30. Mengenal Zen, Meluruskan Kesadaran 认识禅学,摆正意识

30. Mengenal Zen, Meluruskan Kesadaran

Hari ini Master akan memperkenalkan “Zen” dalam ajaran Buddha Dharma secara sederhana. Karena di antara murid-murid Master, ada orang yang dulunya pernah bermeditasi atau menjalani meditasi Zen, maka hari ini Master ingin kalian bisa mengenal pengetahuan mengenai beberapa cara pembinaan diri dalam ajaran Buddha Dharma.

Karena kita manusia lahir di bumi, kaki kita berpijak pada bumi, menjadikan bumi sebagai yang utama, sedangkan bermeditasi adalah saat baru mulai menjalani pembinaan diri di tanah ini. “Bumi yang besar”, berarti kamu manusia berada di atas bumi yang luas ini. Saat melatih diri, “air” merujuk pada pembuluh nadi dan peredaran darah pada dirimu. Seseorang yang ingin membina pikirannya, berdiri di bumi ini, maka pertama-tama, dia harus memperhatikan pembuluh darahnya. Inilah yang disebut dengan “Tanah yang luas kembali lagi pada air yang besar”. Maksud dari “air besar” di sini adalah kita harus bisa menenangkannya, menenangkan darah kita, membuatnya menjadi tenang, lambat, encer, panjang, dan beredar. Coba kalian lihat bukankah air memiliki ciri-ciri seperti ini? Darah beredar dengan tenang, air juga mengalir dengan tenang. Air di lautan bergerak dengan sangat lambat, jika keluarkan ia sangat encer dan kecil, tidak terlihat celahnya. Apakah air itu panjang? Air bisa mengalir sampai panjang dan jauh. Bukankah siklus peredaran air juga berputar kembali? Inilah yang dimaksud dengan “air besar”.

“Api besar”, jika diartikan berdasarkan pemahaman duniawi, apakah yang dimaksud dengan “api besar”? Temperamen besar. Api merujuk pada suhu, yakni temperatur suhu tubuh kita. Api besar, sesungguhnya adalah api yang besar. Saat seseorang melatih dirinya dalam meditasi Zen, dia harus bisa menurunkan suhu tubuhnya sendiri, mendinginkannya. Ini adalah tahap pelatihan yang paling dasar. Saat seseorang sedang bermeditasi, coba kamu pikirkan, jika hatinya tidak bisa tenang, emosinya sangat besar, lalu menurutmu, apakah meditasi yang dilakukannya berguna? Apakah dia bisa menenangkan dirinya? Hari ini Master hanya memberikan sedikit pengenalan tentang hal ini kepada kalian, bukan meminta kalian untuk mempelajarinya. Bermeditasi sangat berbahaya, karena jika terjadi sedikit saja penyimpangan saat bermeditasi, akan mudah menimbulkan masalah. Energi panas tubuh kita tidak boleh dibiarkan keluar, harus bisa menjaganya tetap di dalam organ tubuhmu. Dengan kata lain, ini seperti kamu berada di musim dingin, di luar hujan salju dan dingin sekali, akan tetapi kamu membungkus tubuhmu dengan hangat, maka di dalam, kamu tetap akan merasa hangat, membuat peredaran darahmu tetap bagus, dan tangan dan kakimu tidak akan beku kedinginan. Menjaga kehangatan di dalam, sedangkan di luar sangat tenang. Sesungguhnya, tidak mengeluarkan kehangatan suhu ini, sama dengan mengendalikan “api” diri sendiri, termasuk api nafsu keinginan. Pada kenyataannya, ini adalah suhu terendah yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan hidupnya. Banyak orang akan berpikir, Master ini sangat hebat, tahu tentang segala hal. Master beri tahu kalian, berlatih Zen bisa terus menjaga satu temperatur tetap. Saat temperatur tubuhmu berada pada titik yang paling cocok dengan dirimu, dengan kata lain, kamu bisa mempertahankan satu suhu temperatur normal makhluk hidup, yang bukankah adalah 37 derajat? Kamu jangan marah – “mengeluarkan api”, karena saat marah, mungkin saja suhunya akan menjadi 39 derajat. Jika temperaturnya terlalu rendah, berarti energi “yang” kamu lemah, berarti kamu ini tidak bisa mempertahankan hidup. Sebenarnya, seseorang harus bisa mempertahankan satu suhu temperatur yang paling dasar, dengan begitu, kamu baru bisa merasa nyaman, baru bisa memasuki titik keseimbangan hidup, baru bisa menarik dan melepas pikiranmu dengan leluasa.

