45. Tiada Pemikiran Berarti Ada Pemikiran, Tiada Kebajikan Berarti Ada Kebajikan 无念就是有念,无德即是有德

45. Tiada Pemikiran Berarti Ada Pemikiran, Tiada Kebajikan Berarti Ada Kebajikan

Ketahuilah, jika diri sendiri berpikir, saya memiliki jasa kebajikan, berarti tidak memiliki jasa kebajikan, hari ini kamu di sini melakukan jasa kebajikan, namun sesungguhnya tidak ada jasa kebajikannya.  Karena tidak ada jasa kebajikannya, itu baru namanya jasa kebajikan. Seperti karena kamu tidak memiliki pikiran untuk mencelakakan orang lain, maka kamu adalah orang yang baik, karena kamu ingin membantu orang lain, maka kamu jangan mengatakan bahwa“Saya memiliki jasa kebajikan”, namun pada kenyataannya membantu orang lain, kamu pasti akan mendapatkan balasannya; Kamu membantu orang lain, namun orang lain belum tentu segera berterima kasih kepadamu. Apabila kamu ingin orang lain berterima kasih kepadamu, maka kebaikan yang kamu lakukan ini tidak layak dibicarakan. Jika kamu membantu orang lain, maka orang lain pasti akan berterima kasih kepadamu, berarti kamu memiliki jasa kebajikan. Oleh karena itu, begitu juga dengan jasa kebajikan, kalau kamu tidak menginginkan jasa kebajikan, malah akan mendapatkan jasa kebajikan; sebaliknya jika kamu menginginkan jasa kebajikan, kamu malah tidak akan mendapatkan jasa kebajian. Setelah melakukan jasa kebajikan jangan dipikirkan, jangan merasa diri sendiri hebat setelah melakukan sedikit perbuatan baik, takut orang lain tidak mengetahuinya. “Melakukan upaya namun seperti tidak berupaya”, ketiadaan upaya ini baru merupakan upaya yang sesungguhnya, orang yang benar-benar bekerja tidak akan mengumbar apa yang dilakukannya, sedangkan orang yang membicarakan ke mana-mana sebenarnya tidak melakukan apapun, jika melakukan sambil mengatakan, maka jasa kebajikan tersebut akan hilang, mengerti?

Ajaran Buddha Dharma luar biasa dalamnya, Einstein mengatakan: “Pada masa ini dan di masa yang akan datang, Ajaran Buddha Dharma akan menjadi satu-satunya agama di alam semesta ini yang bisa membuka pola pikir orang-orang.” Ajaran Buddha Dharma yang Master jabarkan ini bisa memberikan bantuan yang sangat besar bagi kalian semua. Apabila kamu sungguh-sungguh bersikap baik terhadap orang lain, maka orang lain pasti akan berterima kasih kepadamu dari lubuk hatinya, ini namanya ketiadaan upaya. Yang kamu lakukan seperti tidak memiliki upaya, namun sesungguhnya ada upayanya. Jika kamu merasa dirimu sudah berupaya, namun sesungguhnya kamu tidak berupaya. Banyak orang yang dengan mudah berniat melakukan sesuatu, namun sulit untuk melaksanakannya, kekurangan orang-orang adalah mudah bertekad, namun tidak memiliki ketekunan dan keteguhan untuk terus melakukannya.

Pemikiran sesungguhnya terkadang ada terkadang tidak, pemikiran seseorang sebenarnya tidak ada, semua kosong, ini dinamakan “pada kenyataannya tiada”, namun jika kamu mengatakan bahwa pemikiran itu tidak ada, tetapi apakah benar ada keberadaannya? Dia benar-benar ada, sepuluh ribu pemikiran, jutaan pemikiran, berputar-putar di dalam otak, namun setelah selesai berputar-putar dan berhenti, maka sudah tidak ada lagi, oleh karena itu, kamu harus bisa membuat pemikiran-pemikiran ini menyatu, memusatkannya menjadi satu. Membina pikiran dan membina jalan Kebuddhaan, ketika sudah mencapai suatu tingkat kesadaran spiritual tertentu, kita harus bisa melupakan semua pemikiran ini, “Saya tidak memiliki pemikiran”.

