29. Mencari Terang Cahaya Buddha dan Bodhisattva 找寻佛菩萨的光芒

29. Mencari Terang Cahaya Buddha dan Bodhisattva

Kita harus bisa mengubah akar dari kelahiran dan kematian. Sedangkan akar dari kelahiran dan kematian adalah “ketamakan, kebencian, kebodohan”, yakni pemikiran yang serakah, kebencian, dan kebodohan. Kita harus menggunakan “keyakinan, kemauan – tekad, pelaksanaan – praktik” untuk membebaskan diri dari kelahiran dan kematian. Dengan kata lain, “Saya harus percaya, saya harus menggunakan tekad, dan melalui perbuatan untuk memperbaiki diri sendiri”, kamu baru bisa terbebas dari kelahiran dan kematian. Karena keyakinan – tekad – praktik pelaksanaan bisa melenyapkannya. Melenyapkan apa? Keyakinan, tekad, dan pelaksanaan bisa melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Dari dulu sampai sekarang, sesuatu yang buruk atau beracun pasti memiliki obat penawarnya, seperti menghadapi suatu racun, pasti ada satu cara untuk menawarkannya. Sedangkan cara terbaik untuk menguraikan ketamakan, kebencian, dan kebodohan adalah dengan memiliki keyakinan, tekad, dan pelaksanaan. Berharap kalian bisa mencatatnya baik-baik, lalu membaca Bai Hua Fo Fa dari Master dengan baik. Master pernah membahas keyakinan, tekad, dan pelaksanaan dengan kalian, juga pernah membahas 12 jodoh – nidana dengan kalian, selain itu juga pernah membahas tentang sebab-akibat dalam 3 kehidupan, ini supaya kalian bisa memahami keyakinan – tekad – pelaksanaan dan ketamakan – kebencian – kebodohan.

Sebelumnya saya sudah membahas tentang penilaian atau mengambil keputusan dengan keras kepala, sekarang saya akan menambahkan satu hal, yakni dengan sangat keras kepala dan sangat pasti mempercayai beberapa hal dan mengambil keputusan atas beberapa hal. Yang pertama adalah, berdasarkan kekuatan karmamu dari kehidupan sebelumnya, ditambah dengan pengaruh dari orang tuamu, selain itu faktor penyebab lainnya adalah, sebelum kamu dilahirkan, jiwamu sudah mulai berpengaruh, sebelum kamu dilahirkan, roh kamu sudah memudar, maka bisa menyebabkan Anda menjadi sangat keras kepala dalam mengejar atau menginginkan sesuatu hal. Oleh karena itu, dari sudut pandang lain bisa dikatakan, siapapun yang bersikeras mati-matian mengejar atau menginginkan sesuatu hal, maka sesungguhnya roh atau jiwa orang ini tidak utuh.

Selanjutnya, saya akan membahas tentang, banyak orang yang bisa melihat cahaya di tubuh Buddha dan Bodhisattva, selain itu ada juga banyak orang yang bisa melihat cahaya di tubuh Master, sesungguhnya cahaya ini bisa muncul karena meminjam suatu media atau suatu benda tertentu baru bisa muncul keluar. Contoh sederhana, jika sinar matahari tidak sampai ke bumi, maka kamu pun tidak akan bisa melihat di mana matahari yang sesungguhnya. Ini seperti kamu menggunakan sebuah lampu sorot untuk menyinari langit, jika langit ini tidak bisa tersorot oleh kamu, maka yang kamu lihat hanyalah sebuah lingkaran cahaya. Cahaya yang sesungguhnya terlihat adalah karena suatu sinar setelah berpendar keluar lalu terpantul ke suatu media atau benda tertentu, baru bisa menunjukkan keberadaan dari sinar ini. Misalnya kalian sekarang melihat sebuah lampu, itu karena dia menyinari ruangan ini, maka dari dalam ruangan ini, kalian baru bisa merasakan keberadaan lampu ini. Hanya saat sinar cahaya Buddha dan Bodhisattva menyinari hati kita, Buddha dan Bodhisattva baru bisa muncul di dalam hati kita. Harus bisa membuat Buddha dan Bodhisattva memasuki hatimu, dengan begitu kamu baru bisa benar-benar menyerap terang cahaya Buddha dan Bodhisattva ke dalam tubuh ragamu. Setelah tubuh ragamu menyerap cahaya-cahaya ini, maka dirimu baru bisa memantulkan sinar-sinar ini keluar. Ini sesuai dengan suatu ilmu pengetahuan di dunia ini – yakni energi sinar matahari. Coba kalian pikirkan, sinar matahari menyinari dan masuk ke dalam baterai penyimpan energi, lalu energi matahari baru bisa menghasilkan kekuatan listrik yang bisa membuat lampu di rumahmu menyala. Seperti cahaya Buddha dan Bodhisattva yang memasuki hati kita, maka energi yang kita serap adalah cahaya Buddha dan Bodhisattva, sedangkan yang dipantulkan keluar adalah cahaya Buddha yang terlahir dari pantulan dari respon dalam batin kita. Cahaya-cahaya Buddha ini bisa menyinari masa depanmu dan kehidupanmu.  Dari manakah cahaya-cahaya ini berasal? Berasal dari dirimu yang terus-menerus menyerap cahaya Buddha. Seperti saat menggunakan energi matahari, mengapa meskipun hujan, namun listrik di rumah tetap menyala? Sederhana sekali, karena saat matahari bersinar, dia sudah menyimpan banyak sekali energi, maka saat dia tidak bisa menyerap energi, pembangkit matahari ini tetap bisa menyala. Ini seperti baterai isi ulang. Jika seseorang tidak menekuni Dharma, lalu bagaimana mungkin dia bisa memiliki energi spiritual? Bagaimana mungkin dia bisa menerima cahaya Buddha dan Bodhisattva? Oleh karena itu, benda bisa mengeluarkan cahaya; begitu juga cahaya bisa membuat benda itu tampak. Sama seperti dalam kegelapan, kamu bisa menyinari keberadaan banyak benda dengan menggunakan senter; Saat tidak ada cahaya, maka meskipun benda itu berada di depan matamu, namun kamu tetap tidak bisa melihatnya, oleh karena itu, benda pun harus meminjam cahaya agar bisa terlihat. Walaupun kita di dunia ini terus-menerus terjadi bencana, namun jika ada perlindungan dari prinsip Dharma dan ajaran Buddha Dharma, maka kita pun bisa menghindari bencana-bencana ini. Begitu juga dalam pembinaan diri, kita perlu meminjam cahaya Buddha dari Buddha dan Bodhisattva untuk membina diri, sedangkan Buddha dan Bodhisattva akan kembali memasuki hati kita dan berwelas asih terhadap kita. Prinsip dasar dan logikanya semuanya sama. Ini adalah teori Dharma yang sangat mendalam, Master menjelaskannya dengan logika umum di dunia ini kepada kalian, selain itu sangat sederhana dan mudah dipahami, inilah pembahasan ajaran Buddha Dharma dengan menggunakan bahasa sehari-hari. 