Kamu harus bisa mempertahankan kebebasan dan kelancaran peredaran pembuluh darah, ini tidak mudah. Tidak boleh memiliki banyak pemikiran liar. Karena begitu muncul banyak pemikiran liar pada otak seseorang, maka itu akan seperti ada seekor “kera” yang tidak henti-hentinya bergerak melompat-lompat dalam hatimu, dinamakan “hati yang seperti kera dan pemikiran yang seperti kuda” – menggambarkan seseorang yang tidak bisa berkonsentrasi karena pikirannya kacau. Seperti, baru saja mulai meditasi, namun kamu masih berpikir, “Saya sudah mematikan lampu belum? Nasi masih di kuali, apakah malam ini pulang akan bermasalah …” Pikiranmu sedang “lari-lari”, otakmu pun sedang “lari-lari”, lalu bagaimana bisa bermeditasi? Oleh karena itu, harus bisa menjaga suhu tubuh diri sendiri, baru bisa melatih diri. Ingatlah, “Air besar dikendalikan oleh api besar, sedangkan api besar dikendalikan oleh angin besar.” “Angin” adalah napas mendalam pada diri seseorang. Bernapas harus sama seperti orang biasa, namun kamu harus menarik napas dalam – panjang, menghirup udara dari hidung, dan menghembuskannya dari mulut. Menghirup udara dari hidung bisa mengembangkan rongga dadamu, membuka rongga paru-paru kamu, membuka tenggorokanmu, lalu kamu bisa bernapas dengan lebih dalam. Contoh, sebuah taman yang dipenuhi dengan semerbak harumnya bunga, lalu kamu berlari ke sana, bagaimana kamu menciumnya? Dengan menghirup napas dalam-dalam, wah, wangi sekali, beginilah mulainya bernapas panjang. Bernapas dalam – menghirup udara dari hidung, lalu menghembuskannya dari mulut. Akan tetapi tidak boleh terlalu cepat menghembuskannya, harus kurang lebih sama dengan kecepatan saat menghirup udara, kalau tidak akan terjadi kebocoran hawa. Ini adalah cara menjaga kesehatan, dalam kitab {Huang Di Nei Jing} dari Tiongkok juga membahas hal-hal ini. Sesungguhnya ini adalah materi yang ada dalam ajaran Buddha Dharma. Dalam Zen, hal-hal ini sudah ada dari semenjak dulu. Membina pikiran adalah membina tubuh dan pikiran (hati). Jika pikiranmu sudah dibina dengan baik, maka tubuhmu pasti sehat; Namun jika pikiranmu tidak tenang, mentalitas atau kondisi kejiwaanmu tidak baik, maka tubuhmu pasti tidak sehat.

