1. Memperbaiki Diri Sendiri, Belajar Untuk Mengosongkan Diri 修正自己,学会了空

1. Memperbaiki Diri Sendiri, Belajar Untuk Mengosongkan Diri

Apa itu Buddha? Apa itu iblis? Iblis dan Buddha sangat dekat. Seperti sebuah jam, jika jarum jam menunjukkan waktu dengan benar, dengan kata lain sangat tepat dan benar, maka itu adalah Buddha. Namun bila pembinaan pikiran kamu menyimpang, maka ini bagai jam yang sepanjang waktu menunjukkan waktu yang tidak tepat, jika bukan cepat, maka lambat, ini adalah penyimpangan, jika muncul penyimpangan, itu adalah iblis. Penyimpangan dari Buddha adalah iblis.

Banyak orang yang mengatakan kalau Pintu Dharma Master adalah dasar, membina diri dalam keduniawian, nantinya tidak akan bisa pergi ke Alam Sukhavati. Apakah mungkin? Dalam Kitab {Amitabha} ada satu kalimat yang berbunyi: “Untuk terlahir di Tanah Suci Buddha, maka akar kebajikan, pahala kebajikan dan jodoh nidana, satu pun tidak boleh ada yang kurang.” Jika seseorang tidak memiliki akar kebaikan dan berkah pahala, meskipun sudah melafalkan “Amituofo” seumur hidupnya, juga tidak akan bisa pergi ke Alam Sukhavati. Karena kamu tidak memiliki dasar yang baik dan jodohnya, maka tidak bisa pergi ke Alam Sukhavati. Ada seorang biksu agung pernah mengatakan: “Puluhan ribu orang yang melafalkan ‘Amituofo’, namun hanya segelintir yang bisa pergi ke atas. Tahukah mengapa begitu? Karena tidak memiliki akar kebaikan dan berkah pahala yang mencukupi.” Master sekarang sedang membangun dasar dan mengembangkan berkah pahala kalian, supaya buah karma buruk pada diri kalian bisa terhapus, hutang karma kalian bisa terlunasi. Perbanyak berdana dan melakukan jasa kebajikan, dengan begitu, kalian baru bisa melafalkannya dengan baik, baru bisa pergi ke alam atas! Jika tidak memiliki dasar-dasar ini, bagaimana mungkin bisa pergi ke atas sana? Apabila kita membina diri dengan baik, maka Guan Shi Yin Pu Sa – salah satu Tri Suci dari Surga Barat pun akan datang menjemput kita pergi ke Alam Sukhavati, maka jodoh di sini adalah buah karma.

Hari ini Master mengatakan kepada kalian, saat muncul kerisauan pada diri seseorang, maka kesadaran spiritualnya pun berada di alam kerisauan. Sedangkan faktor-faktor penyebab kerisauan ini ada banyak, seperti harta kekayaan dan rupa, dengan kata lain, uang dan perasaan, yang juga faktor terbesar yang bisa menambah kerisauan seseorang. Semua ini disebabkan oleh cara berpikir yang “miring”, tidak berpikiran positif, malah berpikiran menyimpang. Contoh, hari ini saya tidak bisa mendapatkannya, maka pemikiran miring yang muncul adalah “bunuh saja dia”; Hari ini saya ingin menjadi kaya dalam semalam, maka saya pergi membeli lotere dan lain-lain. Uang yang didapatkan dengan bekerja baik-baik adalah harta yang benar. Pemikiran menyimpang dari banyak orang sudah menciptakan banyak malapetaka bagi umat manusia, seperti membunuh orang, merampok, dan lain sebagainya. Semua harta yang diperoleh secara ilegal tidak boleh dimiliki, kita harus menganggapnya sebagai ular beracun, maka tidak akan muncul pikiran negatif ketika melihat uang. Sekarang banyak orang yang begitu melihat uang, langsung muncul pemikiran, yang berarti tidak lulus “cobaan”, dan semua pemikiran yang muncul adalah pemikiran yang menyimpang. Jangan pernah menginginkan secara paksa terhadap hal-hal yang tidak seharusnya kamu miliki, jangan pernah merebut sesuatu yang tidak seharusnya kamu miliki dari orang lain, harta yang ilegal tidak boleh dimiliki. Harus bisa memberikan kemudahan kepada orang lain, seringlah berpikir bahwa saya ingin membantu orang lain, memberikan kemudahan pada orang lain sama dengan memudahkan diri sendiri. Orang sejujur apapun, seumur hidupnya juga pasti pernah melakukan kesalahan, maka harus mengerti untuk mengendalikan pemikiran buruk. Sewaktu kamu sudah mampu mengendalikan pemikiran-pemikiran buruk ini, maka kamu akan memahami, “Ke arah mana saya akan pergi nantinya”. Master beri tahu kalian satu cara yang sangat sederhana: sewaktu seseorang sangat menderita dan akan meninggal, jika tidak memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, maka dia pasti akan turun ke alam bawah; Saat seseorang divonis menderita kanker, maka sesungguhnya sudah menunjukkan bahwa orang ini telah melakukan banyak kejahatan. Penyakit kritis tidak akan muncul di tubuh orang baik. Kamu boleh mengatakan, “Saya tidak pernah melakukan kejahatan”, namun tidak berarti di kehidupan sebelumnya kamu tidak pernah melakukan kejahatan. Kamu bisa menjamin kalau dirimu adalah orang baik di kehidupan ini, namun apakah kamu bisa menjamin kalau dirimu adalah orang baik di kehidupan sebelumnya? 

