37. Menggunakan Kekuatan Pikiran Untuk Mengatasi Halangan Kerisauan 用心力克服烦恼障

37. Menggunakan Kekuatan Pikiran Untuk Mengatasi Halangan Kerisauan

Master melanjutkan pembahasan tentang poin penting dalam pembinaan pikiran. Seseorang yang ingin membina pikiran, lalu apa poin pentingnya? Yakni mengatasi kerisauan dan kebiasaan diri sendiri. Apakah kerisauan banyak? Setiap hari ada. Apakah kebiasaan dalam diri sendiri banyak? Banyak. Apa arti kebiasaan? Biasa merujuk pada kebiasaan buruk, seperti: memarahi orang, emosi, menyindir orang, hanya ingin mengonsumsi makanan enak tidak ingin mengonsumsi makanan yang tidak enak, hanya ingin memperoleh tidak ingin memberi, dan lain-lain, semua ini termasuk kebiasaan buruk. Mengertikah? Oleh karena itu diri sendiri harus mengatasi kerisauan dan kebiasaan buruk, inilah langkah awal dalam membina pikiran. Jika menggunakan bahasa sederhana, berarti kerisauan menjadi sedikit berkurang, kemampuan untuk membina pikiran menjadi lebih besar, semakin dibina semakin besar kekuatannya. Orang yang memiliki sedikit kerisauan, kekuatan spiritualnya akan menjadi semakin besar. Seseorang yang sepanjang hari merasa risau, tidak bisa membina pikiran dengan baik. Misalnya, hari ini kalian hadir untuk mendengarkan kelas Master, bukankah ini merupakan pembinaan pikiran? Jika pikiranmu dipenuhi kerisauan, apakah kamu bisa menyerap pelajaran? Apakah kamu bisa membina diri dengan baik? Jika hari ini kamu hadir dengan pikiran yang dipenuhi kerisauan: permasalahan anak, permasalahan keluarga, permasalahan kantor… walaupun kamu duduk di sini, tetapi pikiranmu tidak tenang, menurutmu, apakah bisa membina diri dengan baik? Saya beri tahu kalian, orang yang duduk di sini, namun pikiran tidak berada di sini, inilah halangan kerisauan. Apa arti halangan kerisauan? Yaitu kerisauan sudah menghalangimu. Oleh karena itu, kebiasaan buruk harus dihilangkan, maka semakin dibina, kekuatan akan semakin besar, harus membina diri hingga kebiasaan buruk menjadi semakin berkurang, membuat kerisauan menjadi semakin berkurang. Di sini terkandung sebuah prinsip, lalu apa prinsip kebenarannya? Ini adalah “kebangkitan kembali” bagaikan pantulan sinar yang menyorot kembali. Master menjelaskan untuk kalian apa itu kebangkitan kembali? Orang tersebut sudah sakit selama setahun, lalu tiba-tiba dia sadar dan terbangun, otaknya sangat jernih, semua orang mengira dia sudah sembuh, namun tidak lama kemudian malah meninggal, ini dinamakan kebangkitan kembali. Kamu ini seumur hidup tidak berpikiran jernih, tiba-tiba otak menjadi jernih, semangat menggebu-gebu, ini dinamakan kebangkitan kembali. Orang ini biasanya sangat kasihan, namun tiba-tiba pikiran dia terbuka sepenuhnya, dia mulai menertawai orang lain, langit dan bumi, orang ini sudah bangkit kembali. Di sini menjelaskan pada kalian apa itu “kebangkitan kembali” dalam agama Buddha? Ketika kamu sudah menekuni Ajaran Buddha Dharma dalam kurun waktu tertentu, kamu masih belum sepenuhnya memahami prinsip kebenaran dalam menekuni Dharma. Di saat kamu sudah menjalaninya dalam kurun waktu tertentu, kemudian kamu menoleh kembali “jalan-jalan” yang telah kamu lalui, kamu akan memahami: “Ternyata kalimat-kalimat yang saya pelajari dalam Dharma itu merujuk pada kebiasaan buruk saya di masa lalu? Oh, saya sudah mengerti.” Ini seperti kalian dahulu merokok, sekarang setelah kamu menekuni Dharma, apakah masih merokok? Dahulu kalian sering marah-marah, sering menyindir orang lain, sekarang setelah kalian menekuni Dharma mengikuti Master, sewaktu kalian menyorot kembali “cahaya” ini untuk menyinari masa lalu kalian, sekarang menyadari bahwa kamu sudah melakukan kesalahan, ini yang disebut dengan kebangkitan kembali. Menggunakan cahaya Kebuddhaan untuk menyinari kesalahan yang pernah kalian lakukan dahulu, menyinari jiwa kalian yang kotor. Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Melihat uang orang jatuh ke lantai, apakah kalian akan memungutnya? Apakah akan mengambilnya? Inilah kekotoran dalam jiwa kita. Master beri tahu kalian, suka mengambil keuntungan dari orang lain, sesungguhnya merupakan kerugian terbesar, sedangkan orang yang berdana, sesungguhnya adalah orang yang mendapatkan keuntungan terbesar. Master jelaskan dengan menggunakan contoh  hal duniawi, hari ini Master berdana melakukan sesuatu itu paling banyak, oleh sebab itu, saya memperoleh penghormatan dan dukungan dari jutaan orang. Ketika orang-orang melihat Master, semua begitu menghormati Master, karena Master sedang berdana. Jika hari ini saya berkata, setiap orang yang hadir Master kenakan biaya 100 Yuan, coba kalian pikirkan, akan jadi seperti apa sosok diri Master? Seseorang harus memiliki integritas moral, apalagi setelah membina pikiran, terlebih harus memiliki integritas moral yang lebih tinggi. Master pernah membahas dengan kalian, bahwa Guan Yin Tang stasiun radio 2OR Oriental bagaikan sebuah kolam renang yang bersih, sebuah kolam teratai yang bisa membuat kalian bermandikan cahaya Buddha, apabila tubuh orang ini teramat sangat kotor, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh kudis, jika orang ini masuk ke kolam renang dan berenang, siapa yang berani datang berenang lagi? Jika Master tidak memiliki kekuatan Dharma, begitu banyak orang di seluruh dunia yang sekali melafalkan paritta, lalu mengapa Master bisa segera mendatangi rumahnya untuk membantu mereka? Bukan karena kekuatan Dharma Master yang tidak terbatas, yakni kekuatan Dharma Buddha dan Bodhisattva yang tidak terbatas, yakni kekuatan Dharma Guan Shi Yin Pu Sa tidak terbatas, karena Ajaran Buddha Dharma yang luar biasa, mengerti? Jangan ingin meraup keuntungan kecil, orang yang suka meraup keuntungan kecil pasti akan mendapatkan kerugian besar. Dahulu di televisi dan komik, kisah seperti ini sangat banyak. Akibat mengambil sedikit barang orang lain, kemudian malah dikendalikan oleh orang lain, harus melakukan apapun yang dia minta, terakhir saat semua masalah terbongkar, akhirnya divonis hukuman tembak mati. Jangan mengambil keuntungan kecil dari orang lain, seorang praktisi Buddhis harus memahami prinsip kebenaran, mengerti?

Harus bisa menghilangkan perasaan khayalan di dalam hati. Apakah yang dimaksud perasaan khayalan? Yaitu perasaan yang muncul dari khayalan. Pemikiran khayalan, adalah pemikiran yang tidak seharusnya dipikirkan. Melakukan yang tidak seharusnya dilakukan, juga karena di dalam pikiranmu telah muncul hal-hal yang tidak baik terlebih dahulu. Mengerti? Hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan telah kalian pikirkan? Hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan telah kalian lakukan? Siapa di antara kalian yang berani berkata “Saya tidak pernah memikirkan, saya tidak pernah melakukan”? Coba dipikirkan kembali, menyesali, juga sudah terlambat. Master berharap kalian selamanya harus ingat, harus percaya bahwa Ajaran Buddha Dharma tidak terbatas, jangan lakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Orang yang berpikiran bodoh baru bisa berkhayal, oleh karena itu, disebut “berangan-angan”. Kebodohan dalam “ketamakan, kebencian, dan kebodohan”, berarti bodoh. Jika menggunakan istilah masa kini, disebut bebal, otak sudah “rusak”.