Apa yang dimaksud dengan mentalitas yang tidak baik? Saat melihat orang lain punya uang, kamu merasa sedih; Saat melihat keadaan orang lain baik, kamu merasa lebih sedih daripada dia. Saat bernapas, harus lemah lembut, tidak terasa. Yakni tidak merasakan kalau dirimu sedang bernapas. Apakah kalian sekarang bisa merasakan kalau diri kalian sedang bernapas? Setiap orang bisa merasakannya. Sekarang begitu Master mengatakannya, kamu segera merasa kesulitan bernapas. Contoh, apakah kalian pernah melakukan pemeriksaan kesehatan? Saat melakukan B-scan ultrasonografi, atau CT scan, dokter akan meminta kalian untuk tarik napas – tahan napas – lalu hembuskan napas. Saat dokter menyuruh kalian melakukannya, kamu merasa biasanya bernapas baik-baik saja, namun mengapa saat dokter meminta kamu menahan napas, kamu malah merasa seperti kesulitan bernapas? Ini berarti biasanya “kualitas batin” kamu kurang, tandanya tidak pernah berlatih hal-hal ini. Sesungguhnya, Master membahas beberapa ilmu pengetahuan Zen yang diperlukan dalam kehidupan ini, memiliki dampak baik terhadap keseluruhan pembinaan diri kalian, juga memiliki dampak positif bagi pelafalan paritta kalian. Jangan merasa kalau diri sendiri sedang bernapas, sebenarnya itu adalah sedang bernapas. Kecil, pelan, dan panjang. Saat kamu bernapas, harus kecil, pelan, dan panjang, ini semua sangat sulit.

“Api besar dikendalikan oleh angin besar, sedangkan angin besar dikendalikan oleh kekosongan besar”. Apakah yang dimaksud dengan “kekosongan besar”? Di dalam tubuh manusia, “kekosongan besar” sebenarnya merujuk pada pemikiran kita – pemikiran adalah kosong. Misalnya, kamu gagal melakukan satu hal, lalu kamu mengatakan berangan-angan, khayalan kosong. Khayalan kosong adalah “kekosongan besar”. Kalau begitu, saat bernapas adalah menyatu dengan pemikiran, memasuki suatu keadaan palsu yang kosong. Saat kamu sedang bernapas, otakmu sudah memasuki suatu keadaan kosong, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan dalam otak, ini adalah hal khusus yang perlu dilakukan untuk membantu kalian saat melafalkan paritta dan membina diri. Saat seseorang meninggal dan tidur, juga kurang lebih sama dengan proses-proses ini. Oleh karena itu, saat seseorang sedang tidur, maka sesungguhnya dia sama seperti sedang mati. Ini yang sering Master katakan pada kalian, saat manusia meninggal, dia sama seperti sedang tidur. Jika pada suatu hari nanti, napas tak tertarik lagi, maka maaf saja, berarti orang ini sudah meninggal.

Kita boleh menjadikan beberapa hal-hal yang baik dari Pintu Dharma lain sebagai referensi. Mencapai konsentrasi ketenangan Zen sangat mirip dengan berada dalam keadaan tidur dan kematian, juga sangat dekat. Seseorang yang melatih dirinya dalam Zen dengan baik, bisa seperti hewan yang menjalani hibernasi, bisa tertidur, sama seperti tidur. Terkadang, saat seseorang mampu melatih dirinya bermeditasi Zen dengan baik, seperti seorang biksu tua, kamu bisa coba pergi ke hadapannya, lalu ulurkan tanganmu ke bawah hidungnya, kamu pun tidak akan tahu kalau dia sedang bernapas. Ini yang disebut dengan napas yang kecil, pelan, dan panjang. Sesungguhnya, dia sedang bernapas, akan tetapi saat kamu menyentuhnya, dia sepertinya sudah tidak bernapas. Ini sama seperti tertidur atau tidur, mereka memiliki definisi yang sama dengan melatih meditasi Zen. Ketenangan Zen adalah fase tenang tanpa gerakan, bagai hibernasi di musim dingin, ia adalah suatu kelebihan khusus yang dimiliki tubuh seseorang untuk bernapas normal. Yakni suatu keadaan di mana tubuh seseorang sudah tidak lagi dikendalikan oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri, dia sudah bisa menggunakannya dengan leluasa. Contoh, saya pun bisa bernapas normal, namun mengapa saya tidak bisa menggunakannya dengan leluasa? Sekarang coba kamu lari sejauh 100 meter, selesai lari lalu apakah kamu bisa mengendalikan napasmu sendiri? Jika kalian diminta untuk segera bisa menggunakannya dengan leluasa, minta kalian untuk segera rileks, apakah kamu bisa? Jika tidak bisa, berarti masih belum bisa mengendalikan diri. Mampu mengendalikan diri sendiri sangatlah penting.

