6. Ketenaran dan Kekayaan Adalah Penderitaan, Penderitaan dan Kebahagiaan Adalah Kosong 名利是苦,苦乐是空

6. Ketenaran dan Kekayaan Adalah Penderitaan, Penderitaan dan Kebahagiaan Adalah Kosong

Hari ini Master akan membahas tentang pembinaan diri – pembinaan keras dan pembinaan yang menyenangkan. Kalian merasa menjalani pembinaan pikiran itu menderita atau tidak? Kalian merasa senang atau tidak? Hal yang seperti apa dikategorikan sebagai penderitaan? Dan hal yang seperti apa dikategorikan sebagai kebahagiaan? Master menuntut kalian dengan standar yang tinggi, mungkin kalian akan merasa sangat menderita, akan tetapi pada akhirnya kalian akan mendapatkan kebahagiaan, yang diperoleh adalah kegembiraan, sukacita. Pertama, saya ingin beri tahu kalian bahwa, di mata Buddha dan Bodhisattva, kebahagiaan adalah kosong. Karena kegembiraan yang kamu miliki hanya bersifat sementara, semuanya tidak menetap. Contoh sederhana: hari ini kamu menyelenggarakan sebuah pesta, di mana kamu sebagai seorang tuan rumah wanita, kamu merasa senang sekali. Semua orang memberimu hadiah, mengucapkan selamat dan memuji-mujimu, namun setelah beberapa jam kemudian, pesta sudah berakhir, maka kamu kembali sendirian. Ke manakah kebahagiaan itu pergi? Apakah bisa tetap dipertahankan? Kebahagiaan di mata Buddha dan Bodhisattva adalah kosong, karena seluruh kebahagiaan di dunia ini adalah sesuatu yang kosong. Hari ini kamu pergi menonton film, kamu merasa sangat senang. Tunggu sampai filmnya berakhir, maka semuanya akan lenyap, segalanya adalah kosong, kemudian hanya penderitaan yang sesungguhnya yang menyertaimu. Di dalam mata para Buddha dan Bodhisattva, segala kebahagiaan di dunia ini adalah kosong. Yang sekarang Master bahas adalah konsep pemahamannya. Yang kedua, penderitaan di mata Buddha dan Bodhisattva juga adalah kosong. Seseorang yang hidup di dunia ini akan menghadapi banyak penderitaan, ditindas oleh orang lain, atau dibohongi orang lain, atau merasa bahwa uang yang dimilikinya kurang, ketenarannya tidak cukup besar, atau tubuhnya tidak sehat, dan lainnya, seluruh penderitaan ini dianggap kosong di mata Buddha dan Bodhisattva. Karena semua ini hanya bersifat sementara. Apakah kamu akan menderita seumur hidup? Sampai kapan penderitaan ini akan berakhir? Sampai saat kamu meninggal, mungkin saja kamu akan terbebaskan, terbebas dari tumimbal lahir enam alam. Hari ini kamu berumur 60 tahun, 70 tahun … kamu sudah menderita selama bertahun-tahun lamanya, menurut kamu, apakah hal-hal yang membuat kamu menderita di masa muda sampai sekarang masih ada? Contohnya, sewaktu masih kecil, kamu tidak hati-hati membuat tulang kakimu patah, pada saat itu sakitnya luar biasa, namun sekarang apakah kamu masih ingat penderitaan pada waktu itu? Sudah tidak ingat lagi. Apakah kamu masih bisa merasakan penderitaan saat itu? Sudah tidak bisa merasakannya lagi. Oleh karena itu, Buddha dan Bodhisattva berpendapat bahwa kebahagiaan di dunia ini adalah kosong, penderitaan di dunia ini juga adalah kosong. Yang sekarang Master bahas dengan kalian hanya beberapa pemahaman dasar dalam menekuni Dharma, demi membantu kalian mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Saya merasa, setiap kali membahas tentang tingkat kesadaran Buddha dan Bodhisattva, hanya segelintir orang yang bisa mengerti sepenuhnya, maka saya hanya bisa menarik Ajaran Buddha Dharma kembali ke kehidupan duniawi supaya kalian bisa memahaminya, supaya kalian bisa lebih maju dan berkembang. Master sudah mengeposkan pembahasan tentang Bodhisattva tingkat kedua dan tingkat ketiga ke internet, ada banyak umat se-Dharma di internet yang mengatakan bahwa mereka kurang mengerti. Seseorang yang mampu benar-benar mengatakan tentang kebenaran mengenai Buddha dan Bodhisattva, mampu menguraikan ketidaksenangan di dalam hatinya sendiri, maka orang ini adalah Bodhisattva. Master membahas tentang penderitaan dan kebahagiaan, supaya kalian bisa memandangnya dengan setara, penderitaan adalah kebahagiaan, sedangkan kebahagiaan juga merupakan penderitaan. Karena ketika kamu sedang merasa terlalu senang, maka sesungguhnya kegembiraan ini juga disertai dengan suatu penderitaan. Mengerti? Kalian semua pernah menonton Acara Malam Tahun Baru Imlek (di TV Tiongkok), mengapa sang sutradara selalu memutarkan beberapa video tentang daerah yang dilanda bencana di dalam acara tersebut? Contohnya, tiba-tiba ada bencana banjir di suatu daerah, atau ada gempa bumi di suatu daerah dan lainnya, kemudian dengan ini memberikan penghormatan dan pernyataan turut berduka cita terhadap mereka. Inilah mengapa, seluruh acara sepanjang malam tidak dibiarkan menjadi acara yang sepenuhnya menggembirakan.