Kita harus memahami diri sendiri, kehidupan ini bagaikan sebuah mimpi, jika mengatakan bahwa hidup ini adalah sebuah mimpi, juga pasti setelah kamu tersadarkan, baru berani mengatakan bahwa ini adalah sebuah mimpi, apabila potensi kesadaran seperti ini saja tidak kamu miliki, bahkan tidak mengetahui bahwa hidup ini adalah sebuah mimpi, ini berarti dirimu telah sia-sia hidup di dunia ini. Kita harus bisa mengorbankan segalanya demi kebaikan semua orang, memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan pribadi, ini yang disebut dengan menekuni dan mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma. Harus sering memikirkan kata-kata yang sering Master katakan kepada kalian: jika tidak ada keinginan maka pikiran kita dengan sendirinya akan menjadi setenang air. Jangan pernah memiliki nafsu keinginan, karena nafsu keinginan akan membawa kekecewaan, semakin banyak nafsu keinginanmu, maka akan semakin besar kekecewaanmu, semakin besar kekecewaanmu, maka selanjutnya kerisauan akan muncul bertubi-tubi, dan kerisauan bisa menyakiti hatimu.

Master mengatakan, kita harus bisa menetapkan hati untuk memutuskan segala nafsu keinginan duniawi, karena nafsu keinginan duniawi, Master mengumpamakannya yaitu nafsu keinginan manusia bagaikan sebuah panah, semuanya ingin mencapai tujuan diri sendiri, akan tetapi nafsu keinginan manusia yang terbesar adalah memanah ke langit, yang tidak terbandingkan, oleh karena itu, nafsu keinginan manusia tidak akan bisa tercapai, bagaikan sebuah panah yang diluncurkan ke langit, maka seberapa tinggi kamu bisa memanahnya? Sampai pada suatu ketinggian tertentu, dia akan jatuh dengan sendirinya, ini adalah sesuatu yang sia-sia. Semuanya tidak bisa didapatkan, tidak ada satu pun benda yang bisa dimiliki, namun nafsu keinginan manusia membuatmu ingin mendapatkan segalanya, meskipun sudah mendapatkan, itu juga hanya bersifat sementara, pada akhirnya akan kehilangan lagi, tetap saja tidak memilikinya. Mengerti? Di dunia ini tidak ada benar dan salah, hanya ada karma – sebab dan akibat, semuanya adalah mimpi semata.

Tiada pemikiran adalah pusaka pencerahan Buddha, dengan kata lain, jangan memiliki pemikiran apapun, itu berarti kamu sudah menekuni dan mempraktikkan Dharma dengan benar, maka ini adalah pusaka pencerahan Buddha, disebut sebagai kesadaran dan pemikiran yang benar. Jika kamu sudah tersadarkan, sudah memiliki pemikiran yang benar, berarti kamu sudah mendekati buah kesadaran Buddha dan Bodhisattva.

Selanjutnya, Master akan melanjutkan pembahasan, apakah yang disebut dengan tiada pemikiran? Berarti tidak memiliki pemikiran apapun, dengan tidak ada pemikiran maka tidak akan ada kerisauan. Saya sekarang mengajarkan kalian satu cara bagaimana menyatukan puluhan ribu pemikiran, yakni jangan memiliki pemikiran, jika tidak bisa melakukannya, maka pertama satukan dulu pemikiran-pemikran kita menjadi satu pemikiran. Menyatukan menjadi satu pemikiran seperti menonton TV, saat menonton TV kita bisa melupakan segalanya, drama di TV memasuki otak kita, jika di dalam TV sedang berperang, maka kamu turut berperang, sudah tidak memiliki pemikiran lainnya, akan tetapi harus bisa mengalihkan pemikiran ini ke dalam aspek keyakinan terhadap Buddhisme, kalau begitu satu pemikiran satu Buddha, setelah mengalihkannya ke dalam keyakinan terhadap Buddhisme lalu pelan-pelan mengubahnya menjadi tiada pemikiran, yakni bahkan pemikiran kalau saya yakin terhadap Buddhisme sudah tidak ada lagi, maka sesungguhnya kamu sedang meyakini dan menyembah Buddha.

