17. Mendengar – Merenung – Membina (sruta-cintā-bhāvanā), Menjaga 3 “Pintu Karma” 闻思修 守三业

17. Mendengar – Merenung – Membina (sruta-cintā-bhāvanā), Menjaga 3 “Pintu Karma”

Master akan melanjutkan pembahasan poin kedua, balasan karma dari berkata kasar dan mencaci maki sesungguhnya memiliki masa waktu. Banyak orang yang saat mulutnya memarahi orang lain, karena buah karmanya masih belum “matang”, maka dia belum mendapatkan balasannya. Ketika seseorang sedang memarahi orang lain, membuat orang itu menjadi marah sekali, dan mengatakan “Kamu pasti akan mendapat balasannya.” Sesungguhnya “balasan” ini ada waktunya. Apakah kalian mengerti? Saat bertengkar, kalian suka berkata: “Kamu memarahi orang seperti ini, kamu pasti akan mendapat ganjarannya” atau “Kamu pasti akan mendapatkan balasan XXX …” Lalu mengapa kamu sudah berkata begitu lamanya, orang ini tetap tidak mendapat balasannya? Karena dia memiliki masa tenggat, perkataan burukmu terhadap orang lain harus melalui suatu medan aura (pada tubuh sendiri dinamakan “xiao zhou tian” – orbit mikrokosmik dan “da zhou tian” – orbit makrokosmik), dia harus melalui perputaran dan pergerakkan medan aura ini baru bisa menjadi hawa hitam, mengerti? Kata-kata cacian keluar dari mulut, maka sesungguhnya yang dikeluarkan adalah suatu hawa buruk dan hawa hitam. Sewaktu hawa hitam ini terbentuk, sesungguhnya kamu akan bermasalah, sebelum cacian ini keluar dari mulut, itu tidak akan bermasalah, namun setelah keluar, maka kamu akan bermasalah, karena hawa hitam ini sulit untuk hilang. Hawa buruk bisa melukai orang lain, juga melukai diri sendiri. Karena hawa buruk ini awalnya terbentuk dari dalam pikiranmu, maka ia pasti akan menyakiti si pemarah itu sendiri. Hawa hitam ini di Alam Manusia kita disebut sebagai hawa buruk, jika hawa buruk sering tertinggal dalam pikiran, maka akan memengaruhi kesehatanmu, orang yang berpenyakit kanker pasti memiliki banyak hawa buruk di hatinya. Mengerti? Oleh karena itu, ketika seseorang jika sering memarahi orang lain, selain itu berkata-kata kasar, maka orang ini akan terlahir sebagai anjing, di kehidupan selanjutnya ia akan menjadi seekor anjing. Kalian tidak memahami bahasa anjing, namun sesungguhnya saat anjing sedang mengonggong, dia juga memiliki bahasa. Ada ilmuwan yang pernah melakukan eksperimen, suara gonggongan anjing setiap kali tidak pernah sama, panjang, pendek, ringan, kencang, semuanya tidak sama. Kalian hidup di dunia ini, saat kalian berada di dunia “yang”, jika kamu sering memarahi orang lain, maka nantinya kalian akan terlahir sebagai seekor anjing. Coba lihat saja, anjing setiap hari “marah”, marah dari pagi sampai malam, asalkan dia melihat orang asing, langsung “guk guk guk”… terus menggonggong, sampai malam hari, saat orang-orang tidur, dia masih menggonggong di taman. Oleh karena itu, kita tidak boleh sembarangan memarahi orang lain dengan kata-kata yang kasar.

