31. Tujuan Utama Menekuni Ajaran Buddha Dharma – Pesan Bijaksana (1) 学佛要旨———智慧语( 一)

31. Tujuan Utama Menekuni Ajaran Buddha Dharma – Pesan Bijaksana

Satu perkataan orang bijak, bisa menyadarkan semua makhluk dan membuat mereka keluar dari ketersesatannya.

Hari ini, saya akan memadukan bahasa sehari-hari dengan Ajaran Buddha Dharma untuk memberikan wejangan, menjabarkan dan mengembangkannya, agar bisa menuntun kita semua keluar dari ketersesatan dan terbuka kesadarannya.

Kalian semua harus memahami, bahwa hanya dengan membina diri sendiri, Anda baru bisa memperoleh hasilnya, memahami bahwa untuk menekuni Ajaran Mahayana, berarti harus membina hal-hal yang mendasar, membina diri dengan sungguh-sungguh. Tujuan pengangkatan sebagai murid, adalah agar bisa mempelajari lebih banyak hal, demi menyelamatkan lebih banyak orang. Master menerima murid, agar kalian bisa tersadarkan, mampu meningkatkan konsep berpikir kalian. Apabila tingkat kesadaran kalian meningkat, maka akan lebih mudah bagi kalian untuk menghapus pemikiran yang mengganggu dan menghilangkan kemelekatan. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, maka semakin sedikit kerisauan yang dilihatnya, sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran seseorang, maka akan semakin banyak hal-hal yang merisaukannya. Baik menjadi murid Master, maupun murid Guan Shi Yin Pu Sa, semuanya demi mencapai satu tujuan yang sama, yakni membina diri dengan sebaik-baiknya, menghilangkan kebiasaan buruk yang terbentuk karena ketidaktahuan kita. Bersembahyang pada Buddha, melafalkan paritta, membina pikiran dalam Dharma, semuanya adalah sesuatu yang sangat alami, dibina berdasarkan potensi kesadaran kalian sendiri.

Daging raga kita diberikan oleh ibu, sedangkan tulang diberikan oleh ayah. Bila daging dan kulit tersakiti, maka buah karma buruk ini biasanya berasal dari ibu. Jika tulang yang terluka, maka buah karma buruknya biasanya berasal dari ayah.

“Pengantar melodi kehidupan diisi dengan jerit tangis, namun hanya ditutup dengan satu hembusan nafas di bagian akhir!” Dengan kata lain, hidup seseorang diawali dari suara-suara jerit tangis bayi, lalu diakhiri dalam beberapa hembusan nafas. Coba kalian pikirkan, apakah masih perlu melekat? Sesingkat kejapan mata, yang berlalu sudah tidak ada lagi, dan semuanya tidak akan bisa kembali lagi. Duka manusia diawali dengan jerit tangis ketika dilahirkan, dan meninggal dalam satu hembusan nafas, namun dirinya sendiri masih tidak tahu ke mana ia akan pergi. Oleh karena itu, kita harus memahami pentingnya membina hati dan melafalkan paritta, untuk memperpanjang waktu hidup kita. Memperpanjang umur demi menolong lebih banyak orang dan melunasi hutang karma, bukan demi dirimu sendiri, demi menyelamatkan anakmu sendiri sekalipun, dia juga termasuk salah satu dari semua makhluk yang perlu ditolong. “Hidup berada dalam satu tarikan nafas, kebahagiaan berada dalam satu pemikiran.”

Bila nafas ini terhenti, maka hidup ini juga akan berakhir. Kebahagiaan adalah satu pemikiran. Apabila terlintas hal-hal baik atau menyenangkan dalam pikiran kita, maka kita akan segera merasa gembira. Jika membenci seseorang, maka pemikiran seperti ini tidak akan membuatmu bahagia. Logikanya sangat sederhana. Kebahagiaan maupun kesedihan semuanya ditentukan dari pemikiran seseorang. Manusia seringkali melakukan hal-hal bodoh karena satu pemikiran yang menyimpang, itulah mengapa, kita harus belajar untuk mengendalikan diri sendiri.

“Untuk membuat hidup ini berbunga dan berbuah, harus melampaui penyucian dan pengairan dari kesulitan dan penderitaan, bila sering hidup dalam atmosfir penuh kenyamanan, malah akan membuat tangkai bunga kehidupan ini lemah tak bertenaga, cukup satu kecelakaan mampu mematahkan dan menggugurkannya.”

