18. Menjalankan Sepuluh Sila 立身十戒

18. Menjalankan Sepuluh Sila

Selanjutnya Master membahas tentang menjalankan sepuluh sila.

Pertama, mewaspadai ucapan dan perilaku agar mengurangi kesalahan. Dengan kata lain, harus sangat berhati-hati dalam berbicara dan berperilaku, baru bisa mengurangi kesalahan yang dilakukan. Petaka keluar dari mulut. Jika mulut sembarangan bicara, sembarangan bersikap, akhirnya menimbulkan masalah. Coba saja kalian lihat anak-anak gadis di Australia yang menjadi korban pemerkosaan, sebagian besar karena mereka bepergian tengah malam dengan mengenakan rok mini, mengundang orang lain melakukan kejahatan. Masalah ini sudah dibahas oleh banyak agama, kemudian masih menimbulkan perdebatan. Hari ini Master di sini tidak akan membahas baik buruknya, hanya membahas perbuatan ini sangat mudah membuat orang lain berpikiran jahat, dan menyebabkan diri sendiri menjadi korban.

Kedua, mengontrol makanan agar menghormati pikiran. Seseorang yang tidak banyak makan berarti menghormati pikiran sendiri, maka otak tidak akan lambat merespon. Karena otak dan pikiran saling terhubung. Mengapa orang yang gemuk otaknya bekerja lebih lambat? Coba lihat saja, di antara orang-orang yang gemuk, ada berapa banyak yang cerdas? Makan terlalu banyak, tubuh menjadi gemuk, maka otak tidak bisa terkontrol.

Ketiga, mengurangi kegemaran akan memelihara pikiran. Dengan kata lain, semakin sedikit kegemaran atau hobi kamu, maka pikiranmu akan menjadi semakin tenang. Suka minum teh, hobi ini tidak terkategori buruk bukan? Namun ada sebagian orang di tempat-tempat tertentu senang menikmati teh, bisa menghabiskan waktu seharian untuk meminum teh, ini berarti membuang-buang waktu. Oleh karena itu, hobi semakin sedikit semakin bagus, contohnya minum arak, merokok, berjudi, perbuatan asusila, dan lainnya. Jika tidak ada kegemaran dalam pikiran kita, maka semakin tidak memiliki nafsu keinginan, pikiran akan menjadi semakin tenang. Apabila pikiran tidak bisa tenang, bagaimana bisa membina pikiran?

Keempat, bertahan dalam kesulitan dan bekerja keras dengan kesungguhan hati. Apabila seseorang mampu bersabar, rela bekerja keras dan tidak takut dikritik orang, maka hati atau pikiran orang ini sangat tenang. Saya yang melakukannya, saya  melakukannya dengan sungguh-sungguh, senang bukan? Kata-kata Mutiara Buddhis dari Bodhisattva mengajarkan kita bagaimana berperilaku selayaknya seorang manusia. Umur manusia terbatas, namun masih tetap merokok; sudah menasihati kamu jangan mengikuti lomba balap mobil, namun tetap bersikeras menyetir dengan sangat laju; sudah menasihati kamu lebih hati-hati dalam menyetir, namun masih mengendarai mobil setelah minum arak, maka akan menimbulkan buah karma buruk. Bodhisattva mengajarkan kita untuk lebih banyak olah fisik. Berolah fisik berarti berolahraga, berolahraga adalah keindahan. Setelah berusaha sekuat tenaga, kamu baru bisa merasa nyaman, dan kamu tidak akan menyesal maupun sedih.

