28. Melihat Melampaui Kebenaran & Melepas Ego Pribadi adalah Kebijaksanaan Sempurna 看破、放下是般若

28. Melihat Melampaui Kebenaran & Melepas Ego Pribadi adalah Kebijaksanaan Sempurna

Hari ini saya akan membahas tentang “rupa luar adalah ketidaktahuan” atau “se shen shi wu ming”. Kata “se” di sini, bukan berarti hubungan vulgar pria dan wanita, melainkan segala benda yang terlihat dan bisa dimiliki, adalah rupa dari benda-benda yang berwujud di dunia ini. Kata “shen” atau tubuh, merujuk pada raga atau tubuh daging kita. Sedangkan, “wu ming” atau ketidaktahuan, merujuk pada kebiasaan buruk yang terbentuk pada diri kita tanpa disadari, ketika Anda tidak mengetahui apapun, maka kekosongan seperti ini adalah “wu ming” – ketidaktahuan. “Kebiasaan buruk yang tidak disadari”, yang sering Master katakan, adalah kebiasaan buruk yang sudah ada selama ratusan bahkan ribuan tahun, yang tertinggal pada jiwa utama kalian, ini adalah hal buruk.

“Segala fenomena tidak bersifat, semua Pintu Dharma, semua benda-benda (dharma), di dunia ini dikenal juga dengan sebutan “fa Jie” atau Alam Dharma (Dharmadhatu). Alam Dharma tidak memiliki sifatnya sendiri, semuanya adalah kosong, saat seorang manusia terlahir di dunia ini, mana ada benda yang merupakan miliknya sendiri? Anda tidak memiliki apa-apa di dunia ini, bahkan Anda pun sudah kehilangan sifat dasar yang semula, karena setelah Anda terlahir kembali, seluruh sifat dasarmu sudah tertutupi, terselubungi oleh kehidupan-kehidupan Anda yang sebelumnya, oleh karena itu, di kehidupan ini, Anda sudah bukan diri Anda yang semula, juga sudah tidak memiliki sifat yang semula, coba pikirkan, apakah ada hal-hal di dunia ini yang merupakan sifat dasarmu? Walau sifat dasar sudah hilang, namun bibit kebuddhaan muncul dari jodoh, Alam Manusia sama seperti Surga Kebahagiaan, dengan kata lain, jika Anda ingin mengubah dunia fana ini menjadi Alam Sukhavati, maka Anda harus mengubah cara berpikir dan pemahaman diri sendiri, maka dia akan menjadi alam kebahagiaan. Bibit kebuddhaan, adalah bibit untuk menjadi Buddha dan Bodhisattva (Pu Sa). Bibit yang paling awal dari Buddha dan Bodhisattva ini tercipta dari jodoh, awal mulanya kita belajar Buddha Dharma adalah sifat kebudhaan kita. Sifat kebuddhaan adalah bibit kebuddhaan, jiwa yang paling awal dari Buddha dan Bodhisattva, bermula dari jodoh. Konfusius berkata: “Pada awalnya, manusia memiliki sifat yang baik.” sifat baik yang Konfusius tekankan di sini adalah sifat dasar yang paling awal, ia bersifat baik, dan itu adalah sifat kebuddhaan, sedangkan anak-anak yang kita miliki sekarang, pada umumnya sudah tidak memiliki sifat dasar yang semula. Sekarang Anda bernama ini, namun mungkin itu bukan nama Anda di kehidupan sebelumnya, coba pikirkan, setelah mengalami kematian di satu kali kehidupan, lalu mengalami lagi kematian di satu kehidupan berikutnya, setelah mengalami reinkarnasi berulang kali, baru ada dirimu yang sekarang, apakah Anda masih diri Anda yang semula?

Apabila seseorang tidak bisa mengendalikan perasaan suka, marah, sedih, dan gembira dalam dirinya, maka dia adalah orang yang tidak berkemampuan, dia tidak mampu mengendalikan sifat dasarnya sendiri, tidak mampu menjadi penentu jalan hidupnya sendiri, sebenarnya orang ini hampir mirip dengan binatang. Contohnya: orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, sewaktu merasa senang, menunjukkan seluruh perasaan gembiranya, sewaktu tidak senang, sedihnya setengah mati, ini berarti dia tidak mampu mengendalikan perasaannya, merupakan perwujudan dari segala fenomena yang tidak bersifat.