Seseorang yang tidak pernah mengalami kesulitan dan cobaan dalam hidupnya, tidak akan pernah bisa dewasa, dia tidak akan memiliki potensi kesadaran. Hanya mereka yang pernah hidup menderita, baru bisa memahami makna dari menghargai. Seseorang yang hidup di dalam lingkungan yang nyaman dan damai, tidak akan pernah berpikir untuk membina pikirannya dalam Dharma dengan tekun. Mengalami sedikit kegagalan dan kesulitan di dalam hidup ini adalah suatu hal yang baik, karena ini bisa mengokohkan tekad dan meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengevaluasi. Di dunia ini, tidak ada hal yang abadi, maka dalam menghadapi masalah apapun, asalkan kita melafalkan paritta dengan tulus, memohon berkat perlindungan dan pertolongan dari Guan Shi Yin Pu Sa, pasti bisa membuat keadaan berubah menjadi lebih baik. Sewaktu melafalkan paritta, kita perlu bervisualisasi, melafalkannya dengan sepenuh hati, membayangkan Guan Shi Yin Pu Sa menyiramkan air dari botol suci ke atas kepala Anda, mengalir sampai tubuh Anda. Mengerjakan segala sesuatu hal harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan begitu Anda baru bisa mengerjakannya dengan baik. Kita semua tahu bahwa ada banyak sekali contoh nyata di sekitar kita. Dalam penderitaan, kita baru bisa melihat harapan, hanya dengan berada dalam kesusahan, kita baru bisa memperoleh kebahagiaan, karena di dalam kebahagiaan itu sendiri juga terkandung kepahitan, ini yang disebut dengan, kebahagiaan yang berlebihan akan melahirkan kesedihan. Kalian semua harus bisa menyelami makna sesungguhnya dari perkataan ini.

“Kebijaksanaan terbesar di dunia ini, adalah peduli dan menyadari dengan jelas kekurangan pada dirinya sendiri.”

Orang cerdas nan bijaksana, baru mampu menyadari kekurangan pada dirinya sendiri, dan bisa menutupi kekurangannya sendiri setiap saat. Sebenarnya, mampu menyembunyikan kekurangan dirinya sendiri pun, suatu hal yang baik, menutupi dan mengetahui kekurangan diri sendiri merupakan suatu kelebihan, adalah langkah yang cerdas. Setiap orang hendaknya belajar menyadari dengan jelas kekurangan pada dirinya sendiri. Memahami bahwa “menyembunyikannya” adalah langkah awal, sedangkan “mengubahnya” adalah langkah kedua, setelah mengetahui kekurangan pada diri sendiri, lalu mampu memperbaikinya itu adalah hal yang paling penting. “Menguraikannya” adalah langkah ketiga, setelah mengubah kekurangan itu lalu mampu menguraikannya, adalah orang yang paling pintar dan bijaksana. Banyak orang yang menekuni Ajaran Buddha Dharma, mengawalinya dengan trilogi ini.

“Nilai seseorang ditentukan dari bagaimana dia bisa menunaikan kewajibannya.”

Apakah kewajiban seseorang yang hidup di dunia ini? Kewajiban itu adalah menolong orang lain. Membuat orang-orang di sekelilingmu bisa merasakan betapa bagusnya Ajaran Buddha Dharma, menyadari keberadaan Guan Shi Yin Pu Sa yang menyelamatkan orang-orang di dunia ini, ketahuilah bahwa definisi menolong orang lain di sini memiliki lingkup yang sangat luas. Dari masyarakat luas, sampai keluarga yang kecil, setiap orang di rumah, dari menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda, memasak, membersihkan rumah, dan lain sebagainya, semua yang kalian lakukan ini sama dengan menunaikan kewajiban kalian. Sedangkan menolong orang lain juga merupakan salah satu dari nilai hidup seseorang.

Kebahagiaan akan pikiran damai, lebih tinggi nilainya dibandingkan segala harta kekayaan di dunia ini.”

Kita semua tahu ada berbagai macam jenis kebahagiaan, minum minuman keras adalah kebahagiaan, bersantap bersama teman adalah kebahagiaan, bagi orang-orang yang sudah lanjut usia, bermain mahjong, juga merupakan salah satu jenis kebahagiaan. Akan tetapi, apakah semua ini adalah kebahagiaan akan “pikiran yang damai”? Apakah kebahagiaan akan “pikiran yang damai”? Keselamatan, kedamaian, tidak ada kerisauan yang disebabkan oleh tiga racun, inilah yang disebut sebagai kebahagiaan akan “pikiran yang damai”. Hanya dengan menghilangkan keAKUan, kita baru bisa merasa bahagia.

