27. Mempelajari Kesadaran Spiritual Buddha, Belajar Untuk Bersukacita Dan Merelakan (Memberi) 学佛境界,学会喜舍

27. Mempelajari Kesadaran Spiritual Buddha, Belajar Untuk Bersukacita Dan Merelakan (Memberi)

Selanjutnya, Master akan melanjutkan pembahasan secara lebih mendalam, supaya kalian mengetahui bagaimana cara membina diri agar bisa mencapai tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva? Kalian harus menggunakan standar kesadaran spiritual Bodhisattva pada pembinaan diri sendiri, membina kesadaran kalian demi mencapai penerangan sempurna.

Pertama-tama, bisa bersabar menghadapi apapun, bisa mengatasi segala kesulitan, memiliki hati yang pantang mundur. Tidak peduli menghadapi permasalahan apapun, Anda harus tetap bisa bersabar dan menerimanya. Jika ingin meneladani Bodhisattva, maka pertama-tama, Anda harus belajar untuk bersabar dan menerima, dan di sini termasuk menerima hal yang belum tentu merupakan kesalahan Anda, walaupun Anda benar, Anda tetap harus bersabar dan menerimanya. Master sering mengatakan kepada kalian, di dunia ini tidak ada benar dan salah, hanya ada sebab dan akibat – karma. Mampu mengatasi kesulitan apapun, berarti bisa menghalau kesulitan, saya bisa bersabar dan menerima kesulitan ini, dengan kata lain, saya bisa mengerjakan dan menghadapi kesulitan apapun. Sesuatu yang sudah jelas bisa Anda lakukan sendiri, namun Anda tidak melakukannya, malah menyuruh orang lain untuk melakukannya, ini adalah egois, orang seperti ini tidak akan bisa mencapai tingkat kesadaran Bodhisattva, tentu saja, jika mengerjakan sesuatu dengan sembarangan juga tidak benar.  Hati yang pantang mundur, berarti hati nurani Anda dan sifat dasar Anda selamanya tidak akan memudar. Apabila Anda bisa mencapai tingkat kesadaran Bodhisattva, maka Anda selamanya tidak akan mundur atau menyerah. Hati Master selamanya tidak akan pernah mundur, Master selamanya akan terus menolong orang, yang seperti itu baru bisa disebut sebagai Bodhisattva. Apabila Anda menghindar ketika bertemu masalah, melarikan diri saat dilanda masalah, ketakutan sewaktu menghadapi masalah, “Saya tidak mau membina diri lagi, saya hanya ingin melindungi hasil pembinaan diri saya sendiri”, maka orang seperti ini selamanya tidak akan bisa menjadi Bodhisattva.

Jangan suka menuntut, “suka” di sini berarti ingin menang sendiri, “menuntut” berarti selalu ingin berdebat dan menuntut orang lain. Bodhisattva selamanya tidak akan berdebat atau menggugat orang lain, maupun membicarakan prinsip logika duniawi, namun sesungguhnya logika di dunia ini adalah bibit “sebab” yang ditanam sendiri oleh orang-orang, dan sekarang mereka sedang menerima balasan karmanya.

Sesungguhnya, kita mempraktikkan ajaran Buddha harus memiliki tubuh dan hati yang lembut. Hati (pikiran) Bodhisattva sangat lembut, selain itu juga sangat tenang dan stabil. Maksud di sini bukan mengatakan hati Anda lembut, tenang, dan stabil, melainkan apapun yang Anda lakukan, sangat lembut, sangat stabil dan tidak kasar, apapun yang Anda lakukan sama sekali tidak keras dan memaksa, Anda selalu bisa menyelesaikan permasalahan dengan lembut dan fleksibel. Apabila Anda adalah seorang Bodhisattva, ketika orang lain berselisih atau memperdebatkan logika dengan Anda, maka Anda akan selalu bisa mundur selangkah dan berpikir lebih jauh, kemudian baru menyelesaikannya. Seperti pepatah, “mundur selangkah, laut masih luas dan langit masih kosong”, begitu Anda mengalah, hati Anda melembut, tubuh dan pikiran Anda akan menjadi tenang dan stabil. Hati Bodhisattva selamanya adalah damai dan tenang.

