24. Kegunaan yang Luar Biasa dari Sifat Kebuddhaan 佛性的妙用

24. Kegunaan yang Luar Biasa dari Sifat Kebuddhaan

Kegunaan yang luar biasa dari sifat ke-buddhaan atau bodhicitta, merupakan cara-cara, konsep pemahaman, dan perilaku atau perbuatan yang dimiliki oleh para Buddha dan Bodhisattva di Alam Manusia demi menyelamatkan semua makhluk – kehidupan nyata kita. Cara khusus yang Master gunakan sekarang, adalah suatu cara yang diajarkan oleh Guan Shi Yin Pu Sa untuk menyelamatkan semua makhluk, dan sekarang Master menggunakan cara ini untuk menyelamatkan orang-orang, menggunakan siaran radio, melalui komputer, jaringan internet dan sebagainya untuk menyebarluaskan ajaran ini, membuat orang-orang yang mendengar atau melihatnya tergerak untuk mulai mempelajarinya, agar mereka mau mulai melafalkan paritta, di mana begitu melafalkan paritta, bisa langsung terlihat hasilnya. Untuk menyelamatkan orang lain, ada aturannya, dan yang paling penting adalah harus menggunakan cara yang tepat. Master akan menceritakan satu kisah, ada seorang pemuda yang sangat kurang ajar terhadap ibunya, membuat sang ibu selalu gemetar ketakutan setiap kali melihat putranya ini. Tetapi pemuda ini percaya kepada Buddha, pada suatu hari dia memohon kepada Pu Sa (Bodhisattva) untuk menampakkan dirinya, dan Guan Shi Yin Pu Sa benar-benar datang memberi petunjuk, dengan berkata di telinganya: “Sebenarnya Guan Shi Yin Pu Sa berdiam di rumahmu, yaitu dia yang mengenakan sepatu dan baju terbalik.” Lalu pemuda ini, dengan tergesa-gesa pulang ke rumah untuk menemui Pu Sa, sampai ke depan pintu, dia berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu dengan keras, mendengar suara putranya yang seperti itu, karena begitu kaget dan paniknya, dia terbalik mengenakan baju dan sepatunya, lalu membuka pintu secepat mungkin, begitu pintu terbuka, si anak laki-laki kaget dan tertegun, dia baru memahami Guan Shi Yin Pu Sa bermaksud untuk menyadarkan dirinya, pertama-tama dia harus berbakti kepada ibunya sendiri dulu, baru dia bisa bersembahyang kepada Pu Sa, kalau masih seperti dirinya yang sekarang ini, dia belum pantas untuk menyembah Pu Sa. Kalian harus bisa memahami pelajaran yang terkandung dalam cerita ini.

Chang jian ben xing, ben xing chang zhu” – sering melihat sifat dasar, maka sifat dasar akan senantiasa berada di dalam diri kita, yang bila disertai dengan sifat kebuddhaan yang dipraktikan dengan baik, sama dengan jasa kebajikan. Menerapkan sifat kebuddhaan di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk suatu jasa kebajikan, apabila Anda menggunakan sifat kebuddhaan di dalam keseharian Anda, maka Anda akan mendapatkan jasa kebajikan, ingat, bahwa segala perbuatan baik atau kebajikan yang dilakukan harus disertai dengan satu sifat kebuddhaan, baru bisa menjadi jasa kebajikan.

Pemahaman lain mengenai jasa kebajikan, adalah memiliki sifat dasar Buddha, dengan kata lain sifat dasar dari diri kita adalah Buddha. Bila seseorang mampu menyaksikan Buddha, melihat dan membuktikan Buddha, dia adalah Bodhisattva. Bervisualisasi pada Buddha, senantiasa memikirkan Buddha di dalam pikiran Anda, maka Anda sendiri adalah Buddha, semua orang yang Anda lihat adalah Buddha. Mem-praktikkan Buddha, segala hal yang Anda lakukan di dalam kehidupan sehari-hari, yang sepenuhnya didasari oleh konsep pemikiran Buddha dalam pelaksanaannya, merupakan jasa kebajikan. Jika Anda mengikuti Seminar Dharma, maka semua perbuatan baik dan kebajikan yang dilakukan akan menjadi jasa kebajikan, contohnya: Anda selalu berusaha membantu orang lain sampai melupakan diri sendiri, maka saat itu orang lain akan melihat Anda sebagai seorang Bodhisattva, dan Anda sendiri juga melihat diri Anda sebagai seorang Pu Sa, maka itu adalah jasa kebajikan yang luar biasa besarnya.