Mengapa Master mengajarkan kalian tentang Zen? Sekarang, saat kalian mengikuti Master melafalkan paritta dan menekuni Dharma, maka kamu bisa menjadikan cara-cara dalam meditasi Zen sebagai bahan acuan dalam melafalkan paritta. Karena pemikiran seseorang tercerai-berai, terlalu banyak pemikiran liar, oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara dalam meditasi Zen untuk membantu kita dalam melafalkan paritta, menggunakan cara berpikir Zen untuk mengontrol pemikiran liar diri sendiri. Pertama, saat melafalkan paritta harus bernapas dalam-dalam, lalu harus bisa menghirup dan menghembuskan napas dengan benar, maka tidak akan ada kesalahan. Menghirup dan menghembuskan napas, sama seperti yin dan yang, menghembuskan napas bersifat positif, menghirup napas bersifat negatif. Saat melafalkan paritta, yin dan yang harus berselang-seling. Seperti saat berbicara, harus bisa menyentuh perasaan orang, harus memiliki ritme yang bervariasi dan selaras, bernada ringan saat harus ringan, bernada keras saat harus keras, harus memiliki daya tarik. Yang kedua, adalah gerakan atau sikap. Jika duduk, jangan bersila satu kaki (satu telapak kaki menghadap ke atas) atau bersila dua kaki (bersila bentuk lotus – 2 telapak kaki menghadap ke atas), asalkan duduk seperti Arahat, yang seperti duduk bermeditasi, akan tetapi tidak perlu menumpukan betis, carilah satu posisi yang paling cocok dan nyaman bagi diri sendiri. Pinggang sebaiknya tegak lurus, tubuh kita membentuk posisi busur, dengan begitu medan aura kita baru bisa mengalir lancar. Cukup rileks secara alami, bernapas secara alami. Masih ada satu hal yang harus diingat, yakni saat melafalkan paritta, kita tidak boleh marah. Marah berarti “api besar”, saat api amarah kita besar lalu melafalkan paritta maka bisa membakar hutan jasa kebajikan kita. 

Selanjutnya, Master akan membahas tentang, “ketiadaan rupa Aku, ketiadaan rupa orang lain, ketiadaan rupa semua makhluk, ketiadaaan rupa umur”. Sesungguhnya ini semua merupakan materi yang terkandung dalam paritta Bodhisattva. Sekarang membabarkan ajaran Buddha Dharma, berarti membahas materi pembelajaran Bodhisattva. “Empat ketiadaan rupa”, adalah “menghancurkan halangan dan mencapai pemahaman pikiran”, yakni menghilangkan ketersesatan di dalam pikiranmu. “Ketiadaan rupa Aku”, berarti tiada Aku – diri sendiri. Saya sudah melihat kebenaran dari segala hal di dunia ini, yang ada dalam pikiran saya hanya bagaimana menolong orang lain, tidak ada diri sendiri. “Ketiadaan rupa orang lain”, berarti tidak ada orang lain. Semua yang ada di dunia ini adalah kosong, yang saya lihat tidak ada orang, karena semuanya adalah Bodhisattva, dengan begitu kesadaran spiritualmu meningkat – karena tidak lagi memiliki rupa Aku dan rupa orang lain. “Ketiadaan rupa semua makluk”, yakni meminta kamu jangan memiliki perbandingan. Jika yang kamu lihat adalah makhluk – orang ini, orang itu, maka sesungguhnya masih ada perbandingan di hatimu, jika ada perbandingan maka akan ada pikiran diskriminatif. “Ketiadaan rupa semua makhluk”, bertujuan untuk membuat kamu memiliki pikiran yang setara. Apakah yang dimaksud dengan “menghancurkan halangan”? “Menghancurkan halangan” berarti terbuka kesadarannya, menghilangkan kabut ketersesatan dan rintangan yang menyesatkan. “Rintangan yang menyesatkan” adalah masalah yang sangat sulit, bisa membuat kamu bingung dan tersesat. “Menjalani ajaran”, di sini “ajaran” adalah prinsip kebenaran dalam ajaran Buddha Dharma, “menjalani ajaran”, adalah jalan dan “jian dao – pembuktian” yang sedang kita jalankan. “Jian dao – pembuktian”adalah saya telah membuktikan jalan pembinaan ini. Memberikan kesaksian mengenai Dharma merupakan berdana dalam Dharma, jasa kebajikannya tiada tara. “Membina ajaran dan membuktikan jalan pembinaan”, selanjutnya membina diri, lalu menyadari ajaran ini, ini berarti membuktikan kebenaran sifat dasar Buddha dan Bodhisattva. Maka, membina pikiran sangat tidak mudah!  