Memperoleh sukacita sewaktu mempraktikkan dan membabarkan Dharma, dengan kata lain, ketika Anda sedang membabarkan Dharma, Anda akan merasakan sukacita yang sangat besar, hati Anda merasa sangat senang. Jika hati kita  dipenuhi dengan perasaan sukacita ketika memberitahukan Ajaran Buddha Dharma kepada orang lain, orang seperti ini baru bisa menjadi Bodhisattva. Dengan kata lain, ketika Bodhisattva menyelamatkan jiwa seseorang, Beliau menggunakan suatu perasaan sukacita untuk menolong kesadaran spiritual semua makhluk. Ada banyak biksu-biksu besar sebelum menerima Ajaran Buddha Dharma yang baru, mereka mempelajari Ajaran Buddha Dharma yang paling awal yang diwariskan turun-temurun, lalu ketika mereka mendapatkan berkat kekuatan langsung dari Bodhisattva, maka akan terlahir ajaran-ajaran Buddha Dharma yang baru. Sedangkan saat Dharma baru yang baru saja muncul, ia akan “diserang” oleh banyak orang yang berpikiran kolot yang tetap bersikeras melakukannya sesuai cara-cara yang lama, karena mereka  merasa, semua yang tidak ada pada ajaran sebelumnya itu palsu dan tidak benar, karena itu bukan Ajaran Buddha Dharma yang diwariskan dari zaman kuno dulu. Akan tetapi, kalian harus memahami bahwa seiring dengan perubahan waktu dan zaman, Ajaran Buddha Dharma juga akan berubah, coba Anda pikirkan, dalam masyarakat zaman sekarang, baik pandangan materiil maupun konsep pemikiran orang-orang masa kini  bisa membuktikan bahwa di dunia ini tidak ada satupun yang tidak berubah.

Anda harus memiliki keyakinan pada Ajaran Buddha Dharma. Jika Anda adalah Bodhisattva tingkat awal, maka pertama-tama, Anda harus memiliki keyakinan terhadap Buddha dan Ajaran Buddha Dharma, percaya bahwa Bodhisattva memang benar ada di dunia ini, percaya bahwa Bodhisattva berada pada tubuh Dharma dan raga jasmani Anda. Kalian harus percaya kepada Buddha dan Bodhisattva, kalian harus memiliki keyakinan dan pemikiran yang bersih terhadap Ajaran Buddha Dharma. Kalian harus mempelajari Ajaran Buddha Dharma dengan hati (pikiran) yang bersih, jika kalian masih memiliki keraguan terhadap Pintu Dharma yang dipelajari, bagaimana mungkin kalian bisa mempelajarinya dengan baik? Ini berarti Anda tidak memiliki keyakinan, hati Anda tidak bersih, akan sulit bagi Anda untuk mencapai penerangan sempurna.

Berwelas asih mengasihani semua makhluk, memberikan mereka perlindungan dan keselamatan. Bodhisattva tingkat awal atau Pramuditā harus memiliki welas asih yang besar, mengasihani semua makhluk. Master datang untuk menyelamatkan dan membuka kesadaran spiritual semua orang, Master selalu menyesuaikan perkataan dengan lawan bicara, karena sekarang kalian masih belum mengerti apa-apa, saya hanya bisa mengatakan logika kebenaran yang bisa kalian pahami. Jika hari ini Anda adalah seseorang yang memiliki wawasan mendalam tentang Ajaran Buddha Dharma, maka Master akan memberikan wejangan tentang Ajaran Buddha Dharma yang lebih sulit. Master sekarang sedang menyebarkan Ajaran Buddha Dharma, bahkan pemerintah pun menyukainya, banyak orang yang setelah mempelajari Pintu Dharma Master, kemudian membina pikiran dan melafalkan paritta, lalu tubuh mereka bisa sehat kembali, rumah tangga mereka menjadi harmonis, banyak sekali orang-orang yang kembali ke jalan yang benar, menurut kalian, apakah pemerintah tidak akan merasa berterima kasih? Yang Master ajarkan adalah, bagaimana seseorang bersikap baik, tidak melakukan segala kejahatan, mengamalkan segala bentuk kebaikan, hal ini sudah mengurangi banyak sekali permasalahan sosial. Master mengajarkan kalian untuk mempelajari Ajaran Buddha Dharma dengan baik dan benar, menjadi orang yang memiliki karakter dan perilaku yang baik, semuanya adalah jalan kebenaran. Kalian harus bisa terus mempertahankan jalan yang kalian anggap benar, menghargainya baik-baik, terus tekun membina diri. Jika kalian bisa menerima apa yang Master jelaskan, maka itu adalah hal yang benar. Apabila hari ini yang Master katakan semuanya tidak benar, coba kalian pikir, apakah kalian bisa menerimanya?