Saya akan membahas tentang ketiadaan pemikiran, di sini saat kalian bersujud menyembah Buddha, apakah ada pemikiran di dalam otak kalian? Akan tetapi bukankah tubuh dan pikiran kamu sedang menyembah Buddha? Saat pikiranmu sedang menyembah Buddha, bukankah kamu merasa saya sendiri sedang melakukan, kemudian gerakanmu, nalurimu sewaktu sedang melakukannya, apakah kamu memiliki pemikiran? Saat itu tidak memiliki pemikiran, lalu jika tidak memiliki pemikiran, bagaimana kamu bisa menyembah Buddha? Karena ada pemikiran. Akan tetapi pemikiran ini hanya membuat kamu fokus untuk menyembah Buddha, maka kamu tidak memiliki pemikiran lagi. Seperti seseorang yang sudah terbiasa melakukan satu gerakan, dia sendiri saja tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, itu berarti ketiadaan pemikiran. Melafalkan nama Buddha harus dilafalkan sampai setiap pelafalannya memiliki pemikiran, kemudian melafalkannya tanpa pemikiran, dirimu sendiri sedang melafalkannya, sepertinya saya memiliki pemikiran, terus melafalkannya sampai pada akhirnya tidak ada pemikiran lagi. Bukankah kalian sekarang melafalkan paritta seperti ini? Pada awal mula pelafalan, masih mengetahui huruf yang di dalamnya, lambat laun pelafalan semakin cepat, sampai pada akhirnya sudah tidak tahu apa yang dilafalkan lagi, ini yang dinamakan mempraktikkan Dharma tanpa pemikiran, mempelajari Dharma sampai pada akhirnya melafalkan tanpa pemikiran, sudah tidak ada pemikiran lagi. Buddha dan Bodhisattva meminta kita menyembah Buddha tanpa memiliki pemikiran, ini adalah pemikiran benar yang sesungguhnya, sepenuhnya menyerahkan hati kita kepada Buddha dan Bodhisattva, pemikiran saya sepenuhnya berada di Bodhisattva, itu baru namanya memiliki pemikiran, mengertikah?

Harus ingat untuk memutuskan seluruh kerisauan diri sendiri dengan tuntas, karena jika kamu tidak bisa memutuskan seluruh kerisauan, maka kerisauan bisa menumpuk semakin banyak, ketika kerisauan semakin banyak, maka wajahmu akan menjadi sebuah wajah yang penuh kerisauan, oleh karena itu, seberapa banyak kerisauan yang datang, maka sebanyak itu pula kita harus menghilangkannya. Apabila ditambahkan dengan kerisauan dari masa lalu, kemudian terus ditambah lagi dengan kerisauan pada saat ini, maka jiwamu tidak akan sanggup menerima, kamu bisa menderita penyakit kejiwaan; sewaktu tubuhmu sudah tidak sanggup menahan, maka kamu akan jatuh dan hidupmu akan berakhir. Ingatlah, kerisauan semakin disimpan semakin banyak, semakin ditimbun semakin banyak, lama-kelamaan, kamu akan terbelenggu oleh kerisauan itu, seperti seutas tali yang mengikatmu. Karena kerisauan dimiliki dari Alam Manusia, maka kamu baru bisa terbelenggu oleh kerisauan itu, yang semakin lama semakin banyak, sampai pada akhirnya belenggu tersebut membuat kamu tidak bisa terbebas dari tumimbal lahir, terjebak di dunia ini, tidak bisa keluar dari reinkarnasi 6 alam. Oleh karena itu, bahkan pemikiran kalau melafalkan paritta bisa menjadi Buddha pun jangan ada, saat melafalkan paritta, jangan memiliki pemikiran untuk mencapai Kebuddhaan, maka kamu bisa mencapai Kebuddhaan sebagian, berarti ada sebagian dari dirimu sudah menjadi Buddha. Contohnya hari ini saya membantu orang lain, saya tidak meminta balasan dari orang lain, maka orang lain dengan sendirinya pasti akan membalas kebaikanmu; namun jika hari ini kamu membantu orang lain dan mengharapkan imbalan dari orang lain, maka kamu tidak akan mendapatkan balasannya.

