34. Menapaki Jalan Bodhisattva, Mengamalkan Sepuluh Karma Baik, Memperoleh Buah Karma Baik 学菩萨道,行十善业,成就善果

34. Menapaki Jalan Bodhisattva, Mengamalkan Sepuluh Karma Baik, Memperoleh Buah Karma Baik

Bodhisattva Vimala (Bodhisattva tingkat kedua), harus lebih teguh membina diri untuk mencapai Kebuddhaan. Bodhisattva Vimala harus menjadikan pencapaian Kebuddhaan sebagai target pembinaan dirinya, memiliki bodhicitta dan tekad welas asih, membantu semua makhluk mencapai kesadaran spiritual, inilah meniti jalan Kebudhaan sekaligus membangkitkan kesadaran spiritual semua makhluk, terus mengamalkan sepuluh karma baik yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Saya berharap kalian bisa membaca baik-baik apa itu sepuluh karma baik, untuk meneladani Buddha dan Bodhisattva, maka pertama-tama harus bisa melakukan sepuluh karma baik, sebagai orang yang baik juga harus belajar mengamalkan sepuluh karma baik (melalui perbuatan, ucapan, dan pemikiran). 

Menggunakan pikiran yang tercerahkan (pandangan dan pemikiran yang benar) yang sesungguhnya suci, terus menggunakan hati dan pikiran yang sangat tercerahkan, yakni jujur dan adil, lemah lembut, polos, bersih, harmonis dan terkendali, untuk menyelaraskan dan mengalahkan halangan karma buruk di dalam pikiranmu. Di dalam pikiran setiap orang terdapat halangan karma buruk, maka kita harus bisa mengalahkannya, dan menyelaraskannya sendiri. Contoh, jika hari ini kamu ditilang, maka kamu harus berpikir: semuanya salah sendiri, sudah didenda berkali-kali, kebiasaan buruk berhenti sembarangan ini harus diubah, kali ini ditangkap lagi oleh polisi juga salah sendiri, lain kali harus lebih hati-hati, tidak boleh berhenti sembarangan – bukankah dengan begitu pikiranmu sudah terstabilkan. Kita harus bisa mengalahkan kebencian dalam hati sendiri, orang yang didenda akan merasa sebal tidak? Merasa tidak senang bukan? Menyelaraskan adalah menstabilkan hatimu, agar jangan muncul kebencian di hati, termasuk tekanan dalam pikiran kita juga hanya diri kita sendiri yang bisa menyelaraskannya. 

Bodhisattva Vimala mampu menyelaraskan, lemah lembut, jujur dan adil, juga memiliki ketenangan. Ketenangan, berarti bisa menenangkan diri dalam menghadapi masalah apapun, jika kamu bisa menenangkan diri sendiri, kamu baru memiliki kualifikasi untuk menjadi Bodhisattva, seseorang yang tidak bisa menenangkan dirinya tidak akan bisa menjadi Bodhisattva. Selain itu juga harus berhati lapang, setelah menenangkan diri, kamu harus memiliki hati yang lapang, yang luasnya tak terbatas, luasnya mampu menampung empat Samudra, oleh karena itu, ada satu pepatah yang berbunyi “lautan yang mampu menaungi ratusan sungai”, yakni lautan luas yang mampu menampung air dari setiap sungai, bahkan air sungai yang kotor begitu masuk ke laut, juga akan berubah menjadi bersih, oleh karena itu dikatakan, ribuan aliran sungai akan berpulang kembali ke laut. Seperti kalian orang-orang yang duduk di sini, apakah kalian memiliki kekurangan? Master akan salah jika tidak mengkritik kekurangan pada diri kalian dengan tegas, namun mengkritik kalian sama dengan “membersihkan” diri kalian, Master juga ingin agar kalian belajar berlapang hati bagai lautan yang menaungi ratusan sungai, sedangkan lautan ini adalah lautan Buddha.

