41. Kesadaran Spiritual Dalam Menekuni Dharma, Memahami Hukum Karma, Mampu Melepas Segera Mencapai Kekosongan
Jika seseorang tidak memiliki keteguhan hati yang paling dasar, maka dia tidak akan bisa membina dirinya dengan baik, harus memiliki kebijaksanaan, memiliki kebijaksanaan untuk menelaah apakah jalan pembinaan ini benar atau tidak? Pintu Dharma ini bagus atau tidak? Semua ini perlu menggunakan kebijaksanaan untuk membedakannya. Jika tidak memiliki kebijaksanaan, hanya dengar dari sini atau sana, apakah orang seperti ini bisa menjadi Bodhisattva? Apakah dia bisa mencapai kesempurnaan dalam pembinaannya? Dia bahkan tidak bisa menjadi orang yang baik.
Dalam proses penerapan sila secara ketat dan bersih (selibat), menyelaraskan pengamalan pantangan ini dengan menjalankan sepuluh karma baik, pantangan adalah sila, dalam menekuni dan mempraktikkan Dharma harus didasari dengan sila, kemudian dalam proses pengamalan sila, kita mengandalkan sepuluh karma baik untuk menyeimbangkannya, dengan kata lain, sewaktu kita terus-menerus menjalankan sila, kita harus melakukan lebih banyak perbuatan baik, melakukan lebih banyak jasa kebajikan untuk menyelaraskan pikiran kita menjadi bersih dan suci, dengan begitu pembinaanmu baru bisa sempurna. Setelah menjalankan sila, kita baru bisa menyelaraskan dengan melakukan sepuluh karma baik. Master baru saja membahas tentang “keheningan pikiran” dan “kebaikan hati yang murni”, asalkan kalian mengikuti pengamalan sila yang Master ajarkan dan menyelaraskannya, maka diri kalian akan menjadi semakin tenang, semakin bersih dan murni baik hati. Di dalam pikiran kalian tidak lagi terdapat halangan karma buruk yang kotor, tidak ada benda-benda yang tidak bagus, dengan sendirinya pikiranmu akan menjadi tenang. Ketika seseorang memiliki pemikiran buruk, atau memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan, maka hatinya tidak bisa menjadi tenang, dia tidak akan bisa mencapai keheningan pikiran Bodhisattva.
Harus melatih diri untuk memurnikan kekuatan konsentrasi, dengan kata lain, setelah menjalankan sila, harus memiliki kekuatan konsentrasi, menggunakan kekuatan konsentrasi ini untuk melatih diri. Contoh, hari ini ada orang yang memarahimu, namun kamu bisa menenangkan diri, “Walau saya marah, tetapi saya tidak memarahimu”, maka ini bukanlah kesucian yang murni, hatinya hanya tenang untuk sementara waktu – “Saya tidak memarahi kamu, biar saja kamu memarahi saya”; kalau begitu kekuatan konsentrasi yang murni dan bersih adalah setelah kamu memarahi saya, saya akan merasa: “Orang ini kasihan sekali, bukannya baik-baik melafalkan paritta, malah memarahi orang lain, mohon Guan Shi Yin Pu Sa memaafkan dia, dia sungguh sangat kasihan, lebih berwelas asih kepadanya, semoga nantinya dia jangan begitu bodoh, bisa membina pikiran dan melafalkan paritta dengan baik, mengubah diri sendiri”, ini yang dinamakan kekuatan konsentrasi yang murni dan bersih. Bukan menyuruhmu memendam kekesalan di dalam hati, jika tidak, kekuatan konsentrasi yang diperoleh dengan memendam kekesalan di hati pasti akan meledak pada suatu hari nanti.