Menggali keluar semua hal-hal yang tersimpan dalam pikiran sendiri, maka segala masalah akan hilang, Master mengajarkan kalian satu cara untuk mengosongkannya: pada malam hari ketika tidak bisa tidur, tuliskan seluruh kerisauan di dalam pikiranmu, kemudian letakkan di samping ranjangmu, ketika kamu sudah mengeluarkan seluruh hal, maka kamu pasti bisa tertidur, akan tetapi ini adalah opsi duniawi. Saya ingin kalian dengan melafalkan paritta menguraikan dan menghilangkan seluruh kerisauan diri sendiri, ketika kamu tidak memiliki kerisauan lagi, maka kamu pasti bisa tidur.

Setiap kali Master mengadakan kelas dengan kalian, Master selalu mengajarkan kalian bagaimana cara menghilangkan kerisauan, tentu saja, cara yang terbaik adalah diri kalian sendiri yang menghilangkan kerisauan diri, ini jauh lebih baik dibandingkan Master membantu kalian menghilangkan kerisauan. Contoh, seorang anak yang baik, sewaktu duduk di bawah mendengarkan pelajaran, dia tidak berbicara, ini akan lebih baik daripada Master mengatakan “Kamu jangan bicara”. Sekarang kalian memiliki halangan karma buruk pada diri kalian, ada kekurangan pada diri kalian, jika saya mengkritik kekurangan kamu, mengkritik kekurangan dia, menurut kalian, saya lelah tidak? Kalau kalian memperbaiki dan membina diri sendiri, tentu lebih baik daripada Master menyuruh kalian membina diri, ini namanya tersadarkan. Kalian belum tersadarkan, oleh karena itu bisa memendam kegundahan hati, ditambah dengan kerisauan, membuat diri kalian semakin tertekan. Apabila tidak ada masalah pribadi dalam pikiran kalian, lalu kalian bisa melepas dan melupakan permasalahan sendiri, mengutamakan masalah semua makhluk atau orang lain, maka pada saat itu kamu baru bisa benar-benar bahagia. Jika kamu senantiasa memikirkan orang lain, maka kamu akan memperoleh banyak kebahagiaan. Semua orang bahagia, semua orang gembira, akan berkali-kali lipat lebih baik daripada satu orang saja yang bahagia atau gembira. Hanya dengan memikirkan orang lain, kamu baru bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, harus bisa menghilangkan kerisauan, menghapuskan semua kerisauan, sampai semua hilang, maka kamu tidak akan menderita insomnia, kamu tidak akan memikirkan banyak hal; sebaliknya karena kamu tidak memiliki kerisauan, maka kamu tidak akan insomnia, tidak akan memikirkan terlalu banyak masalah, maka pada saat itu kamu akan memiliki lebih banyak kebahagiaan. Apabila kamu insomnia, masih memikirkan hal-hal yang merisaukan, pada akhirnya akan muncul lebih banyak masalah, dan lebih banyak kerisauan. Oleh karena itu, harus bisa memutuskan seluruh kerisauan, “kerisauan adalah bodhi”, bodhi berarti setelah kamu menghilangkan kerisauan, maka kamu akan memiliki kebijaksanaan, apabila kerisauan terus tersimpan dalam dirimu, maka kamu tidak akan memiliki kebijaksanaan. Seseorang yang memiliki kebijaksanaan, maka meskipun dilanda kerisauan, dia sendiri tetap bisa mengatasinya. Jika demikian, kamu pasti bisa melihat pikiran diri sendiri – Oh, ternyata sifat Kebuddhaan ada di dalam diri saya ini, ada di dalam pikiran saya. Karena tidak ada kerisauan, kamu baru bisa melihat pikiran sendiri, seseorang yang memiliki kerisauan tidak akan bisa melihat pikirannya sendiri. Seseorang yang memiliki kerisauan akan selalu menganggap dirinya benar dalam memandang berbagai masalah.