Ming xin kai wu” – berpikiran jernih dan terbuka kesadarannya, jika mengatakan “Saya sudah mengerti, saya sudah tersadarkan”, asalkan Anda meng-ucapkan perkataan seperti itu, berarti sebenarnya Anda belum tersadarkan, karena orang yang benar-benar sudah tersadarkan tidak akan mengatakan kalau dirinya sudah tersadarkan; orang yang sudah benar-benar paham, tidak akan mengatakan kalau dirinya sudah mengerti. Pikiran jernih yang sudah tersadarkan, bukanlah kesadaran yang se-sungguhnya, karena ini hanya pencapaian kesadaran sebatas suatu kebenaran tertentu saja, sebatas sudah memahami logika dari suatu kebenaran, atau sebatas kesadaran dalam teori, jika seseorang tersadarkan akan kebenaran alam semesta ini, namun tidak benar-benar menerapkan kesadaran ini dalam kehidupan nyata, maka Anda masih belum tersadarkan. Kalian sudah mengetahui bahwa segala hal di dunia ini adalah palsu, semuanya adalah kekosongan belaka, setelah mengetahui hal ini, berarti Anda sudah menyadari prinsip ini, tetapi apakah Anda benar-benar bisa menerapkannya ke dalam kehidupan nyata? Jika dengan menyadari prinsip ini, Anda bisa menyadari betapa pentingnya membantu orang lain agar bisa terbebas dari penderitaan, dan betapa pentingnya untuk segera memberitahukan kebenaran yang Anda sadari kepada semua orang, maka Anda sudah menjadi seorang Bodhisattva (Pu Sa), namun jika Anda sendiri sudah paham, tetapi Anda tidak memberitahukannya kepada orang lain, juga tidak menyelamatkan orang lain dengan membabarkan Ajaran Buddha Dharma, lalu apakah ini yang disebut dengan “sudah memahami”? Apakah ini yang disebut sebagai “tersadarkan”? Kesadaran yang sesungguhnya harus diterapkan ke dalam kehidupan nyata, harus dipraktikkan di dalam keseharian kita, dan juga harus digunakan secara merata, baru saja saya mengajarkan kalian tentang kesetaraan, dan sekarang saya mengajarkan kepada kalian mengenai penerapan kesadaran, kalau kalian merasa bahwa konsep dasar Ajaran Buddha Dharma itu tidak memiliki kesetaraan, maka Anda akan sulit untuk menerapkan ajaran ini dengan baik. Contohnya: orang lain memiliki uang, Anda tidak, lalu Anda merasa tidak adil, bila muncul perasaan “tidak adil” di dalam diri Anda, maka Anda tidak akan bisa menerapkan kesadaran Anda dengan baik.

Xian yu wai” – dengan kata lain, sopan santun pada umumnya. Ketika Anda memberitahukan hasil pembinaan diri Anda dalam perilaku dan ucapan kepada orang lain, itu adalah budi. Bila dipahami dari dalam pikiran kita, dari rendah hati dan adil sampai berperilaku sopan santun kepada orang lain, maka perilaku baik yang Anda tunjukkan setelah benar-benar memahami kebenaran ini, semuanya bila disatukan adalah jasa kebajikan Anda. Bodhisattva (Pu Sa) mengatakan “Zi xing jian li wan fa shi gong ” – sifat dasar yang mendasari segala hal adalah jasa, sifat dasar Anda dibangun di atas segala hal, yang dimaksud dengan “segala hal” di sini adalah semua perilaku, gerakan, dan ucapan Anda di dunia ini, dengan kata lain apabila sifat dasar Anda mendasari semua perkataan, perilaku dan gerak-gerik Anda, maka Anda sudah memiliki jasa. Segala hal di dunia ini terlahir dari penampakkan sifat dasar, juga bisa dikatakan, bahwa semua aliran, semua gerak-gerik kita, seperti berjalan, tinggal, duduk, berbaring, dan cara berpikir seseorang di dunia ini, semua yang baik dan yang tidak, merupakan cerminan dari sifat dasar diri sendiri, tetapi mengapa setelah sifat dasar ini muncul keluar, sampai pada akhirnya malah berubah menjadi tidak baik? Karena reinkarnasi yang berulang kali dalam kurun waktu sekian lamanya, telah membuat sifat dasar seseorang tercemari oleh hal-hal yang tidak baik, dan proses ini terjadi secara perlahan-lahan tanpa kita sadari.

Semua yang ada di dunia ini adalah bentuk perwujudan dari sifat ke-buddhaan, bisa juga dikatakan bahwa segala hal di dunia ini termasuk benda dan pemikiran yang ada, seluruhnya adalah bentuk penjelmaan dari sifat kebuddhaan, ketika Anda bisa merasakan bahwa segala hal di dunia ini memiliki sifat kebuddhaan, maka Anda sudah menjadi seorang Buddha. Contohnya: Saya bisa duduk di sini pada hari ini, saya bersyukur kepada seluruh alam semesta yang telah memberikan saya kursi ini. Hari ini saya bisa duduk di sini dan mendengarkan Master mengajar, saya berterima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang telah memberi saya seorang Master, yang bisa membimbing saya dalam menekuni dan mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma. Setelah pulang ke rumah, saya masih bisa berkumpul bersama keluarga, dan menjalin hubungan yang harmonis dengan mereka, saya berterima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang telah menganugerahi saya keluarga ini. Berpikir bahwa segala hal di dunia ini memiliki sifat kebuddhaan, semuanya adalah pemberian Bodhisattva (Pu Sa), harus memiliki perasaan bersyukur. Jika Anda bisa memiliki pandangan bahwa segala hal di dunia ini memiliki sifat kebuddhaan, dan merupakan perwujudan dari sifat kebuddhaan, maka Anda sudah mencapai tingkat kesadaran Buddha-Bodhisattva.-