16. Membina Pikiran dengan Tekun, Memberikan Persembahan dengan Tulus
Saya beritahu kalian, seseorang tidak boleh mengalami terlalu banyak “kejutan”, jika dikejutkan satu kali, maka rohnya akan sedikit meninggalkan tubuhnya, terkadang jika ia mengalami kejutan / tekanan terlalu berat, maka rohnya akan meninggalkan tubuhnya. Walaupun roh masih bisa kembali, akan tetapi kecepatan untuk kembali sangat lambat. Contohnya, jika seseorang dibius satu kali, maka seluruh tubuhnya akan mati rasa, juga tidak sadarkan diri, tunggu sampai ia siuman, maka pemikirannya akan terhambat, otaknya akan berputar dengan pelan, tidak bisa merespon dengan cepat, semua ini karena pengaruh rangsangan bius. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh mengalami terlalu banyak kejutan, banyak orang yang sangat pintar, jika terlalu banyak mengalami, maka responnya akan melambat. Di dalam kehidupan nyata, kita harus menghindari diri kita dari banyak kejutan, bagaimana cara melindungi diri agar tidak mengalami? Saya beritahu kalian, caranya mudah, yaitu jangan tamak, jangan membenci, jangan bodoh, bolak-balik semuanya tetap beberapa kata itu, akan tetapi tetap tidak bisa menyelesaikannya, dengan kata lain orang-orang tidak bisa menghilangkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan ini. Oleh karena itu, belajarlah untuk tidak tamak ketika orang lain lebih baik daripada saya; jangan membenci ketika orang lain tidak bersikap baik terhadap saya. Anda harus lebih sering memikirkan orang lain, berpikir demi kebaikan orang lain, gemar berdana, belajar untuk memberi, merelakan semuanya, maka akan menjadi lebih tenang saat meninggalkan dunia ini.
Karena setelah seseorang mengalami suatu kejutan, akan berubah menjadi suatu pemikiran, dan pemikiran ini akan berubah menjadi kekuatan karma. Contohnya, ada sebagian orang seringkali berpikir, mengapa dia selalu bersikap begitu terhadap saya, tidak bersikap baik pada saya? Maka selanjutnya akan terlahir kebencian – saya benar-benar membencinya. Ketika pemikiran benci ini sudah terlahir, maka akan diiringi dengan terciptanya kekuatan karma, mengerti? Maka pada saat itu, halangan karma buruk akan menghantam Anda bagaikan gelombang ombak laut, misalnya ”Saya benci, benci pada diri sendiri, saya tidak mau hidup lagi, lebih baik mati saja!” dan lain-lain, pada saat ini, Anda akan ditenggelamkan oleh ombak halangan karma buruk. Oleh karena itu, kita harus belajar mengendalikan diri sendiri, meneladani Buddha untuk menguraikan (masalah/kerisauan) diri sendiri, menghilangkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan.
Seseorang tidak berikrar, tidak apa-apa; tetapi begitu berikrar, maka dari kedua alam yin dan yang akan mencari mereka. Ketika tidak berikrar, tidak apa-apa; jika berikrar kepada Buddha dan Bodhisattva: “Guan Shi Yin Pu Sa, saya akan bagaimana…”, maka dari Akhirat, Alam Manusia, semuanya akan mencari Anda, oleh karena itu, mulut tidak boleh sembarangan berbicara, tidak boleh sembarangan berikrar. Ada banyak pria dan wanita ketika melakukan kesalahan, mulutnya sembarangan berikrar, semuanya akan ada balasan karmanya, baik di alam yin maupun alam yang, semuanya sama.
Berikutnya, Master akan membahas tentang memberikan persembahan melalui pembinaan pikiran. Buddha dan Bodhisattva mengatakan, kita harus paham tentang memberikan persembahan, karena memberi persembahan sangat penting, memberikan persembahan kepada Buddha dan Bodhisattva seperti, bersembah sujud, memberikan persembahan air minum, buah-buahan dan lain-lainnya kepada Bodhisattva, semua ini dinamakan memberi persembahan, menafkahi atau menghidupi orang tua kalian juga dinamakan memberi persembahan, karena mereka adalah Buddha dan Bodhisattva masa depan.
Untuk memberikan persembahan melalui pembinaan pikiran, kita harus memahami aturannya, dan juga harus memiliki pemahaman secara Buddhis.
Pertama, memberikan persembahan dengan membina perilaku, yakni menggunakan tutur kata dan perilaku sendiri sebagai bentuk persembahan kepada Buddha dan Bodhisattva, jika Anda membina diri dengan baik, seperti Bodhisattva, berarti Anda sedang memberikan persembahan kepada Bodhisattva, orang lain melihat Anda, “Wah orang ini baik sekali, sama seperti seorang Pu Sa”, ini berarti Anda memberikan persembahan kepada Bodhisattva melalui sikap perilaku Anda.