Sekarang ada sebagian orang yang mengira karena sudah belajar sedikit tentang Ajaran Buddha Dharma, sudah membaca beberapa buku sutra Buddha, lalu mengira dirinya sudah hebat. Master di sini akan memberitahu kalian satu kebenaran, kita lebih baik berteman dengan duan ren – yakni orang yang jujur dan baik, bahkan jika orang tersebut buta huruf sekalipun, juga jangan berteman dengan orang sesat yang berwawasan luas. Orang yang mengira dirinya sudah memahami segalanya, dan menggunakan Sutra Buddha untuk memojokkan orang lain, perbuatan ini tentu saja sudah merupakan suatu pelanggaran. Menggunakan paritta dari masa yang berbeda untuk menjabarkan teori Dharma yang berbeda, untuk menjatuhkan Pintu Dharma yang baru ada di masa periode akhir Dharma, seperti ahli matematika masa lalu membicarakan ahli matematika masa kini tidak mengerti matematika, orang-orang yang melakukan hal-hal seperti ini berarti sedang mencela Sutra Buddha, ini bodoh sekali! Oleh karena itu, Master mengatakan lebih baik berteman dengan orang jujur yang buta huruf, namun jangan mau berteman dengan orang sesat yang berwawasan luas sekalipun.

Menjauhi rasa dosa, kepahitan dalam hidup ini. Hidup ini sesungguhnya menanggung penderitaan, kita harus menjauhi rasa pahit yang dipenuhi dosa dan keburukan, dengan kata lain menjauhi dosa, begitu mencium rasa ini, kita harus segera pergi meninggalkannya, oh, mereka mau melakukan hal-hal buruk, saya harus segera meninggalkan mereka. Orang ini sudah berpikiran menyimpang, saya harus meninggalkanya, harus menjauhi rasa dosa. Ketahuilah rasa keheningan, berarti orang ini sangat tenang dan bisa mengendalikan diri sendiri. Rasa keheningan, itu adalah rasa sukacita Dharma, sukacita Dharma adalah rasa yang dipenuhi dengan kebahagiaan Dharma. Seseorang yang mencicipi rasa ini, tidak akan memiliki ketakutan, yang berarti tidak akan merasa takut. Karena kamu sudah meninggalkan ketakutan, menjauhi kejahatan, maka kamu adalah orang benar. Begitu seseorang berhubungan dengan kejahatan, dia akan segera merasa tidak senang. Contohnya, ada orang yang mengerjaimu, maka selanjutnya kamu akan segera merasa tidak senang, tidak gembira, berpikir untuk membalasnya, lalu kamu akan mendekati ketakutan, karena cara yang kamu gunakan adalah membalas perbuatan orang itu, kemudian kamu akan dilanda ketakutan, karena kamu takut orang lain membalasmu. Dengan menjauhi ketakutan, kamu baru bisa terbebas dari ketakutan.

Mengejar yang benar tidak mengejar yang serupa, segalanya harus mencari hal-hal yang benar-benar nyata, jangan menginginkan hal-hal yang menyerupai (mirip). Yang nyata dan benar menambah kebijaksanaan, sedangkan yang palsu akan menambah kebodohan.