Tidak boleh membina diri dengan keterikatan rupa. Dengan kata lain, apabila kamu membina diri berdasarkan keadaan di sekitarmu, maka kamu tidak bisa membina diri dengan baik. Misalnya, hari ini kamu masih belum bisa mempunyai anak, lalu terikat pada rupa, “Aduh, sampai hari ini masih belum mempunyai anak, harus bagaimana?” Pikiran ini berhenti di masalah “tidak bisa mempunyai anak”, kemudian terus menerus memohon. Membina pikiran demi memiliki anak, ketika anak lahir, tujuan sudah tercapai, maka dia tidak akan membina diri dengan baik lagi. Oleh karena itu jangan membina diri dengan keterikatan rupa, mengerti? Jika ibu tua ini datang, hanya demi bisa memperoleh panjang umur, maka setelah dia meninggal dunia, jasa kebajikan akan hilang. Karena segala paritta yang ia lafalkan telah digunakan demi memperpanjang umurnya, maka di saat dia meninggal, kesadaran spiritualnya tidak akan bisa naik. Ini dinamakan dengan “membuang semangka dan memungut biji wijen”. Bagi ibu-ibu lanjut usia harus membina apa? Harus membina diri baik-baik, harus membina diri sampai benar-benar bersih, sampai ke Alam Surga, harus meningkatkan kesadaran spiritual, jika membina diri seperti ini, maka umurmu akan menjadi semakin panjang, tidak perlu memohon panjang umur, tetapi umurmu akan bertambah, selain itu, setelah meninggal, masih memiliki pegangan. Karena semua yang kamu bina untuk mencapai ke Alam atas, bukan ke alam bawah. Jika hanya memohon panjang umur, waktu di dunia juga hanya sepanjang itu saja, lalu berdasarkan tubuh dan kesehatanmu, walaupun memberimu  hidup sampai 100 tahun, apakah kamu masih bisa terus hidup? Walaupun kamu bisa menempati rumah ini selama 100 tahun, lalu apakah kamu bisa terus tempati? Saat hujan, lalu bocor, maka sudah tidak bisa diapa-apakan, rumah ini harus dibongkar dan dibangun kembali, bagaimana mungkin kamu bisa terus tempati? Manusia sama seperti rumah, jika orang yang tidak memiliki keyakinan maka bagaikan sebuah rumah tanpa pilar penunjang utama, seperti rumah tanpa fondasi, begitu goyang akan segera ambruk. Sekali dikatai orang, lalu “tidak mau melafalkan paritta lagi”, inilah logikanya. Sebuah rumah harus memiliki pilar penunjang utama, manusia juga harus memiliki tulang punggung, sedangkan tulang punggung ini adalah keyakinan – “Saya percaya Guan Shi Yin Pu Sa pasti bisa menolong saya.” Master tidak pernah meminta kalian memohon kekayaan. Master mengajarkan kalian memohon apa? Mengajarkan kalian memohon karir, masa depan, karena ini semua berkaitan, akan tetapi ini merupakan permohonan manusia awam, jika orang yang benar-benar membina diri dengan baik, dia tidak akan memohon hal-hal seperti ini lagi. Contoh: orang yang membuka usaha kecil sangat kesusahan sekali, setiap hari memohon supaya bisnis laris. Jika bisnis sudah laris, akan sibuk setengah mati, kelelahan sampai pegal-pegal di sekujur tubuh. Benar tidak? Saya tidak memohon bisnis laris, saya tidak mempermasalahkan, jika bisnis laris maka itu merupakan hal yang lumrah, jika tidak laris juga tidak apa-apa, sedikit uang ini juga sudah mencukupi. Itu karena kamu tidak memohon kekayaan, jika kamu bersikeras memohon, maka kamu harus membayar dengan kekuatan berkali lipat. Dengan kata lain, uang yang kamu dapatkan dari kerja lembur, maka kamu pasti harus bekerja lebih banyak daripada orang lain, lebih banyak yang kamu lakukan maka lebih banyak tenaga yang terkuras, alhasil stamina tubuh kamu pun akan menurun. Benar tidak?

