakuan, dengan kata lain sudah benar-benar tersadarkan sampai tidak memiliki keakuan, maka di dunia ini sudah tidak ada “AKU” lagi, lalu apalagi yang tidak bisa ditahan? Bahkan diriku sendiri pun sudah tidak ada lagi, maka butuh kesabaran apalagi? Bahkan kesabaran pun tidak diperlukan lagi, karena sudah tidak mementingkan apapun lagi. Ada satu perkataan, yaitu ketidakberadaan, tidak melekat pada pikiran, dengan kata lain, pikiran saya sudah tidak ditempatkan di mana pun, saya tidak memiliki pikiran yang membenci orang lain, saya tidak memiliki pikiran yang bodoh, saya tidak memiliki pikiran dengan nafsu keinginan, saya sudah tidak memiliki pikiran apapun. Kekurangan manusia adalah suka memandang diri sendiri terlalu tinggi. Ketidakberadaan adalah tiada perolehan, berarti sudah tidak ada lagi yang didapatkan dan tidak didapatkan. Tiada perolehan adalah “tiada derita, tiada penyebab derita, tiada kelenyapan, dan tiada jalan pembinaan; tiada kebijaksanaan, juga tiada perolehan”. Pikiran tiada perolehan adalah suatu tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Pikiran tiada perolehan, dengan kata lain, pikiran saya tidak lagi dipengaruhi oleh seluruh keadaan luar, pikiran saya seperti tidak ada, semuanya tidak menjadi masalah bagi saya, saya tidak lagi memiliki nafsu keinginan, saya tidak memiliki ketamakan dan kebodohan. Jika sudah tidak ada lagi pikiran, apakah seseorang masih akan memiliki kebodohan dan ketamakan? Bila sudah tidak ada lagi pikiran, apakah masih akan membenci orang lain? Jika pikiran untuk membenci orang lain pun sudah tidak ada lagi, maka dirimu sudah bebas. Jika sudah tidak ada lagi pikiran ini, bukankah sudah tidak ada lagi hati nurani, mengerti?

Coba pikirkan, seumur hidupnya, setiap orang pernah pindah rumah berapa kali? Di Tiongkok, kalian pernah pindah rumah berapa kali? Setelah datang ke Australia, kalian pernah pindah rumah berapa kali? Kehidupan ini seperti “pindah rumah”, di manakah tempat kalian tinggal? Hari ini kalian tinggal di sini, mungkin beberapa hari kemudian kalian akan pindah, benar tidak? Hari ini kalian tinggal di Alam Manusia ini, lalu tidak lama kemudian meninggal, bukankah berarti kalian pindah ke tempat lain yang baru? Seperti layar televisi, sekarang yang ditonton adalah saluran 7, mungkin setelah meninggal, kita masuk saluran 10 atau saluran lain, jika pergi ke tempat yang buruk, mungkin masuk saluran 2, namun tetap di dalam layar kaca ini. Dengan kata lain, kita masih belum keluar dari tumimbal lahir enam alam, mengerti? Jika ingin keluar dari saluran-saluran televisi ini, betapa sulitnya. Coba pikirkan, seseorang seumur hidupnya pernah pindah rumah berapa kali? Ada banyak orang yang sudah menikah berapa kali? Ada banyak orang yang sudah melahirkan anak berapa kali? Yang sudah berlalu sudah tidak ada lagi, lalu untuk apa mengingat begitu banyak hal? Jika sudah pindah, berarti sudah berpindah, jangan melekat pada pikiran, jangan dipikirkan lagi, yang sudah berlalu biarkan saja. Bina pikiran baik-baik, hargai masa ini, hargai tahun ini, berusaha untuk lebih banyak menolong orang-orang. Hari ini masih bisa dilalui, maka jalani baik-baik. Sesungguhnya kata “guo” yang berarti berlalu, adalah pikiran bawah sadar kita, jika menggunakan perkataan duniawi adalah “terserah”, dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, “menyesuaikan jodoh”. Yakni mengikuti jodoh ini, lalu apalagi yang bisa kamu lakukan? Saya akan menceritakan satu kisah kepada kalian: ada satu orang tua dari desa yang pergi ke kota, dia belum pernah melihat lift. Dia melihat sebuah pintu di satu ruangan kecil terbuka, lalu seorang nenek tua masuk ke dalamnya, tidak lama kemudian, pintu ruangan kecil ini kembali terbuka, lalu keluarlah seorang gadis muda, lalu orang tua ini merasa sangat menyesal: “Jika tahu begini, seharusnya saya membawa pasangan saya di desa datang kemari dan masuk ke dalam ruangan kecil ini, setelah keluar, maka istri saya pun akan menjadi muda.” Karena dia tidak pernah melihat lift. Inilah ketidaktahuan manusia yang menciptakan penderitaan ini. Terhadap apaun, manusia memiliki ketidaktahuan, tidak memahami segalanya, maka dia baru bisa menderita, jika sudah memahaminya, maka tidak akan menderita lagi. Seperti dulu kita tidak tahu bahwa di udara terdapat bakteri, lalu akhirnya jatuh sakit. Setelah mengetahui kalau bakteri atau kuman bisa menular, kita baru bisa mencegahnya, baru tidak akan jatuh sakit. Mengapa sekarang begitu banyak orang yang setelah belajar Dharma kepada Master, lalu bisa berpikiran terbuka, dan sekarang tidak menderita lagi? Karena mereka sudah memahami prinsip kebenaran. Karena dulu mereka tidak mengerti, maka baru merasa menderita. “Mengapa dia menjahati saya? Mengapa saya begitu baik kepadanya, namun dia tetap jahat terhadap saya?” Karena tidak terpikir olehnya kalau di kehidupan sebelumnya, dia pernah mencelakakan orang lain, dia pernah membuat hidupnya sangat merana. Di dalam siaran kalian pernah mendengar arwah asing yang merasuki tubuh seseorang, dia tidak mau pergi, sering berbicara kepadanya, mengatakan kalau “Kamu di kehidupan sebelumnya mencelakakan saya, maka saya tidak akan pergi, saya akan membuatmu mati, saya akan begini dan begitu.” Ini sangat menderita, karena dulu tidak memahami hukum karma. Mengerti?