Saat orang lain tertimpa kesusahan dan kamu tidak mau menolongnya, juga akan melahirkan kerisauan. Keluarga kamu seharusnya meyakini ajaran Buddha Dharma, namun kenyataannya, mereka tidak percaya, bukankah kamu akan merasa sangat risau? Ini tidak hanya akan melahirkan kerisauan, namun nantinya juga bisa mendatangkan kerisauan. Karena kamu tidak bisa menolongnya, saat kamu tahu kalau dia tertimpa bencana, namun kamu tidak berdaya menolongnya, saat dia mengundang masalah, dia juga akan turut menyeret kamu masuk ke dalamnya, karena tunggu sampai pada suatu hari nanti, dia tidak membina pikiran dan tidak melafalkan paritta, maka tubuhnya akan bermasalah, coba pikirkan saja, bukankah pada saat itu juga akan mendatangkan masalah bagi dirimu sendiri?

Apabila ada orang yang memiliki keinginan seksual yang tinggi, maka dia seharusnya terpikir bahwa: jika dia (pria maupun wanita) adalah saudara kandungnya, maka dia tidak akan memiliki pemikiran yang tidak senonoh terhadap mereka. Dengan berpikir demikian, maka diri sendiri akan merasa lebih nyaman. Sekalipun yang kamu hadapi adalah para tuna susila, kamu juga harus berpikir bahwa, mereka semua adalah kakak adikmu, mereka kasihan sekali, sudah mengalami begitu banyak penderitaan, mereka juga tidak berdaya, dengan berpikir demikan maka akan bisa mengendalikan nafsu seksual diri sendiri. Inilah alasannya untuk menasihati para pria yang genit agar tidak pergi ke tempat-tempat seperti itu. Buat mereka memahami bahwa “semuanya terlahir dari satu akar yang sama”, hanya dengan berpikir demikian, baru bisa terlahir rasa iba di hati mereka. Jika ingin menyelamatkan kesadaran spiritual mereka, maka harus memiliki perasaan welas asih, misalnya jika hari ini mereka menderita, maka saya harus menolong mereka; Hari ini mereka masih belum memahami prinsip kebenaran, maka saya harus menolong kesadaran mereka; Saya ingin seperti Bodhisattva yang menyelamatkan kesadaran spiritual mereka, menganggap mereka sebagai sanak keluarga sendiri, jangan sampai memiliki nafsu keinginan apapun, gunakan pemikiran yang benar untuk mengendalikan pemikiran yang buruk. Di antara suami dan istri pun harus saling menghormati, jangan sering melakukan “perbuatan binatang” – hubungan seksual. Menekuni ajaran Buddha Dharma bertujuan untuk mengajarkan semua orang agar memiliki perasaan iba, perasaan welas asih, jangan sampai memiliki pemikiran buruk. Harus terlebih dahulu melenyapkan nafsu keinginan sendiri, maka kemudian kerisauanmu pun akan lenyap. Salah satunya termasuk nafsu keinginan orang tua terhadap anak-anaknya, semua ini tidak baik. Merasa karena saya yang melahirkan kamu, maka kamu harus bersikap baik terhadap saya; karena saya sudah membesarkan kamu, maka kamu harus berbakti kepada saya, semua ini adalah nafsu keinginan, bahkan keinginan-keinginan seperti ini pun jangan ada lagi, dengan begitu kamu tidak akan memiliki kerisauan. Harus memiliki konsep pemikiran seperti pemerintah Australia: anak-anak adalah milik negara, bukan aset pribadi dirimu sendiri. Tunjangan yang diberikan negara kepadamu adalah supaya kamu membantu negara untuk membesarkan mereka, maka anak-anak tidak boleh dipukul dan dimarahi. Jika tidak ada kerisauan-kerisauan ini, maka tidak akan ada nafsu keinginan lagi, bila tidak ada nafsu keinginan maka tidak akan ada lagi kerisauan. Ini berarti belajar menjadi orang yang baik. Nafsu keinginan bisa mengundang iblis. Apabila kamu sepanjang hari tidak bisa berpikiran terbuka, berpikir terlalu banyak, maka iblis setiap waktu bisa merasuki dirimu. Orang yang terlalu ekstrim juga bisa menjadi iblis. Ingatlah, harus dengan sepenuh hati dalam mendidik anak, dengan begitu bisa melenyapkan pemikiran untuk membangkang. Pemikiran untuk membangkang di sini merujuk pada, mengkhianati keluarga, memperlakukan orang tua dengan buruk, sifat pemberontak. Yang paling bagus adalah melafalkan {Xin Jing} untuk anak, supaya kebijaksanaan anak terbuka dan bisa berubah. Master memperlakukan kalian seperti memperlakukan anak sendiri, bersusah payah mengajari kalian, supaya kalian bisa lebih cepat berpikiran terbuka dan menyadari kebenaran sempurna.