Kelima, berhati-hati dalam kegembiraan dan kemarahan, supaya bisa menenangkan diri. Dengan kata lain, ketika merasa senang, harus sangat berhati-hati, sewaktu marah, juga harus berhati-hati, karena energi vital berhubungan langsung dengan sukacita, amarah, kesedihan, dan kegembiraanmu. Saat marah, melampiaskan amarah, merasa senang, penuh sukacita, semua ini karena energi vital kamu sedang bergerak. Jika seseorang tidak memiliki energi vital, bukankah dia sudah meninggal? Bukankah manusia hidup hanya mengandalkan sebuah nafas? Oleh karena itu, harus jaga nafas diri sendiri ini dengan baik. Ada banyak orang yang mengira dirinya menang lotere, namun ternyata dia melihat angka 6 menjadi 9, kegembiraan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, harus berhati-hati terhadap kegembiraan maupun amarah. Hari ini sebelum marah-marah, pikirkan baik-baik: Apakah saya sepatutnya marah? Apakah pantas marah-marah? Apakah ini bisa merusak kesehatan saya? Apakah ini bisa menyakiti orang yang saya kasihi? Saya tidak mau marah lagi. Jika hari ini saya bersukacita, saya merasa senang, terlalu senang juga tetap akan bermasalah, karena seiring dengan datangnya kebahagiaan, akan diikuti oleh malapetaka dibagian akhir. Ini adalah unsur ‘yin’ dan ‘yang’, sedangkan ‘yin’ dan ‘yang’ saling berkesinambungan. Seseorang seumur hidup tidak akan selamanya mengalami kelancaran, juga tidak akan selamanya mengalami kesialan. Orang-orang saat memahami kebahagiaan dan kemarahan, seringkali melupakan hal yang bahagia, karena ketika dia sedang berbahagia, dia tidak akan terlalu merasa bahwa dia sedang berbahagia. Kalian cobalah, saat menonton film komedi dan kamu tertawa, kamu sendiri tidak akan merasakannya, hanya merasa senang saja. Namun ketika seseorang sedang marah atau sedih, maka dia akan mengetahui bahwa dirinya sedang bersedih, “Saya tidak bisa melewatinya.” Mengerti? Sesungguhnya, Bodhisattva berada di dunia ini bersama kita. Coba pikirkan, semua ini adalah pengajaran Bodhisattva kepada kita tentang bagaimana kita menjadi orang yang baik. “Bisa menjadi orang, baru bisa menjadi Buddha”. Jika kamu bisa berperilaku seperti Bodhisattva, bukankah berarti dirimu adalah Bodhisattva? Tenang, berarti pikiran tenang dan cara bersikap pun menjadi lembut.

Keenam, menghentikan perilaku berlebihan agar mencapai keberhasilan. Seseorang yang membual, sama dengan membesar-besarkan (hiperbola). Sudah jelas hanya masalah kecil, namun dia malah mengatakannya menjadi sangat besar, disebut juga membesar-besarkan. Manusia hidup di dunia ini jangan hiperbola. Master selalu bersikap rendah hati ketika menolong orang-orang di stasiun radio. Akan tetapi ada banyak pendengar yang terlalu menggebu-gebu perasaannya, lalu menyebut Master sebagai Bodhisattva. Master menyebut diri sendiri adalah“Master Lu”. Hidup di dunia ini, maka harus menggunakan nama dalam Dharma selama di duniawi, berarti diri sendiri setara dengan orang lain. Jika kalian memanggil Master sebagai Bodhisattva hidup, berarti Master sudah tidak setara dengan kalian, Master sendiri juga akan merasa sangat sedih. Karena kalian memperjauh jarak dan tingkat kesadaran spiritual kalian dengan Master. Pada hari itu, saat acara pesta malam Natal, ada seorang teman se-Dharma yang duduk di sebelah Master berkata, “Master juga makan?” Dia merasa aneh, Bodhisattva mengapa juga bisa makan? Oleh karena itu, tidak boleh takhayul. Sebagai manusia, jangan terlalu membesar-besarkan diri sendiri. Karena kamu sedang menggunakan jiwa dan kebijaksanaan Bodhisattva untuk menolong orang-orang. Sesuatu yang ditunjukkan oleh tubuh fisikmu belum tentu sama dengan Bodhisattva. Akan tetapi ketika membabarkan Dharma atau menolong orang lain, kamu sudah pasti adalah Bodhisattva yang sesungguhnya. Biasanya kamu boleh bergurau sedikit. Master kemarin di jalan juga menyesuaikan jodoh menolong satu orang, menasihatinya sampai dia mendengarkan semuanya dan terdiam di sana. Ini yang disebut “Pergi ke mana pun, senantiasa menolong orang-orang di mana pun.” Harus menggunakan berbagai macam cara untuk menolong orang-orang. Mengerti? Master akan berbicara menyesuaikan sifat orang yang datang menemui Master. Jangan angkuh, harus mencapai keberhasilan dengan usaha bersama. Yaitu, terhadap segala hal, kita semua harus bersama-sama menyelesaikannya dengan baik. Apakah kamu akan salah jika mengandalkan pada kekuatan bersama dalam melakukan setiap hal? Jika kamu melakukannya sendiri, maka mungkin kamu bisa melakukan kesalahan. “ji si guang yi – mengumpulkan pendapat dan menerima manfaat yang lebih luas”, semua kata-kata yang sangat jelas, ini merupakan Ajaran Buddha Dharma yang ditransformasi menjadi bahasa sehari-hari untuk menyelamatkan kesadaran spiritual orang-orang, kalian harus belajar dengan baik-baik.