Terakhir, saya akan membahas tentang, kesadaran spiritual dalam menekuni Dharma dipenuhi dengan sukacita. Seperti kita sekarang begitu melafalkan {Da Bei Zhou}, begitu melafalkan {Xin Jing}, maka sesungguhnya berarti kita sedang terhubung dengan medan aura Bodhisattva, kita akan merasa senang, dipenuhi dengan sukacita dalam Dharma. Baik jatuh sakit maupun tertimpa bencana, maka sesungguhnya itu semua adalah jodoh pendukung kamu. Karena dengan adanya hal-hal ini, kamu baru bisa melihat kebenaran di baliknya; Setelah mampu melihat kebenarannya, maka kesadaranmu akan naik satu tingkat. Karena dia bagaikan sebuah tangga, jika tidak ada “tangga” ini, maka jalanmu hanya mendatar; dengan adanya “tangga” ini, begitu kamu melampauinya, bukankah berarti kamu telah naik satu tingkat? Buah karma buruk seseorang pada akhirnya harus dilampaui. Jika kamu tidak bisa melampauinya, mana mungkin bisa hidup damai seumur hidup? Begitu buah karma buruk datang, lalu bersikap murung dan risau, maka orang pasti akan jatuh sakit. Saat kamu tahu kalau penyakit ini datang, lalu kamu berpikir: “Buah karma buruk saya sudah tiba, maka saya harus bisa melampauinya, bertahan dan bersabar menjalani penderitaan dan kesusahan ini baru bisa menguraikan jalinan hubungan buruk ini.” Ada pahit baru bisa ada manis. Jika tidak menghilangkan buah karma buruk, dari mana akan ada “manis”? Demikianlah manusia menghadapi satu demi satu halangan dari jalinan hubungan buruk. Coba lihat saja, seumur hidupmu ini sudah melakukan berapa banyak kejahatan! Kejahatan yang kamu lakukan sekarang serta pemikiran burukmu, tunggu sampai kamu terlahir kembali sebagai manusia di kehidupan selanjutnya, juga akan dibalaskan menjadi satu demi satu halangan bagimu.

Kita adalah makhluk hidup, dan makhluk hidup pasti akan ternodai. Asalkan adalah manusia, maka kamu jangan mengatakan kalau kamu sangat bersih; Asalkan kamu adalah manusia, maka kamu pasti akan ternodai. Di Alam Manusia, siapapun pasti akan ternodai. Asalkan adalah manusia, maka pemikiranmu pasti tidak akan bersih, kamu akan memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan, kamu akan memiliki berbagai macam pemikiran liar. Di dunia ini, orang suci yang sudah tersadarkan berarti sudah membina dirinya sampai bisa tidak lagi memiliki kerisauan, sampai tidak mengetahui kerisauan, tidak lagi merasakan, memikirkan, melakukan, dan memiliki kesadaran, yakni tidak lagi merasa sangat bahagia, juga tidak lagi merasa sangat menderita. Sewaktu orang lain memarahi saya, saya tidak merasakan apapun; Orang lain memuji saya, namun saya juga tidak merasakan apapun. Hari ini Master mengkritik kalian, lalu kalian merasa tidak senang, berarti kalian masih “merasakan”, berarti kalian bukanlah orang suci. Tiada “pemikiran”, berarti otak kamu tidak lagi berpikir. Muncul masalah? Tidak apa-apa, tidak dipikirkan. Merasa sedih? Tidak dipikirkan. Terhadap hal-hal yang menyedihkan di dahulu, tidak dipikirkan. Apa yang perlu dipikirkan? Setiap kali terpikir hal-hal yang menyakitkan, sama seperti menusukkan jarum ke hatimu satu kali. Sudah berapa banyak orang yang setelah Master nasihati, bisa segera menitikkan air mata. Mengapa? Karena nasihat Master telah masuk ke dalam hatinya. Orang yang benar-benar hebat, tidak akan memikirkannya sama sekali. “Melakukan”, saya tidak lagi memiliki perilaku, perilaku baik maupun perilaku buruk, semuanya sudah tidak ada lagi. “Kesadaran”, otak saya tidak lagi berpikir sembarangan, saya sudah tidak memiliki kesadaran – pemikiran. Mengendalikan kesadaran sampai tiada ada lagi kesadaran, berarti kamu sudah berhasil. Orang-orang pada umumnya biasanya terlebih dahulu memiliki kesadaran – pemikiran, kemudian baru bisa muncul angan-angan. 