Kalian harus sepenuhnya memahami sepuluh karma tidak baik (Master pernah membahas, sepuluh karma baik dan sepuluh karma tidak baik), sepuluh karma tidak baik adalah melakukan karma buruk, maka sepuluh karma tidak baik disebut juga sepuluh karma buruk. Sepuluh karma buruk bisa membuat orang-orang terjerumus ke dalam tiga alam penderitaan. Tiga alam penderitaan adalah: Alam Binatang, Alam Peta (setan kelaparan), Alam Neraka. Orang-orang yang sudah terjerumus ke dalam alam-alam ini akan sulit sekali untuk naik kembali (ke alam yang lebih baik), mereka harus menjalani penderitaan yang tiada akhirnya, mereka disebut juga sebagai makhluk-makhluk yang terlahir dan mati di dalam lautan penderitaan. Kita harus memiliki rasa kasihan, kita harus mengasihani mereka, seperti Master sekarang mengasihani mereka, ada berapa banyak orang yang berada di Alam Akhirat atau berada di Neraka, sekarang Master mengajarkan kalian semua bagaimana mendoakan arwah sanak keluarga yang telah meninggal agar bisa pergi ke Alam Surga, ke Alam Asura, atau terlahir kembali sebagai manusia, bukankah ini juga berarti menolong semua makhluk? Kita tidak hanya menolong manusia, bahkan roh sekalipun harus ditolong, mereka semua sangat kasihan, karena mereka hanya bisa mengganggu dan memohon kepada kalian agar bisa dibantu untuk pergi ke alam yang lebih baik. Namun kalian jangan takut, tidak ada yang perlu ditakutkan, kalian hanya perlu menyelamatkan dan membantu mereka dengan sungguh-sungguh, karena sebenarnya, begitu jiwa seseorang meninggalkan tubuhnya, maka dia akan disebut sebagai roh (setan), jika jiwa kalian bisa naik ke atas, maka di atas Alam Manusia adalah Alam Asura, di atasnya lagi adalah Alam Langit (menjadi penghuni Surga), akan tetapi masih tetap akan kembali bereinkarnasi lagi di enam alam.

Bodhisattva Vimala harus memiliki pikiran yang membawa kebaikan, pikiran yang damai dan bahagia, pikiran yang welas asih, pikiran yang mengasihi, pikiran yang mengayomi, pikiran yang melindungi, pikiran yang mendidik… semua ini harus dimiliki dan diamalkan oleh Bodhisattva tingkat kedua. Harus mendisiplinkan diri untuk membawa kebaikan bagi semua makhluk, segala hal yang dilakukan demi kebaikan semua orang, ini dinamakan pikiran yang membawa kebaikan. Pikiran yang damai dan bahagia, yakni setiap hari melakukan banyak hal, dan setiap hal yang dilakukan demi kepentingan semua orang, harus membuat diri sendiri berbahagia, juga membuat orang lain merasa bahagia. Pikiran yang welas asih, yaitu mengasihani setiap orang yang dilihatnya. Kasihan dan welas asih itu berbeda, “kasihan” biasanya merujuk pada suatu hal tertentu, merasa kasihan terhadap orang ini, lalu terlahir pikiran yang mengasihi, sedangkan pikiran yang welas asih melingkupi rasa kasihan ini. Pikiran yang mengayomi, yakni mampu mengendalikan pikiran sendiri untuk menanggung tekanan. Mengendalikan berarti memusatkan, memusatkan pikiran untuk menerima, untuk menanggung. Pikiran yang melindungi, berarti harus melindungi ajaran ini, melindungi Pintu Dharma ini. Hari ini kalian mengikuti Master mempelajari Pintu Dharma ini, mempelajari ajaran ini, maka kalian harus melindunginya. Pikiran yang mendidik, berarti membimbing semua makhluk, mengajarkan dan membantu mereka, menyadarkan mereka. Saya berharap, setiap pemikiran yang muncul pada diri sendiri adalah demi menjadikan diri kita sebagai pembimbing bagi semua makhluk, semua hati dan pemikiran saya, seluruhnya bertujuan membantu orang lain, mengajarkan orang-orang agar bisa menjadi Bodhisattva, dengan begitu dirimu sendiri baru bisa menjadi Bodhisattva. Seperti sebuah sekolah keguruan, guru-guru di sekolah berharap agar bisa membimbing seluruh murid di sekolah tersebut menjadi seorang guru.