Apabila seseorang bersikap sewenang-wenang terhadap dirimu, maka kamu harus memiliki rasa iba kepadanya. Jika terpikir kalau dia itu tidak mengetahui apapun, maka jangan perhitungan dengannya. “Mungkin di kehidupan sebelumnya, dia memiliki hubungan buruk dengan saya, maka saya tidak boleh membencinya”. Hanya bisa menguraikannya seperti ini, ini baru namanya menekuni dan mempraktikkan Dharma. Menekuni Dharma harus memiliki welas asih, jangan membenci orang lain. Anggap kalau diri sendiri datang untuk membayar hutang karma, dan karena merasa kalau diri sendiri adalah membayar hutang, maka hatimu pun akan terasa lebih nyaman, dan tidak akan membenci orang lain lagi. Tidak hanya harus belajar memaafkan orang lain, selain itu harus bisa memiliki perasaan sukacita. Karena ketika pikiranmu ini sudah berubah, maka baru tidak akan memiliki perasaan dendam; Ketika dirimu memiliki perasaan dendam, maka akan melahirkan kerisauan. Oleh karena itu, jangan memiliki perasaan iri hati, jangan mencampuri urusan orang lain, jangan memiliki nafsu keinginan, maka tidak akan terlahir kerisauan. Pepatah berbunyi, “Sesungguhnya tiada masalah di dunia ini, hanya orang bodoh yang mencarinya sendiri”, semua ini didatangkan oleh diri sendiri. Maka harus bisa “mengikuti kesadaran awal”, dengan kata lain, menyesuaikan jodoh, mengikuti hal-hal yang memang sudah ditakdirkan dalam hidup diri sendiri, kalau tidak akan membuat kita memiliki banyak kerisauan. Oleh karena itu, kita harus bisa mengikuti jodoh, berjalan mengikuti jodoh ini. Harus bisa memahami niat awal dan jodoh awal orang lain, lebih banyak memikirkan, apakah niat awal mereka baik atau tidak. Harus meneladani Guan Shi Yin Pu Sa – “mengosongkan diri sendiri”, melenyapkan diri sendiri, maka “AKU” pun menjadi kosong. Jika “AKU” sudah kosong, maka sudah tidak ada apa-apa lagi, bila sudah tidak ada “AKU”, dari mana adanya kerisauan? Master setiap hari mengatakan kepada kalian, jika bisa menghilangkan “AKU” – keakuan, maka tidak akan ada lagi kerisauan. Maksud dari para biksu/biksuni mencukur rambut adalah setelah mencukurnya, maka semuanya menjadi sama, tidak ada lagi perbedaan pria dan wanita, sudah tidak tahu lagi siapa diri saya, sudah tidak ada “AKU” lagi. Ketika kamu berada di Alam Surga dan mendengarkan pengajaran dari Buddha Amitabha, maka semua orang bisa berubah menjadi wajah serupa, maka tidak akan ada lagi diskriminasi.