Selanjutnya Master membahas tentang, keseharian harus tetap tenang dalam menghadapi apapun, menghadapi situasi tertentu atau godaan harus menyesuaikan jodoh. Jika hari ini tiba-tiba orang lain bersikap buruk terhadap saya, maka saya menyesuaikan jodoh; Jika hari ini tiba-tiba muncul suatu masalah, saya menyesuaikan jodoh; Hari ini saya terjatuh, aduh, saya sudah terhindar dari satu malapetaka, saya menyesuaikan jodoh. Ini dinamakan menghadapi segala situasi dengan menyesuaikan jodoh. Dengan kata lain saat menghadapi perubahan keadaan, saya akan menyesuaikan jodoh ini. Jika kamu baik terhadap saya, maka kita terus melanjutkan hubungan ini; Jika kamu tidak baik terhadap saya, maka kita menjadi teman saja, siapa tahu pada suatu hari nanti, kamu menjadi milik saya, yang seharusnya menjadi milik saya pada akhirnya akan tetap menjadi milik saya. Kalian anak-anak muda saat berpacaran harus berpegang pada pemikiran seperti ini, namun jangan memilih “Jika kamu mencampakkan saya, maka dunia saya akan runtuh, dan menderita setengah mati.” Sudah tidak waras ya? Itu hanya di film. Di kehidupan nyata, jangan berpikir begitu banyak, jika memang milikmu, maka akan menjadi milikmu, bukan kamu dapatkan secara paksa, jika dipaksa maka akhirnya akan bercerai. Mengerti? Harus bisa memahami prinsip ini. Harus belajar untuk mengendalikan diri untuk tidak meluapkan amarah. Apa arti dari belajar untuk mengendalikan diri untuk tidak meluapkan amarah? Mengendalikan kekurangan diri sendiri, menghilangkan kebiasaan buruk diri sendiri, jangan luapkan amarahmu. Harus sering memikirkan tubuh dan pikiran sendiri. Apa itu tubuh dan pikiran? Tubuh dan pikiran adalah ilusi palsu. Hal yang saya pikirkan hari ini, segala hal yang tubuh saya rasakan hari ini, semua hanyalah ilusi. Sebentar ada, sebentar tiada, ini dinamakan ilusi. Seperti anak kecil di saat mendapatkan uang 100 Yuan merasa gembira sekali, setelah membeli barang, uang kembalian hanya tinggal beberapa uang logam saja. Inilah ilusi. Karena uang tidak bisa kamu simpan, hidup ini juga tidak bisa kamu pertahankan terus menerus– semua hanyalah ilusi. Oleh karena itu, diperlukan tubuh dan sifat yang nyata. Apakah yang dimaksud dengan tubuh dan sifat yang nyata? Yakni tubuh yang memang benar-benar nyata, dan jiwa yang benar-benar nyata. Hari ini yang saya katakan “satu” adalah “satu”, “dua” adalah “dua”, saya bisa mempertanggungjawabkan sesuai hati nurani saya, saya bisa mempertanggungjawabkan sesuai dengan tubuh saya sendiri.  Manusia sangat sulit meniadakan keakuan sendiri. Ketika kamu sudah melupakan diri sendiri, “sudah tidak memiliki aku lagi, hari ini saya sudah bukan diri saya sendiri”, dari mana datang kerisauanmu? Sudah tidak memiliki pemikiran utama, kamu sudah menghilangkan “tokoh utama” yakni dirimu sendiri, coba kamu katakan, apakah kamu masih memiliki kerisauan? Jika tidak memiliki kerisauan. Orang lain memarahi saya, karena masih ada “keakuan”; Orang lain memukul saya, karena masih ada “keakuan”, kamu sudah jadikan diri sendiri sebagai penghadang di luar, kamu sudah menambah kerisauan. Contoh yang kurang enak didengar: Ketika sakit jiwa, tidak mengenali siapa dirinya, walaupun orang lain memarahinya, dia hanya tertawa saja. Menurut kamu, apakah dia memiliki kerisauan? Tidak memiliki kerisauan. Tentu saja Master tidak meminta kalian menjadi penderita sakit jiwa, melainkan meminta kalian menjadi orang yang melupakan diri sendiri (keakuan) di dunia ini, menjadi orang yang mampu melupakan diri sendiri dan tidak egois. Seseorang yang tidak memiliki ego, yang melupakan dirinya sendiri, yakni orang yang terlihat bodoh, namun sangat bijaksana, dia baru tidak akan memiliki kerisauan. Sekarang Master sangat bahagia: “Sudah tiada aku dalam diri saya, saya milik semua orang”, tanpa keegoisan di hati maka dunia ini akan terasa lapang, bisa berpikiran terbuka. Tanpa keakuan, dari mana datangnya kerisauan dalam hidup ini? Sudah tidak mempermasalahkan lagi. Kalian karena masih memiliki keakuan, baru bisa melampiaskan amarah, jika sudah tiada“keakuan” lagi, bagaimana kamu dimarahi, juga tidak mempermasalahkan, ini adalah kesadaran spiritual yang harus dicapai, mengerti?

Terakhir, Master beri tahu kepada semua, harus memandang diri sendiri sebagai sesuatu yang kosong, dengan begitu baru bisa mengatasi kerisauan. Harus melihat diri sendiri menjadi kosong hari ini, maka tidak memiliki kerisauan. Bagaimana kebanyakan orang mengatasi kerisauan? Sering berpikir, “Apa hebatnya saya, apa yang saya miliki? Saya tidak memiliki apapun, saya sesungguhnya tidak memiliki apa-apa. Orang lain memarahi saya, kamu marah saja, saya sudah tidak mempermasalahkannya.” Maka kamu sudah menjadi kosong. Mengerti? Karena keterbatasan waktu, sekian dulu pembahasan hari ini.