Dalam meneladani Bodhisattva, harus mengembangkan sedikit kekuatan supernatural, ketika kamu sudah mencapai tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva di Alam Manusia, maka kamu akan memiliki kekuatan supernatural. Sekarang adalah masa periode akhir Dharma, perlu menggunakan kekuatan supernatural untuk menolong kesadaran spiritual orang-orang, karena pemikiran orang-orang masa kini semakin kotor (sudah tercemar), jika tidak menggunakan sedikit kekuatan supernatural supaya mereka memahami karma-karma ini, maka mereka tidak akan bisa langsung percaya, tidak akan percaya kepada Buddha, inilah mengapa masih ada begitu banyak orang yang melakukan kejahatan dan tidak percaya kepada Buddha. Saat tingkat pembinaan kita sudah mencapai kesadaran spiritual Bodhisattva, maka kamu akan memiliki kekuatan supernatural, walaupun masih berada di Alam Manusia, namun kesadaran spiritual kamu sudah mencapai tingkat Bodhisattva, asalkan kesadaran spiritualmu sudah setingkat Bodhisattva, maka kamu adalah Bodhisattva dan kamu akan memiliki kekuatan supernatural. Contoh, di rumah kamu tidak memperhatikan pola berpakaian, juga bersikap lebih malas. Namun jika kamu akan menghadiri jamuan makan malam, maka akan berpakaian rapi, dan juga akan bersikap formal, sangat sopan dan santun, maka pada saat itu, kamu adalah orang yang beretika baik, kesadaran spiritualmu juga memasuki tingkatan yang lebih tinggi, apakah pada saat itu kamu masih akan mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh? Ketika gerak gerik dan tingkat kesadaranmu sudah mencapai suatu level tertentu, maka orang lain akan menghormatimu.
Ketahuilah, mengembangkan kekuatan supernatural Bodhisattva yang luar biasa, adalah demi membuat orang-orang percaya kepada Buddha dan mengenal Ajaran Buddha Dharma, memberikan kekuatan supernatural kepadamu bertujuan agar dirimu bisa membuat lebih banyak orang menekuni Ajaran Buddha Dharma, percaya kepada Buddha, dan mengenal Dharma. Bukankah Master sekarang juga sedang menolong kesadaran spiritual orang-orang, mengajarkan mereka untuk menekuni ajaran Buddha, percaya kepada Buddha, dan mengenal Dharma? Apabila kekuatan ini terus digunakan secara egois untuk kepentingan diri sendiri dan tidak digunakan untuk kepentingan orang banyak, maka lambat laun kekuatan ini akan menghilang. Kekuatan supernatural yang Master miliki sekarang semakin besar, karena welas asih Master dan tekad Master untuk menolong orang-orang juga semakin besar. Coba kalian pikirkan, jika apa yang kalian lakukan semakin banyak, maka tentu saja yang didapatkan juga akan semakin banyak, ini adalah prinsip Hukum Surga, ini adalah aturan hukum karma. Hari ini Bodhisattva bisa berubah menjadi siapapun untuk menolong orang-orang, juga bisa hadir di dalam mimpimu untuk menolong kamu, dan lainnya, mampu mengerahkan seluruh kekuatan spiritualnya, dan ini semua dikarenakan oleh kekuatan tekadnya. Kekuatan tekad sangat penting, banyak penderita kanker yang mengatakan, “Saya ingin hidup”, maka dia pasti bisa hidup. Karena sesungguhnya kanker juga merupakan iblis, yakni iblis penyakit, sedangkan iblis adalah halangan karma buruk.
Dengan keleluasaan yang tidak terbatas menolong kesadaran spiritual semua makhluk, dengan kata lain, kamu harus memiliki keleluasaan yang luar biasa besar dan tidak terbatas, ada satu Buddha dan Bodhisattva yang bernama “Zi Zai Fo”, zi zai – keleluasaan / kebebasan adalah saya bisa menolong orang-orang sesuai dengan yang saya inginkan. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menolong sebanyak-banyaknya yang bisa saya lakukan, asalkan saya merasa bahwa jodohmu dengan jodoh saya belum tiba, maka saya boleh tidak menolong kamu. Sebagai praktisi Buddhis, jangan bergembira saat mendengar pujian, dengan kata lain sewaktu dipuji orang lain jangan merasa senang, harus terus berusaha; tidak risau sewaktu mendengar fitnahan, saat orang lain menjelek-jelekkan kamu, sedikit pun tidak merasa risau atau cemas; tidak tergerak ketika dicemari nama baiknya, walaupun ada orang yang mencemari nama baikmu, namun kamu sama sekali tidak terpengaruh seperti tidak terjadi apa-apa. Misalnya ada orang yang mengatakan kalau kamu mencuri, namun hatimu tidak tergerak, karena kamu tidak mencuri, luar dan dalam dirimu tetap sama.