Kalian harus memahami bahwa, kerisauan yang tiada akhirnya harus bisa berubah menjadi “Guang Ming Cang – cahaya terang”. Dengan kata lain, mengosongkan diri sendiri, setelah diri “saya” ini sudah kosong, maka kerisauan yang tiada akhirnya pun akan lenyap, semuanya akan berubah menjadi “Guang Ming Cang – cahaya terang”. Begitu juga dengan pemikiran kita. Harus bisa memahami kebenaran-kebenaran ini. Tidak mudah untuk menekuni Dharma, yang kalian dapatkan dari Master sini adalah cahaya terang, Master sekarang sedang menyalakan lampu dan mengisi ulang baterai kalian. “Sila” bagai dokter besar, seseorang yang menaati sila, baru mengetahui apa itu “racun”. Dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, “Penyebab seperti ini, mendapatkan buah karma seperti ini”. Artinya adalah, dalam agama Buddha tidak ada kaidah “dosa awal”, saat memandang seseorang, Bodhisattva dalam memandang orang tidak pernah melihat apakah dirimu pada mulanya adalah orang yang berdosa, Bodhisattva menolong orang dengan sama rata. Seperti Master sekarang dalam siaran radio, semua orang sedang mendengarkannya, lalu mengapa ada sebagian orang yang bisa bertobat dan mengikuti Master untuk membina diri? Sedangkan ada juga orang-orang yang tidak melafalkan paritta dan membina pikiran? Oleh karena itu, Bodhisattva tidak akan menganggap kalian pernah melakukan dosa, menganggap kalau kalian itu sama, tidak memiliki dosa awal. Pada masa periode akhir Dharma, jika kamu tidak bisa membedakan apa itu iblis, lalu membiarkan dan menutupi suatu masalah atau orang-orang, atau selalu menjadi “orang yang mencoba untuk tidak pernah menyinggung siapa pun”, berarti ini sudah dinodai oleh iblis. Di Guan Yin Tang, Master harus mengendalikan seluruh praktisi Buddhis supaya memiliki pemikiran yang benar, jika orang yang tidak baik, maka saya tidak akan membiarkannya masuk, harus mencegah hal-hal yang tidak baik. Para makhluk memiliki banyak hal-hal buruk, Bodhisattva juga sedang menasihati semua makhluk untuk menjalankan sila, harus bersikap baik terhadap orang-orang. Membina pikiran tidak boleh memiliki pemikiran egois, tidak boleh memiliki nafsu keinginan.

Seseorang yang bisa bersikap tenang baru terlihat indah, seseorang yang damai, ramah, dan harmonis baru terlihat elok. Dengan memiliki pikiran yang setara, maka seseorang tidak akan memiliki perasaan yang membedakan antara suka dan tidak suka. Harus bisa memandang semua orang sebagai orang-orang yang lucu dan menarik, maka kamu tidak akan merasa luar biasa senang, juga tidak akan merasa sangat benci sekali, maka tidak akan ada pikiran yang membeda-bedakan. Ingatlah, terhadap orang yang menyedihkan, harus memiliki rasa iba. Gunakan segenap hati bersungguh-sungguh membina diri, karena ajaran Buddha Dharma tiada batasnya, sama sekali tidak akan meleset sedikit pun, berapa banyak yang dilakukan, maka sebanyak itulah yang akan didapatkan. Pikiran yang tidak memikirkan bencana dan keberuntungan, keuntungan dan kerugian, baru disebut sebagai pikiran yang sesungguhnya. Pintu Dharma Master adalah Pintu Dharma yang seperti laut yang bisa menaungi ratusan sungai, harus mengakui kelebihan Pintu Dharma lain, membantu Pintu Dharma lain untuk membangun dasar yang baik. Sebuah Pintu Dharma yang baik pasti bisa menerima Xin Ling Fa Men, karena dia bisa melihat hasilnya.

Menyesuaikan jodoh bukan bermaksud melewati begitu saja, berpegang teguh pada yang lama dan tidak mencoba memperbarui, menyesuaikan jodoh adalah bagaimana kamu mengontrol jodoh ini. Saat jodoh buruk datang, maka lafalkan paritta untuk mengubahnya.

“Diriku memiliki penderitaan, adalah karena AKU memiliki raga.” Raga atau tubuh ini adalah dasar utama dari penderitaan semua makhluk, menderita karena masih tamak menginginkan tubuh ini. Ingatlah! Sekian pembahasan pada hari ini.