Terakhir, saya akan membahas tentang pembinaan diri. Semakin besar jasa yang dibina seseorang, maka iblis yang mengganggunya akan semakin besar, harus waspada! Mengapa semakin besar jasa seseorang, lalu gangguan iblisnya akan semakin besar. Karena seseorang yang memiliki moralitas semakin tinggi, akan menghadapi halangan iblis yang semakin banyak. Maka seseorang yang membina dirinya semakin baik, ujian iblisnya pun semakin banyak. Misalnya, jika dirimu adalah seorang pegawai penenun biasa, maka tidak akan ada orang yang mencemburui kamu; Namun jika dirimu menjadi pekerja teladan, maka semua orang akan mencemburui kamu. Benar tidak? Semakin tinggi jasanya, semakin besar iblisnya. Dulu tidak ada orang yang menjahati Master, juga tidak ada orang yang menjelekkan Master, namun sekarang karena semakin terkenal, mengundang kecemburuan orang banyak, sesungguhnya ini adalah ujian iblis. Banyak orang yang akan memarahimu, akan membicarakanmu. Jika dirimu tidak memiliki persiapan hati dalam menghadapi hal ini, lalu bagaimana mungkin kamu bisa membina pikiran dengan baik? Bagaimana bisa membimbing orang-orang menekuni Dharma dan membina pikiran?

Dalam menekuni Dharma, kita harus menggunakan kebijaksanaan baik-baik, miliki pikiran yang teguh tak berubah, baru bisa mengeluarkan cahaya Buddha. Saat iblismu semakin tinggi, maka semakin harus mempertahankan keyakinan pikiran, harus sungguh-sungguh mengikuti Master menekuni Pintu Dharma ini. Maka kamu tidak akan dikuasai oleh iblis, sebaliknya malah akan muncul cahaya Buddha yang bisa menangkal serangan iblis. Semakin tinggi moralitas seseorang, semakin besar iblisnya, maka harus hati-hati dalam mencegahnya. Memperteguh keyakinan, tekad pembinaan diri jangan berubah, baru bisa menunjukkan cahaya Buddha dirimu. Maka tidak peduli sebesar apapun kesulitan yang dihadapi, kita tidak boleh mundur, harus tetap bertahan, harus memperteguh keyakinan diri sendiri, harus bisa bersabar. Bersabar, terkadang disebut sebagai kesabaran yang teguh, dengan kata lain meneguhkan tekad sendiri untuk bersabar, saya harus bisa mencapai tujuan. Inilah mengapa banyak orang yang berbisnis akan menggunakan cara ini, yakni “menebalkan wajah” – arti: dengan tidak tahu malu terus mengikuti, walau kamu memarahi saya, namun saya tetap tidak pergi, demi bisa menjalin hubungan bisnis. Prinsipnya sama saja. Akan tetapi, kita para praktisi Buddhis memiliki kaidah yang lain. Yaitu, demi jasa kebajikan, demi membina pikiran, asalkan teguh bersabar baru bisa berhasil.

Melalui dengan bersabar. Bersabar sangat mudah, bertahan sebentar maka akan berlalu, tidak ada lagi. Misalnya suami di rumah memarahimu, lalu kamu sangat ingin bertengkar dengannya, namun kamu menahan diri supaya tidak bertengkar. Maka tidak lama kemudian, setelah dia selesai marah-marah, bukankah hal ini sudah berlalu. Ini namanya melalui dengan bersabar. Segala hal di dunia ini pasti akan berlalu, bahkan manusia pun bisa mati, lalu apalagi masalah yang tidak bisa dilalui?

Bibit sebab yang ditanam sendiri, buah karmanya akan diterima sendiri. Sekian pembahasan kita hari ini.