Menekuni dan mempraktikkan Dharma tanpa kebencian, sering bersukacita melakukan kebajikan. Untuk menjadi Pramuditā Bodhisattva atau Bodhisattva tingkat awal, maka tidak boleh memiliki kebencian, berarti selamanya tidak akan membenci dan memendam ketidaksenangan terhadap orang lain. Kalian bisa tidak memiliki kebencian, akan tetapi akan sangat sulit untuk menghilangkan “halangan” atau āvaraṇa dalam hati. Terhadap orang tua, anak, keluarga dan sanak saudara, serta ketenaran dan kekayaan, masih terdapat halangan atau kemelekatan dalam pikiran kalian. Jika Anda tidak bisa menghilangkan hal-hal ini, maka Anda tidak akan bisa menjadi Bodhisattva, dan tidak akan berjodoh dengan Bodhisattva. Hanya dengan merelakan segalanya, sewaktu kesadaran spiritual seseorang sudah meningkat, dia baru bisa mencapai penerangan sempurna. Kalian tahu bahwa Bodhisattva memiliki kesadaran spiritual, yang rela turun ke dunia ini menanggung penderitaan dan menolong orang-orang demi semua makhluk. Jika kalian tidak bisa merelakan, tidak bisa melepas, berarti kalian tidak memiliki kesadaran spiritual. Demi menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk, kita harus bisa merelakan keuntungan diri sendiri, tidak lagi menginginkan apapun, ini baru namanya merelakan.

Guan Shi Yin Pu Sa meminta kita untuk bersukacita memberi atau merelakan, yakni dengan senang hati merelakan segala sesuatu yang tidak seharusnya dimiliki. Betapa banyaknya orang yang merasa uang yang dimilikinya belum cukup banyak, namun sudah kehilangan nyawanya, menurut kalian, apakah uang bisa membeli tubuh ini? Jika sewaktu bencana benar-benar datang melanda, siapa yang bisa menghindarinya? Ketika pergi meninggalkan dunia ini, apakah kalian bisa benar-benar tidak memiliki kekhawatiran lagi, tidak lagi kembali bereinkarnasi? Ketika sudah tiba saatnya Anda harus pergi, maka relakan, harus pergi; tidak rela, juga harus pergi. Oleh karena itu, Bodhisattva meminta kita untuk belajar merelakan, terus merelakan sampai pada akhirnya, Anda tidak akan merasa menderita lagi. Contohnya, seseorang yang biasanya tidak mau mendanakan uangnya, jika dia didenda beberapa ratus Yuan, maka dia pasti merasa sedih, dia akan merasa tidak senang selama beberapa hari, ini karena dia tidak terbiasa untuk memberi. Seseorang yang biasanya tidak mau memberi, maka ketika bencana datang melanda, walau tidak rela pun harus merelakan, tidak ada yang bisa menghindarinya. Jika ingin membina pikiran dengan baik, maka kita harus belajar untuk memberi atau merelakan, jika tidak, maka Anda tidak akan bisa membina diri dengan baik. Seseorang yang tidak bisa memberi atau merelakan apapun, tidak akan bisa mencapai kesadaran Pramuditā Bodhisattva sekalipun.

Miliki hati yang senantiasa bersukacita melakukan kebajikan, ini berarti hati kalian harus sering merasa bahagia, selain itu, segala perbuatan yang dilakukan harus didasari perilaku yang welas asih, itu baru disebut dengan Bodhisattva. Dalam membantu orang lain meningkatkan kesadaran spiritualnya, harus disertai dengan welas asih dan kasih sayang. Maka ketika Anda membantu orang lain, kesadaran spiritual Anda baru bisa meningkat lebih tinggi.

Saya berharap murid-murid sekalian berhati-hati dalam menekuni dan mempraktikkan Dharma, menerapkan standar kesadaran Bodhisattva terhadap pembinaan diri sendiri, maka tingkat kesadaran spiritual kalian akan meningkat dengan cepat. Kalian harus benar-benar bisa menyadari kebenaran ini.