22. Menjalani Hidup dengan Ketiadaan Rupa sama dengan Mencapai Kesadaran yang Relevan
Sekarang saya akan membahas tentang “wu xiang – ketiadaan rupa”. “Wu xiang” atau ketiadaan rupa, di dalam kitab suci Buddhis mencakup sepuluh macam rupa duniawi
- “Se xiang” – rupa warna, wujud atau penampakan luar. Kata “se” di sini tidak merujuk pada hal-hal yang bersangkutan dengan hubungan pria-wanita. “Se” di sini berarti segala hal yang ada di Alam Manusia ini.
- “Sheng xiang” – rupa suara, adalah berbagai macam suara atau bunyi yang bisa didengar. Suara itu memiliki wujud. Contohnya ketika menelepon, hanya dengan mendengar suaranya, maka bisa mengetahui orang yang berbicara itu laki-laki atau perempuan.
- “Xiang xiang” – rupa aroma, adalah yang bisa dibaui atau tercium oleh hidung, akan membentuk suatu rupa. Contohnya: mencium wangi bunga, maka akan segera muncul gambaran bunga di dalam otak kita.
- “Wei xiang” – rupa rasa, adalah benda yang dimakan mulut kita, rasanya akan dikecap oleh lidah, dan akan muncul suatu rupa. Contoh: Anda diminta untuk memejamkan mata, lalu Anda diberi makan coklat, maka begitu coklat itu Anda makan, akan segera muncul gambaran coklat di dalam pikiran Anda.
- “Chu xiang” – rupa sentuhan, adalah hal yang dirasakan ketika menyentuh atau meraba sesuatu. Contoh: seorang tuna netra, begitu meraba menggunakan tangannya, maka dia akan tahu, akan muncul suatu gambaran, sewaktu memegang seseorang, maka akan muncul gambaran manusia, saat menyentuh suatu benda, maka gambaran benda itu akan muncul.
- “Sheng xiang” – rupa lahir, ini adalah rupa atau wajah Anda ketika dilahirkan.
- “Zhu xiang” – rupa tinggal, tempat tinggal, contohnya bentuk rumah yang berbeda, menghadap ke arah yang tidak sama, dan sebagainya.
- “Huai xiang” – rupa rusak, tidak berarti kejahatan manusia (karena huai juga berarti jahat), namun merujuk tentang benda-benda duniawi yang akan rusak secara perlahan-lahan dan akhirnya musnah (hilang atau lenyap).
- “Nan xiang” – rupa pria, wajahnya mirip seperti pria, dinamakan memiliki rupa pria. Sedangkan ada pria yang seperti wanita, gerak-gerik dan cara berpikirnya juga seperti wanita.
- “Nu xiang” – rupa wanita, wajahnya mirip seperti wanita, dinamakan memiliki rupa wanita. Sedangkan ada juga wanita yang berwajah mirip pria, sangat galak, gerak-gerik dan cara berpikirnya seperti pria.
Ketiadaan rupa atau “wu xiang”, berarti tidak memiliki rupa atau wujud. Seperti ketiadaan rupa atas semua penampakan di dunia ini. Segala rupa di Alam Manusia ini adalah palsu, ada perkataan: “Hidup ini adalah sebuah mimpi”. Hidup ini tidak memiliki rupa, setelah semuanya berakhir, kita bagai terbangun dari mimpi, apakah masih ada wujudnya? Sudah tidak ada lagi yang terlihat, semuanya itu palsu, setelah terbangun dari “mimpi”, maka Anda akan kembali ke dunia yang semula, yang menderita tetap menderita, yang menikmati hidup masih terus menikmati hidup, di dalam “mimpi” tidak akan mendapatkan apapun, inilah ketiadaan rupa di Alam Manusia. Semua wujud di Alam Manusia ini, memiliki awal dan akhir, setelah berakhir berarti sudah tidak ada lagi, inilah “ketiadaan rupa”, kelihatannya semuanya berwujud atau memiliki rupa, namun setelah berakhir maka wujud ini pun hilang, asal ada permulaan pasti akan berakhir juga, dan pada akhirnya sama dengan kosong, inilah “ketiadaan rupa”. Jika Anda bisa mengendalikan diri sendiri dengan menghilangkan rupa ini, maka Anda sudah termasuk “tersadarkan”. Apabila Anda bisa memahami makna dari ketiadaan rupa, mengerti awal dan akhir dari dunia ini, maka sebenarnya Anda pada dasarnya sudah masuk dalam kategori tersadarkan. Kehidupan ini seperti sebuah mimpi, dari semenjak dilahirkan sampai pada akhirnya meninggal bagaikan bermimpi, setelah mimpi ini berakhir, maka rupa pun hilang. Ada satu perkataan lain, yakni “Hidup ini seperti sebuah sandiwara”, sandiwara ada pembuka juga ada penutup, setelah semua berakhir apakah masih ada rupa? Semudah itu saja. Juga seperti: melakukan kebajikan, jika tidak diceritakan kepada orang lain, maka adalah kebajikan tanpa rupa – “wu xiang bu shi”, namun bila dikatakan keluar, maka akan menjadi kebajikan dengan rupa – “you xiang bu shi”.