Dibangun di atas dasar apakah kebahagiaan kamu di dunia ini? Sebagian besar dasar itu adalah penderitaan. Karena saat penderitaan kamu sudah “mengendap” ke dasar, maka kamu baru bisa mengetahui apa itu kebahagiaan. Seseorang yang tidak memahami penderitaan, tidak akan memahami kebahagiaan. Jika seorang anak begitu dilahirkan mendapatkan layanan layaknya seorang kaisar, tidak pernah mengalami penderitaan apapun, maka dia tidak akan pernah mengetahui apakah kebahagiaan itu. Orang yang pernah mengalami hidup miskin, sewaktu dia sudah kaya raya, maka dia akan merasa sangat bahagia sekali. Seperti apakah penderitaan dan kebahagiaan di dunia ini? Ada banyak orang mengira dirinya sangat bahagia, juga ada banyak orang yang mengira dirinya sangat menderita. Contoh, ketika kalian sedang bertamasya, apakah kalian bahagia? Ya. Namun ketika kalian duduk di bus atau mengendarai mobil untuk pergi bertamasya selama 5 atau 6 jam, apakah ada penderitaan? Duduk sampai seluruh tubuh terasa ngilu dan pegal-pegal, menurut kalian apakah ini menderita? Penderitaan manakah yang tidak mengandung kebahagiaan? Kebahagiaan manakah yang tidak mengandung penderitaan? Begitu juga dalam membina pikiran, ketika pembinaan kamu masih belum mencapai kesempurnaan, maka kamu akan merasa sangat menderita; namun begitu kamu mencapai kesempurnaan, maka kamu akan merasa sangat bahagia. Bukankah benar begitu? Ketika kamu sedang melafalkan paritta, rasanya sangat menderita, namun setelah kamu melafalkan paritta, lalu kesulitan dan permasalahanmu semuanya bisa terselesaikan, bukankah kamu akan merasa bahagia?

Ketika seseorang di dunia ini masih belum mencapai pencerahan kesadaran spiritual, yakni ketika dia masih belum merasa bahagia, maka dia baru akan membedakan penderitaan dan kebahagiaan. Namun, begitu kamu benar-benar menyadari kebenaran yang sesungguhnya, maka dirimu sudah tidak akan lagi merasakan perbedaan antara penderitaan dan kebahagiaan. Di awal, Master sudah mengatakan bahwa menjalani penderitaan adalah suatu kebahagiaan, sedangkan sewaktu mengalami kebahagiaan, maka sesungguhnya saat itu kamu juga sedang menderita. Ada sebuah pepatah yang berbunyi, “Kebahagiaan di tengah penderitaan, adalah kebahagiaan tiada akhir”. Dengan menjalani lebih banyak penderitaan, kamu baru bisa menyadari bahwa kebahagiaan itu tidak mudah didapatkan. Ketika kamu lebih banyak merasakan kepahitan, kamu baru bisa mengetahui betapa berharganya rasa manis. Jika hari ini kamu tidak melafalkan paritta, bagaimana kebahagiaan bisa menghampirimu? Oleh karena itu, kalian harus bisa memandang penderitaan dan kebahagiaan diri sendiri dengan benar, ini adalah suatu dasar yang sangat penting dalam menekuni dan mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma.

