6. Berhati–hati Dalam Pembinaan Pikiran 修心如履薄冰

Bab 6. Berhati–hati Dalam Pembinaan Pikiran

Dalam perjalanan pembinaan pikiran, kalian harus benar-benar mengingat 4 kata ini dengan baik, yakni “ru lü bo bing” (如履薄冰) – berhati-hati bagaikan melangkah di atas es yang tipis. Perkataan ini menggambarkan dengan tepat betapa sulitnya membina pikiran seseorang, dan juga dengan tepat menggambarkan proses pembinaan pikiran yang harus dijalani, ini adalah hal yang harus terus diingat di dalam pikiran kita. Para pemula mudah terjerumus ke jalan yang salah, bahkan orang-orang yang sudah mencapai tingkat kesadaran yang cukup tinggi juga mungkin saja akan kehilangan semua hasil pembinaan dirinya hanya karena sebuah keteledoran kecil. Oleh karena itu, tidak hanya para pemula saja yang harus selalu mengingatkan diri sendiri untuk berhati-hati, melainkan setiap orang yang menekuni Ajaran Buddha Dharma, semuanya harus selalu meng-introspeksi pikirannya, barulah dia bisa menang dari segala macam bentuk godaan iblis, baik dari dalam maupun luar, dan bisa mencapai tujuan akhir pembelajaran Dharma.

Baik hambatan, halangan, maupun godaan, hanya pikiran kita yang bisa merasakannya; karena yang bisa memahami dan membuat kesimpulan akhir adalah pikiran kita sendiri; yang paling akhir mengeluarkan keputusan dan tanggapan juga tetap pikiran kita sendiri, inilah mengapa dikatakan, bahwa semua hal berasal dari dalam pikiran, menekuni Ajaran Buddha Dharma berarti membina pikiran kita. Membina diri atau perilaku kita adalah faktor pembantu dalam pembinaan pikiran, membina diri jauh lebih mudah daripada membina pikiran.

Melafalkan paritta, berbuat baik, mengumpulkan jasa kebajikan, beramal, memperbaiki sikap, dan lain sebagainya, adalah contoh dari pembinaan diri, bisa dilakukan sesuai kemampuan masing-masing, dan juga bisa dilakukan semua orang, yang membedakan hanya banyak sedikitnya saja. Walaupun dasar dari pembinaan diri ditentukan dari tingkat kesadaran seseorang, akan tetapi konsekuensi yang dihadapinya jauh lebih kecil daripada membina pikiran, yang harus selalu siap untuk menghadapi rintangan setiap saat.

Apa yang harus dibina dalam pembinaan pikiran? Sebenarnya jawabannya adalah “pengenalan dan pemahaman”, dan menjadikan kedua hal ini sebagai dasarnya, untuk menemukan jalan yang benar. Ini melingkupi pengenalan dan pemahaman terhadap alam semesta, hukum karma dan aturan langit, siklus reinkarnasi, alam kehidupan yang berbeda- beda, penderitaan di Alam Neraka, keberadaan jiwa utama (jiwa awal), pengertian bahwa “hanya karma yang akan menyertai kita setelah meninggal”, dan lain sebagainya, juga satu lagi yang sangat penting, yaitu pengenalan dan pemahaman terhadap Pintu Dharma, bila semua faktor ini digabungkan menjadi satu, maka akan menjadi pengenalan dan pemahaman terhadap Ajaran Buddha Dharma.

Semakin dalam pengenalan dan pemahaman seseorang terhadap pengetahuan di atas, maka dia akan semakin dekat dengan kebenaran itu sendiri, pikirannya akan menjadi semakin jelas, dan kesalahan yang dilakukannya akan menjadi semakin sedikit, dan pikirannya sendiri pun akan menjadi semakin terbuka. Dia semakin bisa memahami logika yang terkandung di dalamnya, semakin bisa memperoleh pikiran yang bersih dan tenang, karena dia sudah menyadari bahwa kerisauan di dunia ini sebenarnya amatlah kecil, ketenaran di dunia ini juga sangatlah singkat; semakin mengerti mengenai hukum karma dan aturan langit, maka dia akan semakin memahami pentingnya memiliki pikiran yang baik, karena segala pemikiran yang buruk adalah sumber dari karma dan jodoh yang buruk juga, serta perlu menghabiskan banyak waktu untuk meng-hilangkannya; semakin mengenali penderitaan di Alam Neraka, maka dia tidak akan berani berbuat jahat, karena buah karma buruk dari perbuatan ini tidak akan bisa dihindari; semakin mengerti tentang hukum karma dan reinkarnasi, maka akan semakin kuat tekadnya dalam membina diri, karena dia mengetahui bahwa Ajaran Buddha Dharma-lah yang bisa membuatnya terbebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan pada akhirnya; memiliki pengenalan dan pemahaman yang benar terhadap Pintu Dharma, maka hasil pembinaan yang dicapai akan semakin terlihat, juga tidak akan berjalan menyimpang; semakin jelas memahami keberadaan jiwa utama, maka semakin bisa berwelas asih, karena semua makhluk berasal dari sumber yang sama.