Bagaimana cara membedakan kesadaran – pemikiran dan khayalan? Ada 3 macam kesadaran. Yang pertama adalah alam bawah sadar. Alam bawah sadar merupakan suatu jenis kesadaran tanpa persiapan apapun. Misalnya, saat orang lain mengatakan, mengapa wajahmu bisa begitu kotor? Lalu “plak”, tanganmu akan segera meraba wajahmu, ini adalah alam bawah sadarmu. Dalam ilmu psikologis, masih ada satu lagi kesadaran, yakni kesadaran di atas, kesadaran di atas adalah kesadaran dengan persiapan matang. Misalnya, seorang agen khusus, dia berpikir, “Apakah dinas intelejen akan memanggil nama asli saya?” “Bam!”, mereka memanggil nama aslimu, lalu kamu berpura-pura tidak tahu. Berpikir, adalah sesuatu yang dilakukan dengan kesadaran, baru bisa menjadi khayalan. Ada satu perkataan yakni “aliran kesadaran”, dengan kata lain bahwa kesadaran bergerak dan mengalir secara alami, adalah sesuatu yang muncul dengan sendirinya. Misalnya hari ini saya membayangkan (dalam kesadaran): “Saya sudah lapar, jika hari ini tante ini bisa memasak untuk saya alangkah baiknya … Dia sudah datang, dia akan memasakkan saya iga tokyo vegetarian… masakan dia masak cukup asin …” Ini yang disebut dengan aliran kesadaran. Kesadaran kamu akan mengalir mengikuti logika yang semula, oleh karena itu orang-orang mengatakan kalau ini adalah aliran kesadaranmu. Sesungguhnya aliran kesadaran mirip dengan tanah longsor, dengan alami mengalir ke bawah. Kesadaran bisa mengendalikan saraf otak besarmu. Saat kesadaran seseorang merasakan kalau dia akan menderita kanker, maka dalam sekejap wajahnya akan berubah, sarafmu segera gemetar – kehilangan kontrol, jantung terasa  sesak, seluruh tubuh tidak bertenaga. Inilah bukti bahwa kesadaranmu mengendalikan saraf, aliran chi, dan denyut nadi.