 

Kebijaksanaan manusia sesungguhnya sama dengan sumbercahaya, akan tetapi sumber cahaya ini tidak melambangkan kalau kamu memiliki cahaya. Sumber cahaya ini diibaratkan sebagai dirimu memiliki baterai isi ulang, selain itu juga lampu ini, namun ini tidak berarti kamu pasti bisa meneranginya. Jika kamu memiliki baterai ini, berarti kamu bisa menerima cahaya, lalu dari dalam sumber cahayamu ini bisa memantulkan cahaya ini keluar, ini adalah sesuatu yang seharusnya kamu miliki. Mengerti? Dengan luar biasa welas asih, melaksanakan Brahmavihara, “cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin”, kita baru bisa memancarkan cahaya. Seseorang yang tidak memiliki welas asih, tidak memiliki belas kasihan, tidak memiliki perasaan suka cita, tidak memiliki hati yang mampu merelakan segalanya, maka apa yang bisa didapatkan oleh orang ini? Segala hal yang didapatkannya hanyalah sesuatu yang bersifat sementara. Banyak orang yang menekuni Dharma hanya di pagi atau siang hari, setelah malam tiba, lalu tidak belajar dan mempraktikkannya lagi. Mengapa? Karena di hari terang, dia bisa menggunakan sebuah kaca untuk memantulkan cahaya matahari, dia bisa pantul menyinari orang lain; Namun di malam hari, kaca dia ini tidak bisa menerangi benda apapun. Prinsipnya sama saja. Master pernah mengumpamakan satu hari sebagai satu kehidupan. Kamu jangan hanya baik-baik menekuni Dharma di tengah-tengah kehidupan yang singkat ini saja, lalu setibanya di masa tua tidak belajar lagi, maka itu sama seperti kamu tidak memiliki cahaya di malam hari. Harus bisa terus melafalkan paritta dari pagi sampai malam, sampai sudah naik ke atas ranjang juga masih tetap melafalkan paritta, itu baru namanya tekun. Begitu juga Guan Shi Yin Pu Sa demi menyelamatkan semua makhluk, juga memerlukan semua makhluk untuk memahami dan menerimanya. Guan Shi Yin Pu Sa turun ke dunia untuk menyelamatkan kita, Beliau juga berharap kita bisa menerimanya. Jika kalian tidak memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa, tidak menerima Guan Shi Yin Pu Sa, lalu bagaimana mungkin Guan Shi Yin Pu Sa bisa menyelamatkan kita? Seperti orang tua dengan anaknya, seorang anak harus bisa memahami orang tuanya, dan orang tua harus menyayangi dan melindungi anaknya. Dengan begitu, baru bisa menunjukkan welas asih dan perhatian dari Guan Shi Yin Pu Sa.