Sedangkan hambatan dan halangan dalam membina pikiran, yang datang dari dunia sekitar kita, atau dari dunia roh, semuanya muncul dari unsur “kemelekatan”, dan hanya dengan “pikiran yang bersih” baru bisa menghilangkannya. Apa yang di-maksud dengan “kemelekatan”? itu adalah pengenalan dan pemahaman yang tidak menyeluruh dan tidak benar terhadap suatu hal, sewaktu pengenalan dan pemahaman seseorang tidak bisa melingkupi keseluruhan permasalahan yang dihadapi atau tidak bisa menemukan penyelesaian bagi kesulitan yang dihadapinya, maka dia akan mencoba mencari jawabannya sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya saat itu, dengan demikian hasil akhir yang diperoleh adalah salah satu di antara “kesadaran” atau “kemelekatan”.

Di dalam kehidupan ini, kita sering dirisaukan karena mengalami berbagai bentuk “ketidakadilan”. Misalnya: dalam pekerjaan, saya sudah melakukan banyak pekerjaan dan memiliki kemampuan yang bagus, namun tidak dihargai, serajin apa pun bekerja, tetap tidak dipromosikan; di rumah, saya sudah berkorban melayani anak dan keluarga, tapi mereka tidak menghargainya; saya ingin mendalami Ajaran Buddha Dharma dan membina pikiran, akan tetapi berbagai kerisauan ini selalu mengganggu ketenangan hati saya, tidak bisakah saya membina pikiran dalam Dharma tanpa gangguan apa pun, tidak adakah “surga” di dunia ini? Yang bekerja di rumah sakit, melihat kesengsaraan sudah menjadi pemandangan biasa bagi dokter dan suster, seringkali karena kelalaian mereka menimbulkan tragedi yang menyedihkan, ingin sekali keluar dari lingkungan seperti ini dan mencari kedamaian; masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Bahkan, teman se-Dharma yang ada di sekitar kita, karena tingkat kesadaran yang berbeda, pemahaman yang berbeda, cara berkomunikasi yang tidak sama, bisa menimbulkan kesalahpahaman, peng-hinaan, bahkan fitnahan dari orang lain, kejadian seperti ini juga sering ditemui dalam keseharian kita. Berbagai “ketidakadilan” ini, baik dari pemikiran Anda sendiri atau memang kenyataannya seperti itu, semuanya adalah faktor duniawi yang menjadi halangan dalam pembinaan pikiran kita. Pemikiran seperti ini sudah mengakar di dalam otak kita, yang sepertinya tidak bisa dihilangkan lagi, setiap hari tidak henti-hentinya kita bertanya pada diri kita sendiri, dan semakin hari kita semakin yakin bahwa pemikiran kita itu sudah sangat benar, tidak ada penjelasan lain lagi yang lebih masuk akal, maka semenjak saat itulah kita “melekat” pada pengenalan yang tidak benar ini, tidak bisa keluar dari pengenalan yang salah ini, itulah yang dinamakan “iblis” (cobaan) dalam pembinaan pikiran.

Menghadapi keadaan seperti ini, asalkan kita mempelajari dan menggunakan pengenalan dan pemahaman terhadap Ajaran Buddha Dharma, maka kita akan lebih bisa menyikapi segala kerisauan dan ketidakadilan ini dengan tenang. Misalnya: atasan kita tidak memiliki kemampuan kerja yang bagus, tapi karena kakak iparnya adalah general manager (manajer umum), makanya dia bisa menduduki jabatan ini, malah saya yang berkemampuan bagus (anggapan sendiri), tidak pernah dianggap penting.

Ketahuilah, bila Anda tidak dipercaya dan ingin mengganti pekerjaan, tetapi tetap tidak bisa menemukan pekerjaan baru, janganlah menyalahkan orang lain, ini adalah rintangan dari karma burukmu sendiri, Anda bagaikan kuda unggul yang belum diketahui bakatnya, jika ingin sukses, maka Anda harus menghapuskan karma buruk terlebih dahulu. Tidak perlu memusingkan apakah atasan Anda benar memiliki kemampuan atau tidak, setidaknya dia sekarang bertemu dengan orang yang membantunya, dan memiliki masa depan yang cukup baik, karena di kehidupan sebelumnya dia pernah menjaga seorang tua yang hidup sendirian separuh hidupnya. Dengan memahami hal ini, maka dengan sendirinya kamu akan mengerti bahwa pembalasan hukum karma sedikit pun tidak ringan, oleh karena itu gunakan waktu sebaik-baiknya untuk meng-hapus karma buruk dan melakukan kebajikan. Contoh lainnya, di rumah sakit, terlalu banyak kejadian yang menyedihkan, namun tahukah kalian, anak laki-laki 5 tahun penderita leukemia (kanker darah) itu, di kehidupan sebelumnya pernah mencelakakan seseorang karena masalah percintaan. Sedangkan pasien wanita itu, yang meninggal karena kelalaian dokter, walaupun dokter ini telah berbuat karma buruk yang baru, tetapi penyebab utamanya adalah karena ada arwah asing yang sudah mengikutinya selama 30 tahun, arwah ini menghalanginya untuk men-dapatkan pertolongan. Setelah memahami hal ini, maka kamu tidak akan tersesat lagi.