Akan tetapi, jika itu adalah khayalan, maka lebih berliku-liku. Ketika seseorang mengatakan, “Saya sedang memikirkan hal ini”, sesungguhnya otaknya sudah berputar-putar banyak ke mana-mana. Yang Master bahas sekarang dengan kalian adalah hal-hal yang sangat penting bagi seorang praktisi Buddhis, ini adalah kekurangan di dunia ini yang harus dihadapi dan diatasi oleh praktisi Buddhis. Kalian harus bisa membina diri sampai tidak lagi memiliki kerisauan dan tidak lagi mengetahui kerisauan, tidak lagi merasakan, memikirkan, melakukan, dan kesadaran, tiada lagi pemikiran liar duniawi yang mengganggu dirimu. Jangan menganggap semua perkataan orang lain benar, jangan memasukkan semua perkataan orang lain ke dalam kesadaranmu, ini sangat penting. Tidak peduli apapun yang dikatakan orang lain, cukup tersenyum saja. Bersikap baik terhadap orang lain, masukkan ini ke dalam kesadaranmu; Saat orang lain bersikap buruk terhadapmu, jangan masukkan ke dalam kesadaranmu, kalau tidak malah akan menyakiti diri sendiri. Kalian harus meneladani semangat Master – Jangan biarkan dirimu ditumbangkan terlebih dahulu oleh diri sendiri, jangan menumbangkan diri sendiri. Oleh karena itu, Master berkata kepada kalian: “Yang sesungguhnya membatasi, menghalangi, dan mengubur diri sendiri, selamanya hanyalah dirimu sendiri.” Seperti, “Saya takut akan hal itu, saya tidak berani, saya tidak bisa melakukannya.” Menghalangimu bukan? Yang benar-benar menghalangimu dalam membina pikiran, melafalkan paritta, dan menjadi orang yang baik adalah dirimu sendiri. Jangan biarkan halangan dalam pikiran diri sendiri menghalangi dirimu, ini berarti dirimu mencelakakan diri sendiri. Banyak orang yang pada akhirnya mengatakan, “Saya benci pada diri saya sendiri, saya yang mencelakakan diri saya sendiri.” Kebaikan hati seseorang belum tentu bisa menyelesaikan masalah. Seperti Master memiliki kebaikan hati untuk menolong orang-orang di seluruh dunia, namun ada sebagian orang yang tidak percaya, lalu apa gunanya kebaikan hati yang Master miliki? Apakah bisa menolongnya?

Apakah prinsip kebenaran yang disadari oleh Bodhisattva? Yaitu untuk membuat kamu tidak lagi memiliki kerisauan, tidak mengetahui adanya kerisauan, tidak lagi merasakan, memikirkan, melakukan, dan memiliki kesadaran. Ini adalah prinsip kesadaran. Sama sekali jangan memikirkannya. Banyak orang yang berkata kepadamu, “Orang ini begini begitu.” Jangan pikirkan sama sekali, tersenyum saja. Apa yang perlu dipikirkan? Jika memang hebat, kendalikan baik-baik diri sendiri. Yang menghalangi, merintangi dirimu adalah dirimu sendiri. Banyak orang sering mengatakan, “Oh, itu tidak masalah bagi saya lah”, ini juga menghalangi dirinya sendiri. Misalnya, setelah bertengkar dengan atasan, dalam hati berpikir, “Memangnya kenapa, saya hanya mengatakan yang sebenarnya, biarkan saja dia begitu, saya tidak masalah pun”, ini berarti dia menghalangi dirinya sendiri. Jika ada konsentrasi ketenangan pikiran, yakni jika pikiranmu bisa tenang dan terpusat, maka baik atau buruk, semuanya sama saja. Perdana Menteri Australia menulis surat kepada Stasiun Radio 2OR Oriental, ini adalah hal baik bukan? Master merasa senang. Namun selang beberapa hari, perdana menteri turun jabatan. Akan tetapi pikiran Master tetap tenang, perdana menteri menulis surat, oh, tidak merasa senang; Selang dua hari lalu turun jabatan, juga tidak ada pengaruhnya terhadap Master. Bukankah berarti tidak ada masalah. Hidup manusia berada di antara setiap tarikan napasnya, maka kita harus berusaha keras menghilangkan keinginan untuk mencari kedamaian sementara dan kemalasan. Kedamaian sementara, sama seperti pribahasa “menyapu salju di depan pintu rumah sendiri”, banyak orang yang hanya memikirkan keselamatan dan kedamaian diri sendiri, tidak peduli pada orang lain. Tidak mau melafalkan paritta dan tidak mau membina pikiran adalah bentuk kemalasan. Ingatlah, asalkan membabarkan Dharma, maka boleh melakukan apapun. Asalkan berusaha untuk mencapai tujuan ini, maka pasti ada jasa kebajikannya.