Hidup yang tersadarkan, hidup demi menyadari makna kehidupan yang sesungguhnya, jika bisa mencapai tahap “tanpa rupa”, maka berarti Anda sudah mendekati “tersadarkan”, lalu bagaimana agar tersadarkan dalam hidup ini? Yaitu dengan memiliki pandangan tanpa rupa, memandang segala hal di dunia ini seperti tiada, sangat tenang dan biasa saja, semua boleh ada juga boleh tidak, Master beri tahu kalian satu perkataan yang harus sering kalian ingat: “Semuanya datang dan pergi dengan sendirinya”. Segala yang sudah pernah dialami seperti bencana, kesulitan, kabar gembira, kebahagiaan, dan lain-lain, ketika datang, maka ia akan datang dengan sendirinya, namun ia juga akan pergi dan hilang dengan sendirinya, inilah wu xiang – ketiadaan rupa.
Salah seorang teman saya, dia tidak akur dengan istrinya, saya berkata kepada istrinya: Suami Anda seperti setiap hari bersandiwara di atas panggung, dan Anda adalah penontonnya, jika Anda melihat pertunjukkannya dengan pandangan acuh tak acuh, maka segala pertunjukkan itu juga pasti akan berakhir, lalu mengapa Anda harus naik panggung dan ikut berperan dalam sandiwara ini dengannya? Mengapa Anda tidak bisa bersabar dan malah beranggapan bahwa semua kepalsuan di atas panggung itu adalah sesuatu hal yang nyata, Anda masih bersikeras untuk naik ke panggung dan bertengkar dengannya, mengajaknya ribut, yang pada akhirnya membuat diri Anda menjadi sama bodohnya dengan suami Anda, dia itu palsu, Anda juga palsu, lalu apakah Anda bisa mendapatkan sesuatu yang nyata? Anda telah menggunakan kepalsuan untuk menutupi kebenaran. Oleh karena itu, ketika yang palsu dianggap benar, maka yang “benar” pun sama dengan palsu. Hidup dengan kesadaran kelihatannya seperti “Saya sudah menyadarinya”, namun apabila ada orang yang mengatakan: “Master, saya sudah tersadarkan”, maka artinya orang ini masih belum tersadarkan. Orang yang benar-benar sudah mencapai kesadaran tidak akan mengatakan, “Saya sudah tersadarkan”, kalau Anda merasa sudah tersadarkan dan mengutarakannya keluar, berarti sebenarnya Anda belum tersadarkan. Tanda bahwa seseorang sudah tersadarkan akan makna kehidupan, tidak bisa dikategorikan sebagai kesadaran total. Lambang kehidupan, lambang dunia ini, karena lambang ini sendiri, yakni lambang atas kehidupan yang tersadarkan itu sebenarnya juga kosong, ketika Anda benar-benar memahami makna kekosongan ini, lalu Anda masih berkata: “O, saya sudah mengetahui hasil penelitian ini, di sini semuanya adalah kosong”, hal ini sudah tidak perlu diteliti lagi, karena memang sebenarnya kosong. Ketika Anda mengenali kesadaran ini, dan merasa diri Anda sudah tersadarkan, maka itu bukanlah kesadaran yang sesungguhnya, kehidupan yang sebenarnya di dunia ini bagaikan sebuah mimpi dan sebuah sandiwara, semua kosong, semua hanyalah ilusi yang palsu, saat Anda meninggalkannya, maka semuanya akan hilang, “tersadarkan” itu sendiri adalah peningkatan level pembinaan diri. Pada zaman dahulu, di bawah pohon bodhi, Buddha Sakyamuni telah menyadari satu kebenaran, kesadaran yang dicapai oleh Buddha Sakyamuni sama sekali berbeda dengan kesadaran yang dicapai orang awam seperti kita, kesadaran yang dicapai Beliau adalah kesadaran seorang Buddha, yang disadarinya adalah sifat dasar. Sedangkan kebenaran yang kita sadari di dunia ini baru hanya di permukaan saja, contoh: “O, ternyata dia bersikap tidak baik terhadap saya, karena saya pernah mengkritik dia.”