Selanjutnya, Master akan membahas poin ketiga: “mendengar – merenung – membina”. “Mengenal” berarti mendengar. Mengenal ajaran Buddha Dharma, berarti mendengar tentang ajaran Buddha Dharma. “merenung” adalah, setelah kamu mendengar tentang ajaran Buddha Dharma, lalu terlahir pemikiran dalam dirimu; Saat kamu sudah memiliki pemikiran ini, maka kamu akan mengetahui yang baik dan yang buruk, lalu tahu untuk membina pikiran. Kalian harus bisa menerapkan proses “mendengar – merenung – membina”, harus memiliki satu keyakinan yang teguh tak tergoyahkan. Karena kita harus memiliki pemikiran yang benar terhadap ajaran Buddha Dharma, harus memiliki keyakinan yang kukuh. Hari ini, kita mengenal ajaran Buddha Dharma, setelah berpikir-pikir, kita memahami prinsip kebenarannya, lalu kita mulai membina pikiran, maka pada saat ini harus ditambahkan dengan satu keyakinan, karena hanya dengan memiliki keyakinan yang teguh, kamu baru bisa mencapai buah kesucian yang sempurna. Apakah kalian mengerti? Harus membina pikiran sendiri, menjadikannya keyakinan sendiri. Pertama-tama, harus membina pikiran sendiri dengan baik, setelah membina pikiran dengan baik, yang terpenting adalah mengendalikan perilaku – ucapan – pikiran sendiri dengan baik. Master pernah memberi tahu kalian bahwa dalam ajaran Buddha Dharma ada banyak istilah 3 kata, ketiga kata ini semuanya sangat penting, seperti “perilaku – ucapan – pikiran, keyakinan – tekad – penerapan, ketamakan – kebencian – kebodohan” dan lain sebagainya, sesungguhnya ini adalah teori yang disimpulkan oleh Buddha dan Bodhisattva sebagai intisari yang paling utama dalam ajaran Buddha Dharma yang perlu kita pelajari. Apakah kalian mengerti? Oleh karena itu, harus membina pikiran sendiri baik-baik, harus memiliki perilaku – ucapan – pikiran, ketiga “pintu” yang bersih. Mengapa perilaku, ucapan, dan pikiran disebut sebagai “3 pintu”? Tubuh, mulut, pikiran, ketiganya disebut sebagai “3 Pintu”, ketiga pintu ini yang paling mudah menciptakan karma – tubuh mudah menciptakan karma, mulut mudah menciptakan karma, kesadaran paling mudah menciptakan karma. Tubuh menciptakan karma, banyak orang saat melakukan kejahatan menggunakan tubuhnya untuk melakukannya. Mulut paling mudah menciptakan karma, sepanjang waktu membicarakan keburukan orang lain, benar tidak? Ada lagi menciptakan karma dalam kesadaran. Ketiga pintu ini, mohon kalian jaga baik-baik, bagaimana pun caranya, harus dijaga dengan baik, mengerti?

Karena saat kalian membina diri sendiri dengan baik, maka kalian akan bisa memprediksi (mengetahui lebih awal) bahwa ketidakkekalan akan segera tiba. Siapa “ketidakkekalan” atau “wu chang” ini? Kalian semua tahu, namun kalian salah menafsirkannya, karena “wu chang” ini bukanlah petugas Akhirat yang datang mengambil nyawa, namun ketidakkekalan duniawi. Segala hal di dunia ini tiada yang abadi, ini yang disebut sebagai “Segala hal di dunia ini tidak kekal”. Ketika dunia ini sudah tiada yang kekal, maka seharusnya bisa terlahir pikiran untuk meninggalkan kedunawian dalam dirimu, dengan kata lain, dirimu harus segera membuat pikiranmu ini meninggalkan nafsu keinginan materiil atas segala hal di dunia ini, segeralah menghilangkan kerisauan pikiran di dunia ini, meninggalkan alam kerisauan ini. Harus segera meninggalkannya, harus meninggalkan kerisauan dunia ini. Apakah maksud dari “pikiran yang meninggalkan keduniawian”? Segera meninggalkannya, segera keluar dari pikiran ini. Karena pikiran ini membuatmu merasa risau, membuatmu tidak bisa terbebas dari diri sendiri, yang menghambat pembinaan pikiranmu, yang membuatmu menjauh dari Dharma yang benar, yang membuat kamu tidak memiliki kebijaksanaan. Karena jika seseorang tidak bisa mengeluarkan diri dari pikirannya sendiri, maka sesungguhnya orang ini pasti akan menyimpang. Contoh sederhana, kamu melihat dua kubu yang sedang bertengkar, jika kamu berada di luar, berarti kamu sudah terbebas keluar dari mereka, maka kamu bisa mengetahui bahwa kedua kubu ini sama-sama tidak baik. Akan tetapi, saat kamu adalah teman salah satu kubu, kamu tidak meninggalkan lingkaran ini, kamu masih berada di dalamnya, maka kamu pasti akan berpendapat bahwa salah satu pihak itu benar, sedangkan pihak yang lain itu salah. Karena kamu tidak meninggalkannya, maka kamu tidak akan bisa melihat sesuatu yang nyata dari dunia ini. Seseorang harus bisa meninggalkan kehidupan duniawi, meskipun ragamu tidak bisa meninggalkan keduniawian, akan tetapi pikiranmu harus meninggalkannya terlebih dahulu. Apakah kalian tahu, dari mana kerisauan berasal? Kerisauan berasal dari pikiran sendiri. Saat pikiranmu merasa gelisah, pemikiranmu baru bisa berantakkan, ini namanya pikiran yang gelisah mengacaukan pemikiran. Kalian harus bisa mengendalikan pikiran sendiri dengan baik, mengendalikan pemikiran sendiri dengan baik. Master barusan membahas tentang menjaga 3 Pintu, harus bisa meninggalkan kehidupan duniawi. Misalnya saat bertengkar, maka harus bisa meninggalkan tempat pertengkaran ini. Saat sedang risau, maka harus meninggalkan tempat yang merisaukan ini, jangan memikirkannya, maka kamu tidak akan memiliki kerisauan, inilah yang disebut sebagai “pikiran yang meninggalkan keduniawian”.