Ketujuh, utamakan mengalah supaya bisa berbaur dengan semua orang. Dengan kata lain, kita hidup dalam masyarakat, harus belajar untuk mengalah. Seseorang yang tidak mau mengalah, tidak akan bisa hidup berkelompok, tidak bisa hidup bersama-sama dengan orang lain. Apa yang mau disombongkan? Coba kalian lihat, ada sebagian negara-negara kuat yang ingin menjadi polisi internasional, yang bisa menyerang siapapun yang ingin diserangnya, namun akhirnya dia jadi sering diserang orang lain, dampak utamanya adalah menyebabkan kemunduran ekonomi, selain itu banyak negara tidak menyukainya. Baik satu orang atau satu negara, harus belajar untuk mengalah. Mengutamakan berarti menjunjung tinggi, menghormati, menyebarluaskan. Mundur selangkah, lautan masih luas dan langit masih kosong, mengalah satu langkah akan menyongsong masa depan yang cerah. Banyak orang yang semakin mengalah, masa depannya semakin cerah; semakin gegabah, masa depan semakin sulit.

Kedelapan, berhati-hati dalam membuat janji untuk mendapatkan kepercayaan penuh. Dengan kata lain, harus berhati-hati dalam mengucapkan janji supaya orang lain bisa sepenuhnya mempercayaimu. Jika ingin mendapatkan kepercayaan, maka sebisa mungkin jangan suka membual, sebisa mungkin jangan mengatakan kebohongan. Standar Master kepada kalian sudah sangat rendah, Master ingin kalian berusaha untuk tidak membual, berusaha jangan berbohong. Karena satu kebohongan memerlukan sepuluh kebohongan lainnya untuk menutupinya, selain itu banyak orang yang berbohong, namun dirinya sendiri lupa, dan akhirnya diri sendiri mengatakan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kalian harus ingat hal ini baik-baik.

Kesembilan, mengurangi pengeluaran untuk menghemat berkah. Sebisa mungkin kurangi pemborosan dalam hidupmu dan biaya pengeluaran dalam keluarga, kita harus menghargai keberuntungan. Mengapa di Alam Manusia, kita bisa membina diri sampai ke Alam Surga, namun juga bisa jatuh ke Neraka? Sesungguhnya Alam Manusia adalah alam yang sangat aneh, karena alam ini merupakan tempat untuk meminjam kepalsuan demi membina kebenaran. Apabila kamu tekun membina diri di Alam Manusia, maka kamu mungkin selamanya tidak akan jatuh ke bawah. Namun jika kamu menggunakan tempat ini untuk melakukan banyak sekali kejahatan, maka kamu mungkin selamanya tidak bisa lagi menjadi manusia. Alam Manusia bagaikan stasiun transit. Ada banyak pendengar yang bertanya kepada Master, mengapa kita hanya bisa menjalani pembinaan diri di Alam Manusia? Master tidak punya waktu untuk menjawabnya, hari ini saya akan memberi tahu kalian:  karena di Alam Manusia memiliki jiwa dan raga, maka kita bisa menjalani pembinaan ganda. Apakah Alam Setan memiliki raga? Apakah Alam Asura memiliki raga? Apakah binatang memiliki jiwa yang bersifat dasar bijaksana? Jiwa binatang itu sudah permanen, bukan seperti jiwa manusia yang bijaksana, bukan jiwa yang bijaksana seperti Bodhisattva, melainkan seperti barang bekas yang sudah diproses, bukan jiwa yang semula.

Kesepuluh, menjaga welas asih demi mengembangkan moralitas. Dari manakah moralitas seseorang berasal? Karena kamu berwelas asih kepada orang lain, karena kamu mengasihani orang lain, kamu merasa orang ini menderita, orang itu menderita, maka moralitasmu akan muncul. Master mengajarkan kalian, melihat siapapun, kalian harus merasa dia kasihan. Jika kamu merasa setiap orang itu kasihan, maka kamu sudah mengembangkan perasaan welas asih, kamu tidak lagi membenci orang lain, mengumpulkan pahala kebajikan. Apakah yang dimaksud dengan mengembangkan moralitas? Budi baik kamu muncul karena dikembangkan. Apakah yang dimaksud dengan dikembangkan? Bukan mengembangkan seperti mengasuh anak, melainkan pembinaan. Oleh karena itu, sifat welas asih merupakan dasar utama manusia di alam semesta ini. Menekuni Dharma dan membina pikiran bisa menjaga “dasar utama” ini, dengan meminjam kepalsuan duniawi untuk membina kebenaran, berarti kamu baru benar-benar menghargai “dasar” ini. Dengan membina kesadaran spiritual Buddha dan terus menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk, kita baru bisa membuat “dasar utama” ini tersucikan, lalu kembali ke Alam Surga, bersama-sama mencapai penerangan yang paling sempurna (anuttara samyak sambodhi).