Jangan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hatimu, dengan kata lain gunakan hati nurani kamu sebagai dasar atas segala hal yang kamu lakukan, sebelum mengerjakan sesuatu, tanyakan dulu hati nuranimu, apakah kamu bisa menerimanya? Jika hati nuranimu tidak bisa menerimanya, maka jangan lakukan. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya atau tidak bisa dilakukan, dengan kata lain jangan memiliki pemikiran untuk melakukan sesuatu yang memang tidak seharusnya dilakukan. Jika hal ini memang tidak bisa dilakukan, maka jangan memikirkannya lagi (sama sekali jangan memikirkan hal-hal yang mustahil atau memang tidak bisa dilakukan). Dalam membina pikiran dan mempraktikkan Dharma, harus bersikap rendah hati, jangan merasa diri sendiri sangat hebat, ingalah pepatah “di luar gunung masih ada gunung, di luar langit masih ada langit.”
Ketahuilah bahwa orang yang salah menafsirkan atau berprasangka buruk terhadap saran atau masukan dari orang lain, adalah orang-orang yang tidak bisa diselamatkan, dengan kata lain, saat orang lain mengucapkan satu kalimat kepadamu, dan kamu selamanya berprasangka buruk terhadap sarannya itu, maka kamu sudah tidak bisa “diselamatkan” lagi. Contoh, orang lain berkata, “Jaga dirimu baik-baik”, lalu dia segera menjawab, “Apa maksudmu? Kamu ingin mencelakakan saya ya?” – ini adalah salah menafsirkan perkataan orang lain. Orang lain berpikir demi kebaikannya, namun dia malah mencurigai orang lain, maka orang seperti ini sudah tidak bisa diselamatkan. Kita harus bisa menggunakan cara pembuktian yang berlawanan, jadi pertama-tama kita harus memaksa diri menerima perkataan orang lain, kemudian memikirkannya kembali, inilah namanya bersikap yang benar, ketika kamu mencurigai orang lain memiliki niat buruk terhadapmu, maka setelah orang lain mengatakan sesuatu hal, kamu harus gunakan cara pembuktian yang berlawanan, terlebih dahulu paksa dirimu untuk mempercayainya, menerima perkataan orang lain, kemudian baru memikirkannya, jangan menggunakan cara berpikir diri sendiri untuk menelaah salah atau benarnya perkataan orang lain. Mempraktikkan Dharma dan menjadi orang yang baik, adalah satu kesatuan bukan dua, tidak bisa dipisahkan, jika biasanya berperilaku sangat jahat, walau setiap hari melafalkan“Amitabha”, apakah kemudian bisa pergi ke Alam Sukhavati ketika meninggal? Itu tidak mungkin.
Di dunia ini, kita harus belajar mengosongkan diri sendiri, apakah yang dimaksud kosong di sini? Merelakan apa yang bisa direlakan, harus bisa merelakan juga apa yang tidak bisa direlakan, dengan melihat melampauinya, mampu melepaskan segalanya, itu adalah kosong. Kosong berarti leluasa dan damai. Banyak hal yang bisa diselesaikan dengan satu kata“maaf”, namun ada sebagian orang yang tidak bisa melepaskan gengsinya sendiri, jadi tidak bersedia mengatakannya. Sesungguhnya, setelah kosong, maka kamu akan memperoleh keleluasaan yang damai, yakni keselamatan dan keharmonisan. Keselamatan adalah berkah, keharmonisan adalah moral. Dengan keharmonisan, kita bisa mendapatkan kebahagiaan, memperoleh sukacita. Dalam menekuni Dharma, kita harus belajar memiliki kedamaian dan keharmonisan di dalam hati kita, ini adalah kualitas karakter seseorang, seseorang yang tidak memiliki kualitas karakter yang baik, tidak akan bisa menekuni dan mempraktikkan Dharma dengan baik.
Di Alam Manusia ada Bodhisattva, yang bisa terbebaskan dari kelahiran dan kematian, yang mampu melihat melampaui dunia ini, yang tidak mengejar ketenaran dan kekayaan, itulah Bodhisattva.
Di dunia ini, terdapat berbagai macam jalan, tergantung jalan mana yang akan kamu pilih.