Ajaran Buddha Dharma teramat dalam, tetapi hal yang rumit dan mendalam pasti bisa dijelaskan dengan cara yang paling sederhana, seperti Dharma yang Master ajarkan kepada kalian itu sangat sulit, tetapi saya menggunakan cara membina diri yang sederhana dan mudah dipraktekkan untuk mengajari dan membimbing kalian. Seperti Fisika, Matematika, ketika meneliti sampai suatu tahapan tertentu, pasti ada satu rumus yang bisa diisi, setelah dimasukkan, maka Anda sudah berhasil, Anda tidak perlu mengulang penelitian yang sudah dilakukan orang yang terdahulu, seperti rumus, aturan, dan lain sebagainya.
Pikiran seorang yang bodoh, berada di mulutnya; sedangkan pikiran seorang yang bijaksana, berada di dalam rongga dadanya. Orang yang bodoh, karena pikirannya berada di mulutnya, maka dia suka berbicara sembarangan, sedangkan orang yang memiliki kebijaksanaan, maka pasti menempatkan pikirannya di dalam dadanya, bukan di mulutnya.
Terlalu banyak membeli barang-barang yang tidak diperlukan, menghambur-hamburkan uang, maka lama-kelamaan Anda tidak akan bisa membeli barang-barang yang Anda perlukan. Master menggunakan perkataan ini dalam contoh lain untuk kalian, bila sering melihat buku-buku yang tidak perlu dibaca, maka Anda tidak akan bisa menyerap materi bagus dari buku-buku yang bermanfaat. Jika Anda membaca buku-buku yang tidak seharusnya dibaca, bagaimana mungkin bisa menyerap isi buku yang berisi ajaran yang benar. Bila mendengar hal takhayul yang aneh-aneh, maka Anda tidak akan bisa menyerap Ajaran Buddha Dharma yang sebenarnya.
Menghadapi kemalangan yang terjadi pada diri sendiri dan kehidupan ini, semakin lama Anda mengkhawatirkannya, semakin lama Anda memikirkannya, maka semakin besar kekuatan yang melukai Anda. Anda terus memikirkan dan menyimpan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan, hal-hal yang menyedihkan, maka kekuatan yang menyakiti diri Anda akan menjadi semakin besar.
Ketika seseorang mulai sedikit tersadarkan, maka dia harus banyak membaca bacaan yang bisa membimbingnya agar menjadi lebih tersadarkan lagi. Seperti banyak membaca wejangan yang Master berikan kepada kalian para murid. Sewaktu seseorang sudah tersadarkan, lalu kembali membaca paritta Pu Sa, kembali membaca semua bacaan-bacaan itu, maka dia tidak akan tersesat lagi, dan sudah benar-benar tersadarkan. Atau dikenal juga dengan xiang ying kai wu – kesadaran yang relevan.
Yang Master selamatkan adalah semua makhluk, Ajaran Buddha Dharma yang diajarkan Master juga bisa diterima oleh khalayak luas pada umumnya, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, asalkan membina diri dengan baik dalam Pintu Dharma Master, maka pasti bisa mengubah pandangan hidup diri sendiri. Harus lebih sering membaca artikel wejangan Master yang sebelumnya, karena setiap perkataannya akan menunjukkan orang yang sudah tersadarkan. Ketika Anda sudah tersadarkan, maka setiap perkataan di dalam Ajaran Buddha Dharma akan membuat Anda semakin tersadarkan, dan segala hal yang Anda lihat di dunia ini akan menjadi begitu indah.