Selanjutnya, Master akan menambahkan beberapa kalimat: bukankah kita harus memandang penderitaan sebagai sesuatu yang kosong? Sesungguhnya itu disebut sebagai “penderitaan yang kosong”, berarti penderitaan itu kosong. Kebahagiaan juga kosong, maka disebut sebagai “kebahagiaan yang kosong”. Penderitaan adalah kosong, sedangkan kebahagiaan juga adalah kosong. Kamu hidup di dunia ini pada dasarnya semua adalah kosong, maka apa yang perlu digembirakan? Apa yang perlu dikeluh-kesahkan? Jika seluruh penderitaanmu pada hari ini semuanya adalah kosong, lalu untuk apa kamu mengeluh? Kalau seluruh kebahagiaanmu pada hari ini hanya bersifat sementara, lalu untuk apa kamu bergembira? Oleh karena itu, di dalam agama Buddha dikatakan, penderitaan yang kosong dan kebahagiaan yang kosong, keduanya hanyalah sebuah fenomena.

Segala kebahagiaan di dunia ini adalah nafsu keinginan duniawi. Apa itu kebahagiaan? Bukankah itu hanya sebagian kecil dari nafsu keinginanmu? bersantap dengan senang, mulutmu terpuaskan dengan makanan enak, ini namanya nafsu makan, yakni nafsu keinginan terhadap makanan. Kekayaan, seksualitas, ketenaran, makanan, dan tidur, semua ini disebut sebagai lima nafsu keinginan. Karena memiliki banyak uang lalu merasa senang, itu adalah nafsu kekayaan. Jika merasa tidak senang ketika uangnya berkurang, juga disebut sebagai nafsu kekayaan, semua ini adalah nafsu keinginan. Ingin makan makanan enak, berarti nafsu makan sudah datang. Nafsu ketenaran seperti, saya ingin menjadi pejabat tinggi, saya ingin menjadi orang terkenal, ini adalah nafsu ketenaran. Seksualitas di sini merujuk pada hubungan pria dan wanita, ketika nafsu keinginan ini datang, maka kamu mulai memiliki nafsu seksual. Bahkan tidur sekalipun merupakan nafsu keinginan, ada sebagian orang yang tidak menyukai uang dan ketenaran, hanya suka tidur. Tidur juga merupakan suatu nafsu keinginan, dan ini adalah nafsu keinginan yang tidak baik. Seseorang yang sepanjang hari ingin tidur, tidak mau bergerak, berarti dia sudah tamak – tamak akan kenikmatan, tamak akan ketenangan dan kestabilan jiwa dan raganya sendiri, sedangkan ketamakan ini akan membuat kamu menyia-nyiakan banyak waktu yang berharga di dunia ini. Karena kamu bisa menghabiskan waktu yang berharga, waktu untuk melakukan jasa kebajikan, waktu untuk menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk sebagai waktu tidurmu. Orang-orang yang sudah lanjut usia, secara medis, cukup tidur selama 6 sampai 7 jam setiap malam. Jika seseorang yang sudah berumur namun suka tidur sepanjang hari, ini disebut Letargi. Yang Master bahas di sini adalah Ajaran Buddha Dharma, kalian jangan mengira Master sedang membahas tentang ilmu kedokteran. Kekayaan, seksualitas, ketenaran, makan, dan tidur, semua ini adalah nafsu keinginan duniawi.

Kebahagiaan duniawi juga merupakan suatu nafsu keinginan, sedangkan nafsu keinginan seperti ini bisa muncul pada hari ini dan hilang pada hari esok, mereka hanya membawa kebahagiaan yang bersifat sementara bagi kalian. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan duniawi, sedangkan kebahagiaan duniawi memiliki bersifat sementara dan keterbatasan tertentu. Keterbatasan berarti, berpandangan pendek, tidak memiliki toleransi yang cukup besar. Peribahasa “katak di dalam sumur” adalah contoh keterbatasan. Karena berada di dalam sumur, maka sewaktu orang lain bertanya: “Apakah kamu sudah melihat langit?” Dia menjawab: “Sudah, langit itu hanya sebuah lubang bundar”, ini adalah katak di dalam sumur. Apa yang sudah kalian pelajari sekarang di dalam menekuni Dharma? Kalian harus meneladani kelapangan hatinya yang seluas lautan, harus mempelajari kebijaksanaan Buddha. Master sering mengatakan kepada kalian untuk mempelajari kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva, sedangkan kalian masih belum menguasai kebenaran inti ajaran Buddha dan Bodhisattva, oleh karena itu, saya harus menggunakan sedikit pengetahuan Buddhisme yang lebih umum untuk menyadarkan kalian, agar kalian bisa benar-benar mengerti. Jika tidak, sia-sia saja saya berbicara, tidak ada gunanya.