Menyadarkan semua makhluk diawali dari melakukan kebajikan, membuat semua makhluk melakukan perbuatan baik dengan setulus dan segenap hati. Dengan tulus membawa kebaikan bagi semua makhluk, dengan tulus berarti sepenuh hati dan semangat dalam membantu mereka, membawa kebaikan bagi mereka, menyelamatkan kesadaran spiritual mereka. Contoh, Master memiliki ketulusan hati untuk membantu kalian, sedangkan kalian adalah murid Master, walaupun kalian mungkin akan merasa kesal terhadap Master sekalipun, Master juga tidak akan menyesal dan mengeluh, karena Master tidak mengecewakan Guan Shi Yin Pu Sa, walaupun kalian meninggalkan Master atau tidak mempedulikan Master, namun Master tetap akan mengkritik kalian, siapapun yang memiliki kekurangan, jika Master tidak mengkritiknya, berarti Master bukan guru yang baik, juga bukan guru yang benar. Selamanya ingat, walaupun Master mencari-cari kekurangan dalam diri kalian, juga supaya kalian memahami kebiasaan buruk kalian yang terbawa dari kehidupan sebelumnya, kemudian membantu kalian berubah dan menghilangkan halangan karma buruk, kalau tidak, apa yang akan kalian pelajari dari Master? Gunakan hati (pikiran) yang paling bersih dan yang paling suci untuk mengembangkannya, memperkuatnya, meneguhkannya, memperbesar tekad welas asih diri sendiri untuk menyadarkan semua makhluk. Kalian harus menyadarkan semua makhluk, harus bisa membangkitkan kesadaran spiritual semua makhluk, jika tidak, maka pembinaan diri kalian tidak akan mencapai tingkat Bodhisattva.

Hal yang paling menyedihkan di dunia ini adalah tidak bisa berwelas asih, orang yang tidak bisa berwelas asih terhadap semua makhluk adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini. Pahamilah bahwa kerisauan berawal dari harapan yang tidak masuk akal. Apabila harapan kamu tidak logis atau tidak masuk akal, maka selanjutnya, kamu akan mendatangkan kerisauan bagi diri sendiri, hal-hal yang sudah jelas tidak sanggup kamu lakukan, namun kamu tetap bersikeras melakukannya, maka kerisauan akan mendatangimu. Sudah jelas orang ini tidak menyukaimu, namun kamu tetap bersikeras mengejarnya, bukankah ini berarti kamu menambah kerisauan bagi diri sendiri?

Oleh karena itu, segala fenomena di dunia ini adalah penjara bagi diri kita. Seluruh fenomena yang kamu lihat sesungguhnya adalah jeruji besi yang mengekang dirimu sendiri, ini adalah penjara. Seperti kamu melihat sesuatu dan menyukainya, berarti dirimu sudah diikat olehnya, maka maaf saja, ini tandanya kamu sudah terpenjara. Contoh, kamu melihat orang lain merokok, lalu kamu mencobanya, kemudian ketagihan, lalu kamu akan sangat sulit untuk berhenti. Misalnya, kamu pergi ke kasino, lalu memenangkan beberapa ratus Yuan, maka selanjutnya kamu akan terjerumus ke dalam “penjaranya”, kamu akan menjadi budaknya, setelah masuk ke sana, kamu tidak akan bisa melarikan diri.

“Sudah terlahir sebagai manusia, kemudian melakukan perbuatan buruk”, berarti kamu yang sebenarnya sudah menjadi manusia, namun malah terus melakukan perbuatan-perbuatan jahat, bagaikan sebuah mutiara yang sangat bersih yang terendam di dalam kotoran, ketika dikeluarkan akan berbau busuk dan menyengat. Bodhisattva mengatakan, “sulit terlahir sebagai manusia”, betapa sulitnya untuk menjadi seorang manusia, namun setelah dirimu menjadi manusia, malah kembali melakukan hal-hal buruk, maka kamu akan menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini.

Sekian pembahasan Master pada hari ini, untuk pertemuan selanjutnya kita akan membahas tentang kekuatan Dharma dari Bodhisattva Vimala, dengan kata lain adalah kemampuan atau kekuatan spiritual dari Bodhisattva Vimala.