Kedua, memberikan persembahan dengan membawa kebaikan bagi semua makhluk, yakni dengan membantu orang lain, setiap orang memiliki sifat Kebuddhaan, jika Anda baik terhadap setiap orang, bukankah berarti Anda sedang memberikan persembahan dengan membawa kebaikan bagi semua makhluk?
Ketiga, memberikan persembahan dengan berkorban demi semua makhluk, dengan kata lain “Saya memberikan persembahan dengan bersedia menderita demi semua makhluk”, yaitu diri sendiri bersedia menanggung segala hal-hal yang tidak baik, biarkan saya menderita demi semua makhluk. Jika kita ingin menyelamatkan semua makhluk, maka harus menggunakan cara yang tepat, baik, mudah, dan sesuai, menyesuaikan akar kesadaran yang dimiliki semua makluk untuk membuka kesadaran spiritualnya. Mengatasi hinaan dan kesulitan dengan kesabaran; mengatasi kemalasan dengan ketekunan, mengendalikan kemalasan diri sendiri; mengatasi kebodohan dengan kebijaksanaan.
Yang keempat, memberikan persembahan dengan menggantikan semua makhluk untuk menderita, dengan kata lain bersedia menggantikan semua makhluk untuk menderita. Contohnya, jika terjadi bencana alam, kita harus pergi menolong korban bencana, maka dalam prosesnya kita pasti akan mengalami banyak penderitaan, sedangkan penderitaan ini harus kita cerna dan terima demi semua makhluk. Para Buddha dan Bodhisattva demi menyelamatkan semua makhluk, tidak takut menjalani derita reinkarnasi, menggantikan semua makhluk untuk menderita. Kalau begitu diri kita sekarang yang sedang membina diri, bukankah sama dengan menggantikan semua makhluk untuk menerima penderitaan ini?
Yang kelima, memberikan persembahan dengan tekun membina akar kebaikan, akar kebaikan adalah sifat dasar, jika setiap hari Anda mengamati sifat dasar dan hati nurani Anda, “Saya sangat baik hati, saya sangat bersedia membantu orang lain, saya adalah orang baik”, atau dengan kata lain sering menjadi orang baik dan melakukan kebajikan, ini dinamakan memberikan persembahan dengan rajin membina akar kebaikan.
Yang keenam, memberikan persembahan dengan tidak melepaskan karma Bodhisattva, apa yang dimaksud dengan tidak melepaskan karma Bodhisattva? Yakni saya selamanya tidak akan meninggalkan karma dari Bodhisattva, buah karma Bodhisattva, jalan pembinaan Bodhisattva, saya akan mengikuti Bodhisattva dengan membina pikiran dan perilaku dengan sungguh-sungguh, ini juga dinamakan memberikan persembahan.
Yang ketujuh, memberikan persembahan dengan tidak meninggalkan bodhicitta – tekad untuk mencapai pencerahan, ini merupakan persembahan welas asih, yaitu ketika berkomunikasi dengan Guan Shi Yin Pu Sa, atau saat memberikan persembahan air atau buah-buahan, pikiran saya selamanya tidak akan meninggalkan bodhicitta. Anda adalah Bodhisattva, jangan meninggalkan bodhicitta, ini juga merupakan suatu bentuk persembahan. Itu adalah persembahan dengan jasa kebajikan yang tiada taranya.
Yang kedelapan, memberikan persembahan dengan membentuk Bodhisattva yang membabarkan Dharma, Bodhisattva memberikan persembahan melalui pembabaran Dharma di dunia ini, dengan kata lain membabarkan Dharma pada kita, melindungi kita. Hari ini Guan Shi Yin Pu Sa menggunakan Pintu Dharma yang baik ini, melalui tubuh Master, untuk mendidik kalian, membantu kalian, yang Master lakukan adalah berdana dalam Dharma, kalian harus memahami logikanya, meminta kalian melafalkan paritta, agar keluarga kalian semuanya baik, bukankah ini adalah bentuk pendanaan Dharma? Jika kalian sudah membina diri sampai seperti Bodhisattva, memberikan persembahan dengan berdana dalam Dharma, maka yang kalian peroleh adalah persembahan kepada tathagata. Tathagata atau ru lai, artinya “yang tidak datang, sesungguhnya memang ada”, seperti sifat dasar kalian yang memang sudah ada di dalam pikiran kalian sendiri. Ingatlah, memberikan persembahan kepada tathagata harus berdana dalam Dharma.
Terakhir, Master memberitahu kalian untuk mengembangkan perasaan welas asih, membina pikiran secara ketat dan disiplin sesuai Ajaran Buddha Dharma, sampai bisa mengeluarkan sifat dasar yang semula.