Pertama-tama, seorang praktisi Buddhis harus mengurangi kebahagiaan duniawi. Dengan kata lain, kamu harus tidur lebih sedikit; kurangi mengonsumsi makanan yang enak; kurangi hal-hal yang berhubungan dengan pria atau wanita, ini berarti menyucikan pikiran dan mengurangi nafsu keinginan; kurangi keinginan akan ketenaran dan kekayaan, jangan mengejar ketenaran dan kekayaan. Yang terpenting uang yang dimiliki cukup untuk digunakan. Kita harus mengetahui bahwa harta kekayaan bagaikan “lubang tidak ada terbatas”, makanan juga adalah “lubang tidak ada terbatas”, sudah terkenal masih ingin lebih terkenal, sudah menjadi pejabat masih menginginkan jabatan yang lebih tinggi. Sampai kapan nafsu-nafsu keinginan seperti ini bisa berhenti? Hari ini memiliki pasangan wanita ini (atau pasangan pria), namun besok memikirkan wanita yang lain (atau pria yang lain), nafsu keinginan seperti ini selamanya akan terus meningkat dan memburuk. Oleh karena itu, Buddha dan Bodhisattva mengajarkan kita bahwa langkah awal dalam menekuni dan mempraktikkan Dharma, adalah pertama-tama harus bisa mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri, jangan lagi menginginkan nafsu keinginan duniawi seperti ini. Karena ketika kamu sudah mengurangi kegembiraan duniawi, kamu baru bisa merasakan, yakni kamu baru bisa merasakan sukacita di dalam hatimu.

Apakah kebahagiaan di hati? Itu adalah kebahagiaan yang muncul dari dalam lubuk hatimu. Hari ini saya tidak serakah terhadap hal ini, maka hati saya akan dipenuhi dengan kepuasan dan senantiasa berbahagia, maka hati saya akan merasa senang. Hari ini baik terpilih maupun tidak sebagai pimpinan utama, saya tidak masalah, maka hati saya akan merasa tenang, inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Hari ini tidak peduli punya uang atau tidak, saya tetap akan membina pikiran dengan baik-baik, maka kamu adalah seorang praktisi Buddhis yang sangat bahagia. Ingatlah untuk mengurangi nafsu keinginan, ini sangat penting.

Kita harus bisa merasakan kebahagiaan di hati. Apa maksudnya merasakan kebahagiaan di hati? Ketika terdapat lebih banyak kebahagiaan di hatimu, maka seluruh tubuh dan jiwamu, bahkan lingkungan di sekitarmu akan turut berubah. “Jing shen — jiwa kesadaran” seseorang adalah sesuatu yang benar-benar keluar dari dalam lubuk hati seseorang. Jika dibalik akan menjadi “shen jing – gangguan mental”. Seseorang yang berbahagia, pertama dia pasti bisa tertawa, benar-benar tertawa dengan tulus dari dalam hatinya. Saya sudah merasa puas, saya merasa sangat bahagia, saya juga tidak memiliki kekhawatiran apapun, saya sudah merelakan segalanya. Sedangkan dari kelima nafsu keinginan ini, meskipun kamu sudah bisa melepaskan harta kekayaan, bisa melepaskan ketenaran, bahkan bisa melepaskan nafsu seksualitas, melepaskan nafsu terhadap makanan, namun kamu masih memiliki nafsu keinginan atas tidur yang masih belum bisa dirimu lepaskan. Banyak orang yang suka tidur, padahal tidur tidak baik, apakah kalian mengerti? Seseorang yang tidur berlebihan akan menjadi lesu dan tak bertenaga. Jika kalian tidak percaya, coba saja tidur terus-menerus selama 5 hari, maka setelah bangun, kamu tidak akan mengetahui mana arah timur, selatan, barat, dan utara (tidak bisa menemukan arah), kamu mungkin tidak ingat apa-apa lagi. Ini juga merupakan suatu penderitaan. Maka tidur pun juga merupakan nafsu keinginan, sedangkan nafsu keinginan ini harus dilenyapkan. Jika ingin tidur terus, maka kapan kamu melafalkan paritta? kamu hanya ingin tidur, lalu kapan menyelamatkan kesadaran orang lain? Ingatlah, seseorang yang memiliki keserakahan berlebihan terhadap kelima nafsu keinginan ini, tidak akan berpikir untuk membina pikirannya baik-baik. Karena kamu sepanjang hari sibuk mengejar keinginan-keinginan ini, lalu bagaimana mungkin kamu memiliki mentalitas yang bagus untuk membina pikiran?