Masih ada satu jenis “kemelekatan” yang disebabkan karena penyimpangan atau tidak memiliki pengenalan yang benar terhadap roh atau kekuatan supranatural. Contohnya sering memikirkan teman yang sudah meninggal, tidak merelakan arwah asing di tubuhnya malahan menganggap arwah tersebut sebagai jodoh yang baik, masih ingin melanjutkan hubungan “ibu dan anak”, tapi jika kamu bisa mengenali arwah atau roh dengan benar, maka baik yang “berjodoh baik” maupun yang “berjodoh buruk”, semuanya adalah hubungan yang harus diputuskan seiring dengan terjadinya reinkarnasi yang baru. Jika jodoh mereka masih belum selesai, juga hanya bisa dilanjutkan di kehidupan berikutnya, selain itu dampak buruk dari arwah asing terhadap tubuh manusia juga tidak bisa dipungkiri, karena dia tidak hanya membawa pengaruh buruk pada kesehatan, juga memberikan efek negatif pada kejiwaan seseorang; kemungkinan lainnya adalah Anda sendiri ingin melanjutkan salah satu hubungan jodoh, yang mungkin akan menarik banyak “jodoh” lainnya, akibatnya sangat fatal, seperti peribahasa “qian yi fa er dong quan shen” (牵一发而动全身) – menarik satu helai rambut bisa mempengaruhi seluruh tubuh, yang berarti karena satu langkah kecil bisa mempengaruhi keseluruhan kondisi. Bila mengetahui hal ini, apakah kamu masih ingin menyambung lagi jodoh yang seharusnya sudah berakhir? Apakah kamu masih tidak bisa merelakan teman yang sudah meninggal?

Para praktisi Buddhis pada zaman dahulu, harus mempelajari paritta-paritta dengan cermat dan setelah mendapatkan pembenaran dari teman-teman se-Dharmanya, barulah bisa membuktikan apakah pengenalan dan pemahamannya terhadap Ajaran Buddha Dharma itu benar atau tidak, maka bisa kita bayangkan betapa besarnya kesulitan yang harus dilalui. Di zaman sekarang, karena kemajuan sarana komunikasi, kita bisa dengan mudah mendapatkan bimbingan, namun di satu sisi, karena terlalu banyak beraneka ragam informasi bisa diperoleh dengan mudah, kita kembali dihadapkan pada kesulitan yang sama besarnya untuk membedakan dan memilah informasi yang benar. Dari kedua hal ini bisa disimpulkan bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap Ajaran Buddha Dharma dari dulu sampai sekarang bukanlah hal yang mudah.

Mengapa dikatakan bahwa pikiran yang bersih dan tenang baru bisa terbebas dari kemelekatan? Memiliki pikiran yang bersih dan tenang, bukan berarti meminta kita semua untuk tidak memikirkan apa pun, namun menempatkan pikiran kita pada tingkat kesadaran yang jauh lebih tinggi dari biasanya, terbebas dari gangguan dan godaan duniawi, hanya dengan demikian barulah pikiran kita tidak lagi tercemari, tergoda, ataupun tenggelam di dalamnya, memahami berbagai macam peristiwa yang terjadi di dunia ini, ini adalah syarat mutlak untuk bisa menyadari makna sesungguhnya dari Ajaran Buddha Dharma.

Maka, bagaimanapun hasil pembinaan kita nantinya, semua orang yang telah menjadi praktisi Buddhis harus mengawali pembelajarannya dari pengetahuan yang paling dasar. Menekuni Ajaran Buddha Dharma seperti mempelajari satu cabang ilmu pengetahuan, hukum dasar dari ajaran ini sama seperti rumus matematika, di bawah bimbingan Master kita diharapkan untuk bisa menggunakan Ajaran Buddha Dharma untuk menganalisa, mengeksplorasi maupun menarik kesimpulan dari hal-hal lainnya, melepaskan kerisauan, menyadari kepalsuan dan ketidakkekalan dalam hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya, maka lambat laun kita akan lebih bisa menghadapi gejolak tinggi rendah kehidupan dengan lebih tenang, setelah bisa memahami dan mencapai tingkatan ini, masih ada lagi tingkatan yang lebih tinggi yang menunggu untuk Anda pahami, karena Ajaran Buddha Dharma sangat dalam dan tidak berbatas.