“Jiwa yang tenang, berarti dengan pikiran terbuka dan hati yang lapang, tidak mengejar ketenaran, serta mampu menyesuaikan keadaan, untuk menghadapi berbagai perubahan yang tidak menentu, yang terjadi dalam hidup ini, mampu menekan kesedihan dan penderitaan sampai di titik terendah, sehingga dapat melewatkan setiap menit dan setiap detiknya dengan penuh syukur dan sukacita, ketenangan memenuhi lubuk hatinya, bebas dari segala ketidakpuasan, kecurigaan, dan kebencian.”

“Keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan, kecurigaan, pandangan sesat, dan lainnya, semuanya dapat mempengaruhi ucapan dan perilaku seseorang, lambat laun, ketika sudah menjadi kebiasaan, akan terlahir suatu kekuatan, inilah si penghimpun kerisauan, yang dikenal sebagai penyebab penderitaan semua makhluk. ”

Coba kalian pikirkan, sewaktu muncul ketamakan di dalam dirimu, saat Anda membenci seseorang, ketika Anda sedang dibutakan dalam kebodohan, pada waktu Anda merasa sombong, saat kamu merasa ragu atau curiga, ketika muncul pandangan sesat dalam pikiranmu, dan lain sebagainya, apakah ini semua akan mempengaruhi ucapan dan perilakumu? Sekarang saya akan membahas sedikit mengenai “pandangan sesat”, yakni dengan sudut pandang dan konsep pemikiran yang negatif untuk melihat dan memikirkan sesuatu hal. Contohnya, ada satu orang yang welas asih dan tulus sedang bersembah sujud pada Pu Sa (Bodhisattva), di sebelahnya berdiri satu orang yang tidak senang dengan Buddha Dharma dan memiliki pandangan menyimpang, maka saat itu dia akan berpikir: “Huh! Hanya pura-pura saja …” Coba kalian pikirkan, bukankah ini adalah pandangan yang sesat? Oleh karena itu, kalian semua harus tahu bahwa, orang yang berpandangan sesat atau memiliki kebencian, semuanya bisa terlihat jelas dari bagaimana dia bertutur kata dan bersikap, lama-kelamaan ini akan menjadi suatu kebiasaan, dan melahirkan kekuatan, menjadi si penghimpun kerisauan, yang dikenal juga sebagai penyebab penderitaan semua makhluk. Dengan kata lain, penyebab penderitaan dari semua makhluk, berasal dari keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan, kecurigaan, pandangan sesat, dan lain-lain.

Sangat penting bagi kita untuk memiliki perasaan welas asih, jika seseorang tidak memiliki perasaan welas asih sedikitpun, maka tidak perlu membahas pembinaan diri dalam Dharma dengan dirinya. Guan Shi Yin Pu Sa Maha Welas Asih, welas asih adalah dasar pengajarannya. Apabila seseorang selalu memperlakukan orang lain dengan penuh amarah dan kebencian, ini berarti dia tidak memiliki perasaan welas asih, juga tidak memiliki kebijaksanaan. Oleh karena itu, kita harus sering membina perasaan welas asih, maka lambat laun, ia akan menjadi bibit karma baik dan tertanam di dalam kesadaran alaya kita, dan sewaktu waktu bibit karma baik ini berbunga dan berbuah, maka jodoh baik akan datang.

Sang Buddha bersabda: “Seseorang yang sudah menjalani hidupnya secara spiritual, bagaikan membawa cahaya masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap, dan kegelapan di sana segera sirna, asalkan bisa terus mempertahankan cara hidup ini, maka jiwa kalian pasti bisa menjadi sebuah dunia yang terang.”

Yang Master bahas bersama kalian di sini, semuanya merupakan penerapan Ajaran Buddha Dharma dalam kehidupan kita, agar kalian bisa menyadari mengapa dalam proses untuk menjadi orang yang lebih baik, kita harus menekuni Ajaran Buddha Dharma, dari pembelajaran Ajaran Buddha Dharma, kita bisa mempelajari bagaimana seharusnya menjadi pribadi yang baik.