Kita harus menghargai kehidupan ini yang penuh “ruang” untuk membina diri. Apakah yang dimaksud dengan “ruang” di sini? Ini adalah waktu dari ketiadaan waktu. Kita harus bisa membina pikiran dan tubuh kita dengan sempurna, maka pembinaan dirimu dalam kehidupan ini baru bisa sempurna. Apabila kamu mementingkan karma-karma kecil, dengan kata lain, kamu melakukan setiap hal dengan sangat hati-hati, apakah saya akan melakukan kesalahan? Apakah perbuatan saya ini akan melukai jasa kebajikan saya? Apakah setelah saya melakukan hal tersebut akan menyia-nyiakan jasa kebajikan saya? Jika kamu bisa memikirkan setiap hal dengan lebih cermat, maka kamu akan mendapatkan satu kehidupan yang sempurna. Seperti kaum muda-mudi ini, mereka membantu di sini melakukan jasa kebajikan, bahkan materi pribadi pun tidak berani dicetak di sini, karena mereka berpendapat, mencetak materi pribadi akan menyebabkan kebocoran pada jasa kebajikan mereka. Coba kamu lihat, bukankah kesadaran spiritual mereka tinggi sekali? Satu daftar riwayat hidup (CV) pribadi pun tidak mau dicetak di stasiun ini, ini adalah peningkatan kesadaran spiritual. Mendengar hal ini, Master benar-benar merasa sangat terharu. Pada kenyataannya apa salahnya menggunakan internet stasiun radio? Namun mereka tidak mau melakukan hal ini. Saya rasa kesadaran spiritual mereka lebih tinggi daripada kebanyakan orang di sini. Banyak orang di antara kalian, meskipun duduk mendengarkan kelas di sini, namun tingkat kesadaran spiritual belum tentu tinggi.

Apakah maksud dari “kehidupan yang penuh ruang”? Yaitu saat kamu melakukan setiap hal, kamu akan mementingkan karma-karma kecilnya. Dengan kata lain, banyak orang yang menanamkan bibit karma yang besar dan buah karma yang besar, akan tetapi kamu harus mengutamakan setiap karma, hal-hal sekecil apapun saya harus hati-hati, jangan sampai salah. Misalnya memarahi orang lain, “Saya sama sekali tidak memarahi orang lain”, akan tetapi saat berbicara, kamu suka “menusuk” orang lain, bahkan hal-hal seperti ini pun kamu harus hati-hati, dengan begitu, kamu baru bisa terbebas dari 3 alam, dan keluar dari jaring ilusi enam alam. Karena kamu tidak bisa terbebas dari enam alam, maka kamu akan selamanya berada di tengah jaring ilusi ini. Enam alam bagaikan sebuah jaring, yang akan “menjerat” kamu dengan erat. Enam alam sama seperti benda-benda mistis dalam kisah fiktif belaka, seperti sebuah jaring yang membelenggu dirimu dengan erat. Hanya dengan berhati-hati sekali dalam menanamkan bibit karmamu sendiri, karena setiap orang sedang menanam bibit karmanya sendiri, kalian setiap hari pun sedang menanam karma, coba kamu katakan apakah mungkin jika tidak menanam karma? Lalu, hari ini saya tidur, saya tidak menanam karma lagi. Salah. Kamu tidur pun telah menanam karma. Karena kamu tidur terlalu lama, maka di hari berikutnya kamu sulit bangun dan pegal sekujur tubuh; Karena kamu tidur terlalu lama, maka kebodohanmu bertambah. Mengerti? Harus ingat, kita dalam mengerjakan sesuatu, dalam ajaran Buddha Dharma di dunia ini dikatakan, harus bisa “berpikir cermat dalam setiap langkah yang diambil”, harus benar-benar berhati-hati, akan tetapi kamu pun tidak bisa menghindari segala hal, tidak akan bisa lari dari karma. Kalian sekarang berada di sini pun sedang menanam bibit karma. Kalau begitu, menurut kalian, karma yang ditanam sekarang itu baik atau buruk? Adalah bibit karma baik, benarkah? Karena kalian sedang menekuni Dharma. Kalau begitu, saat kalian makan, apakah kalian sedang menanam karma? Apabila kamu makan nasi sesuai porsi normal, berarti kamu menanam bibit karma baik. Namun jika kamu makan sebanyak-banyaknya, atau makan makanan orang lain, atau mencuri makanan orang lain, kalau begitu bukankah berarti kalian sedang menanam bibit karma buruk? Menurut kalian, hal manakah di dunia ini yang bukan sedang menanam bibit karma? Akan tetapi jika kamu berkata kalau saya ingin melarikan diri dari karma, apakah ini mungkin? Raut wajahmu adalah satu karma. Kamu menatap orang lain, kembali menanam satu karma lagi. Bibit karmamu ini, saat mata melihat orang lain, maka orang-orang pun akan merasa kesal, begitu dahi berkerut, maka selanjutnya orang lain akan menjelek-jelekkanmu, dan buah karmamu pun tiba. Oleh karena itu, di dunia ini, di mana pun adalah karma.