Master sering mengingatkan kalian semua untuk menjalankan sila, lalu mengapa manusia harus menaati sila? Karena menaati sila bisa menutup “kebocoran” yang muncul pada pahala kebajikan saat menjalani pembinaan diri. Contohnya: hari ini Anda telah melakukan banyak kebajikan, tetapi di saat-saat terakhir karena ada satu perkataanmu yang membuat orang lain sakit hati (atau marah), maka nilai dari semua kebajikan dan jasa kebajikan yang Anda lakukan hari ini akan berkurang banyak. Master pernah mengatakan kepada kalian, sewaktu Anda baru saja selesai melafalkan paritta, medan aura Anda sangat bagus, namun jika Anda mengobrol dengan orang lain, membicarakan hal-hal yang tidak karuan, maka jasa kebajikan yang baru saja Anda peroleh dari melafalkan paritta akan bocor atau berkurang.

Banyak orang yang selalu merisaukan anak dan cucunya sendiri, setiap hari mengkhawatirkan mereka, bekerja keras demi mereka, bersedih karena mereka. Banyak orang yang sudah lanjut usia, namun sepanjang hari masih mengkhawatirkan anak cucunya, seharusnya yang mereka pikirkan adalah “berapa tahun lagi saya masih bisa hidup?”, bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu, menyesalinya dan bertobat dengan sungguh-sungguh, melunasi semua hutang karmanya, baru bisa meringankan beban pada dirinya. Bagaimana cara mengetahui kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu? Dengan melihat balasan karma yang diterima. Jika di masa tuanya, kondisi tubuh seseorang sangat buruk, sekujur tubuhnya sakit, ini berarti semua penagih hutang karmanya datang mencarinya, sering bermimpi buruk di malam hari, maka dia seharusnya menyesali segala karma buruk yang pernah dilakukannya dengan baik.

Selain itu, jika keturunan Anda lebih hebat daripada Anda, lalu untuk apa meninggalkan harta kekayaan kepada mereka? Jika Anda merasa keturunan Anda lebih baik daripada Anda, lalu mengapa harus meninggalkan harta warisan kepada mereka? Apabila keturunan Anda tidak sebaik Anda, lalu mengapa harus meninggalkan uang kepada mereka? Bila mereka sering membuat Anda marah dan bersedih, sepanjang hari mereka hanya berjudi, mabuk-mabukan, dan tidak memiliki pekerjaan yang benar, lalu untuk apa Anda meninggalkan harta kekayaan untuk mereka? Apakah agar mereka melakukan lebih banyak karma buruk lagi, bukankah itu berarti Anda mencelakakan mereka? Tahukah apa hal terbaik yang bisa Anda tinggalkan untuk mereka? Meninggalkan lebih banyak budi baik untuk mereka, mewarisi karakter yang baik bagi anak-anak Anda lebih baik daripada hal-hal lainnya. Jika orang tua bertengkar terus sepanjang hari, apakah yang ditinggalkan bagi anaknya? Jika anak Anda bermasa depan cerah, dia tidak akan peduli pada harta kekayaan Anda; jika anak Anda tidak sebaik dan tidak sehebat Anda, lalu untuk apa mewariskan harta kekayaan Anda kepadanya? Harta warisan yang Anda tinggalkan malah akan menyebabkan pertikaian di antara anak-anak Anda menjadi semakin besar. Seperti mengajukan tuntutan pengadilan, sengketa harta warisan dan lain sebagainya. Orang tua yang benar-benar baik seharusnya tahu apa yang sebaiknya diwariskan kepada anak-anaknya.

Setiap orang pasti akan mengalami bencana dan kesulitan, saat bencana datang menghampiri, adalah tibanya hari pembinaan diri kita, tahukah kalian mengapa dikatakan demikian? Karena sewaktu susah, seseorang baru ter-ingat untuk menyembah Buddha dan melafalkan paritta; hanya pada saat menderita, seseorang baru bisa tekun memajukan dirinya; hanya pada saat miskin, seseorang baru mau bekerja keras; hanya pada saat tubuhnya sakit-sakitan, seseorang baru memahami pentingnya berolahraga; inilah ke-kurangan manusia, baru terpikirkan saat semuanya sudah terjadi, oleh karena itu, kita harus selalu ingat untuk “sedia payung sebelum hujan”, lebih dini memprediksi konsekuensi yang akan diterima.