Apabila tidak ada benda yang disinari, maka sama seperti cahaya di langit, sinarnya tercerai-berai, tidak bisa terlihat. Jika kita memusatkan cahaya lampu sorot ke suatu titik, sinarnya baru bisa mencapai ke tempat yang lebih tinggi; Namun jika cahaya tersebar menyinari langit, maka cahayanya sedikit pun tidak bisa terlihat. Oleh karena itu, harus menyinarinya ke sebuah benda. Jika cahaya tidak menyinari benda apapun, maka seperti menyinari kekosongan, menyinari alam Dharma yang kosong. Jika kita menekuni Dharma namun tidak bisa mendapatkan cahaya dari Buddha dan Bodhisattva, maka berarti kita hidup di tengah dunia fana yang kosong, seperti seorang tuna netra atau tuna rungu, berada di tengah kegelapan, tidak bisa menemukan cahaya, tidak bisa menemukan rumah, tidak bisa melihat apapun. Coba kalian pikirkan, betapa terangnya lampu di landasan pesawat di bandara, jika kamu melihatnya dari atas pesawat, maka ia seperti sebuah titik cahaya, jika kamu tidak melihat dengan seksama, maka tidak akan bisa melihatnya. Saat pesawat mendarat, maka kota di bawahnya terlihat seperti ribuan cahaya lampu, betapa indahnya.  Akan tetapi, dari puluhan ribu meter di atas langit, apa yang bisa kamu lihat? Hanya menunggu sampai pesawat turun di ketinggian ribuan meter, kamu baru bisa melihat cahaya lampu rumah-rumah di bawah. Oleh karena itu, lampu ini pun terkadang tidak ada, mengerti? Seperti kita mendapatkan sinar cahaya Buddha dan Bodhisattva, namun juga sepertinya tidak. Ketika kamu memohon sinar cahaya dari Buddha dan Bodhisattva, maka cahaya Buddha ini akan datang; Sewaktu kamu tidak memohon kepada Buddha dan Bodhisattva, maka bagimu, tidak ada cahaya Buddha. Jika Buddha dan Bodhisattva menyinari pikiranmu yang sangat berantakan dan sangat kotor, selain itu ada banyak ketamakan, kebencian, dan kebodohan, yang masih mengejar ketenaran, keuntungan, dan uang, maka yang disinari oleh Bodhisattva adalah ketidakkosongan lima agregat; Namun jika pikiranmu yang disinari oleh Buddha dan Bodhisattva sangat bersih, sangat welas asih, sangat baik hati, maka yang tersinari adalah lima agregat yang kosong.

Kita sebagai orang yang membina pikiran harus bisa mengatasi halangan, harus mampu mengatasi halangan. Harus bisa mengutarakan apa yang kita rasakan dengan baik. Dengan mengkomunikasikan perolehan kita dalam pembinaan diri, bisa memperkuat tekad kita dalam menekuni Dharma, menyalurkan apa yang dirasakan dalam pembinaan diri bisa membantu kita mengatasi halangan saat menekuni Dharma, selain itu menyalurkan pengalaman kita dalam pembinaan diri bisa membantu orang lain melewati kesulitan. Kita harus bisa menyemangati dan memperkuat keyakinan kita dalam menekuni Dharma. Sewaktu kamu membangkitkan kesadaran spiritual orang lain, maka sesungguhnya kamu telah menambahkan satu keyakinan diri sendiri. Saat kamu membabarkan Dharma sekali kepada orang lain, menolong sekali, maka berarti kamu sedang memperteguh keyakinan dirimu sendiri.  

Kalian hidup di tengah dunia yang penuh dengan bencana, tahukah kalian tekanan apa yang  kalian hadapi setiap hari? Apa yang dipelajari dalam Dharma? Belajar memiliki hati nurani, belajar memiliki hati yang tulus, serta mempelajari sifat dasar. Jika kalian menekuni Dharma sampai pada akhirnya hanya menjadi orang yang pandai bersilat lidah, berarti orang ini tidak menekuni Dharma dengan baik. Sebagai murid Master, ini tidak bisa diterima dengan alasan apapun. Tidak ada yang benar, juga tidak ada yang salah, karena segala hal yang terjadi di dunia ini dikarenakan oleh karma. Milikilah “timbangan” di hati kalian. Karena yang kamu katakan tidak melambangkan apa yang kamu pahami, sedangkan apa yang kamu pahami tidak melambangkan makna yang sebenarnya juga begitu. Karena tidak memiliki kebijaksanaan, maka tidak bisa membedakan yang nyata dan yang palsu. Seperti seseorang yang tidak memiliki kunci, maka dia tidak akan bisa membuka pintu mana pun, dia hanya bisa menggedor-gedor dari luar pintu. Ini berarti tidak memasuki Dharma, tidak berada di jalan, dia tidak bisa memasuki pintu ini. Maka Master berharap kalian bisa membina diri baik-baik, menghargai hidup, dan menghargai waktu. Waktu yang sudah berlalu pada hari ini akan hilang selamanya, hidup yang berlalu pada hari ini sudah lenyap, maka kalian harus menghargainya baik-baik. Demikian pembahasan Master pada hari ini.