Ingatlah, kita harus memiliki disiplin diri. Apakah disiplin diri? Yakni kita harus bisa mendisiplinkan diri sendiri dengan ketat. Ada banyak orang yang mengira bahwa melakukan hal-hal ini dalam kehidupan sehari-hari tidak ada salahnya. Memang benar, kamu tidak salah melakukan demikian, karena kamu adalah manusia. Sekarang saya ingin mengubah kalian semua menjadi Bodhisattva. Tuntutan kalian terhadap diri sendiri tidak cukup, benar-benar tidak cukup, maka harus berusaha keras untuk melakukan jasa kebajikan. Contoh sederhana: sewaktu kamu memanjat ke atas gunung, bukankah kamu harus berusaha lebih keras? Walau sudah berusaha lebih keras, namun terasa tetap sangat lambat, begitulah logikanya. Jika kamu tidak maju ke depan, maka kamu pasti akan mundur ke belakang. Ini seperti pepatah, “jika tidak maju, maka pasti mundur”. Seorang praktisi Buddhis yang sudah menapaki jalan pembinaan diri ini, jika tidak memajukan diri maka pasti akan mengalami kemunduran.

Seseorang yang terlalu melekat pada kebahagiaan duniawi, tidak akan memiliki waktu untuk membina pikirannya. Maka kalian harus memiliki standar yang tinggi terhadap diri sendiri, tidak boleh memiliki pemikiran tamak terhadap apapun. Hidup ini terbatas, jiwa dan semangat ini juga terbatas, hanya dengan menggunakan hidup yang terbatas ini menjadi tidak terbatas dalam menyelamatkan kesadaran spiritual orang lain, maka hidupmu baru bisa menjadi tidak terbatas. Saya beri kalian satu contoh maka kalian akan mengerti: seorang guru tempat penitipan anak yang sudah berusia lanjut, tetapi dia tidak akan merasa lelah ketika melihat anak kecil dan bermain bersama mereka, hanyalah senang. Ini berarti dia telah mengubah hidupnya yang terbatas dan sudah berumur ini menjadi hati yang polos sama seperti anak-anak kecil tersebut, pada saat itu, dia tidak akan merasa waktu ini sangat panjang. Kita sekarang meneladani Bodhisattva untuk menolong orang lain, maka hidup kita otomatis akan perpanjang. Biasanya Master mengkritik kalian, itu demi kebaikan kalian, sama seperti orang tua terhadap anaknya, jika tidak mengkritik kalian, berarti tidak baik terhadap kalian, tidak bertanggung jawab terhadap kalian. Jika tidak ada orang yang mengkritik kalian, bagaimana mungkin kalian bisa menekuni Dharma? Kamu menyembah Guan Shi Yin Pu Sa, apakah kamu bisa menyadari semua kebenaran ini? Guan Shi Yin Pu Sa sekarang memberitahu kalian melalui Master, mengajarkan kalian bagaimana membina pikiran dan membina diri di dunia ini.

Oleh karena itu, seseorang yang tamak akan kebahagiaan duniawi, tidak akan memiliki waktu sama sekali untuk membina dirinya, lalu mengapa kita harus menjalani pembinaan yang keras? Mengapa kita tidak bisa membina diri dengan gembira? Karena membina diri secara keras bisa mendorong kamu memasuki jalan pembinaan diri, karena ketika kamu sudah mengetahui apa itu penderitaan, karena kamu sudah mengendalikan diri, maka kamu baru bisa menemukan cahaya terang, baru bisa menemukan arah pembinaan diri. Contoh sederhana: banyak orang yang minum minuman keras di bar, setelah mabuk, apakah dia bahagia? Dia akan tertawa hahaha… Namun begitu keluar dari bar, lalu di manakah jalannya? Dia tidak bisa menemukan arah, dia tidak bisa menemukan jalan pulang ke rumah, benar tidak? Jika di bar, dia tidak kebanyakan minum minuman keras, dia mengendalikan diri, dan keluar dari bar dengan pikiran yang sadar, maka dia akan mengetahui di mana dirinya, mengetahui ke mana seharusnya dia pergi. Justru karena minum minuman keras secara berlebihan, gembira berlebihan, maka tidak bisa menemukan jalannya.