Apakah mungkin jika kita tidak menanam karma? Tidak menanam karma, seperti kamu tidak menginginkan udara. Oleh karena itu, ajaran Buddha Dharma yang Master jabarkan kepada kalian, ingin membuat kalian ingat, bahwa karma bagaikan udara yang kamu hirup, kamu tidak akan bisa meninggalkannya. Misalnya, kamu tertidur dalam kelas Dharma Master, maka kamu telah menanam satu bibit karma tertidur, dan kamu tidak dapat mempelajari Dharma ini. Tunggu selanjutnya, saat kamu merasa tidak senang, maka kamu tidak akan bisa mempraktikkan  ajaran-ajaran Dharma ini, dan akan terlahir ketamakan – kebencian – kebodohan, maka jasa kebajikanmu tidak akan cukup. Benar tidak? Mengapa Master tidak mengizinkan kalian sembarangan bolos? Sesungguhnya Master mengajar kalian sama dengan memberikan berkat kepada kalian. Dulu ada orang yang sering izin, sebenarnya kalian menghargainya atau tidak? Tahukah kalian masih ada berapa lama untuk hidup? Apakah kalian tahu sudah menanam berapa banyak karma? Sekarang sekujur tubuh kalian semuanya berpenyakit, pertengkaran rumah tangga, berbagai gangguan kesehatan, juga berbagai bencana alam, kalian sekarang sudah menerima balasan karmanya. Apakah kamu bisa membersihkan karma pada dirimu? Sudah menekuni Dharma di sini, namun masih terus menciptakan bibit karma yang buruk. Sama-sama membabarkan Dharma, namun dalam hati masih suka orang ini, suka orang itu, apakah ini beradasarkan rasa suka kalian? Setiap orang menanam bibit karma dan mendapatkan buah karmanya sendiri-sendiri, seperti setiap orang makan sendiri dan kenyang sendiri, logikannya sederhana saja. Menolong yang bisa tertolong dan melepaskan yang tidak bisa ditolong. Master tahu, ada sebagian yang tidak diterima menjadi murid, coba kalian lihat apakah orang ini masih datang ke Guan Yin Tang? Saya yang mengatakannya atau dia sendiri yang melakukannya? Seseorang harus bisa bertahan dalam cobaan. Orang yang tidak bisa bertahan dalam cobaan adalah “rongsokan”. Coba kalian lihat, dalam perjalanan proses pendewasaan diri kalian, siapa yang tidak pernah menghadapi cobaan? Kalian harus mengerti! Harus memahaminya, memahami kebenaran ini! Oleh karena itu, hanya dengan memperhatikan karma-karma yang kecil, kamu baru bisa terbebas dari tiga alam, yakni kamaloka, rupaloka, dan arupaloka,  kamu baru bisa terbebas dari jaring ilusi enam alam.