2. Jangan Melakukan Kejahatan, Amalkan Segala Kebajikan
Kalian semua harus ingat untuk berhati-hati dalam melakukan segala hal bagaikan berjalan di atas es yang tipis, jangan bicara sembarangan, jangan bertindak sembarangan, gunakanlah kebijaksanaan Anda untuk menimbang perilaku Anda sendiri, tidak semua hal yang ingin Anda lakukan boleh dilakukan.
Pada periode akhir Dharma sekarang ini, banyak orang yang meng-atasnamakan Ajaran Buddha Dharma untuk melakukan hal-hal lain, banyak juga orang yang mengira dirinya sudah memahami dengan baik Ajaran Buddha Dharma, dan juga sudah menekuni Ajaran Buddha sekian tahun lamanya, namun apa hasilnya? Oleh karena itu, titisan dari Bodhisattva atau utusan Pu Sa yang sebenarnya, adalah orang yang menggunakan Ajaran Buddha Dharma untuk menyelamatkan orang lain, semua yang dilakukannya didasari dengan perasaan welas asih, dan dia juga akan selalu didampingi oleh Dewa Pelindung Dharma.
Sebenarnya, ada beberapa paritta yang memang sangat bagus, tetapi seiring dengan perubahan waktu dan zaman, cara mempelajari paritta juga mengalami perubahan. Ini adalah hal yang sudah mutlak akan terjadi.
Asalkan itu adalah hal yang benar, maka pasti bisa disebarluaskan dan diterima oleh banyak orang; jikalau itu adalah hal yang benar, pasti mendapatkan berkat perlindungan dari Pu Sa. Ingatlah, saat membina diri, kita harus memiliki pandangan yang benar (zheng jian), kepercayaan yang benar (zheng xin), pemikiran yang benar (zheng siwei), pengamatan yang benar (zheng nian), dan konsentrasi yang benar (zheng ding), dengan demikian pasti bisa mencapai kebijaksanaan sempurna.
Di dalam Kitab {Di Zang Jing – Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra} tertulis satu kalimat: “Manusia yang suka melakukan kebajikan, pada saat menjelang ajalnya pun, tetap ada ratusan ribu iblis dan roh yang menjelma menjadi orang tua atau sanak saudaranya, yang men-datanginya untuk menariknya masuk ke dalam Alam Sengsara, terlebih lagi orang yang melakukan kejahatan.”
Maksud dari kalimat ini adalah, dari semua mahkluk di dunia ini, ada banyak orang-orang yang suka berbuat baik, namun sekalipun orang tersebut sudah melakukan kebajikan besar atau selalu melakukan kebajikan semasa hidupnya, pada saat dia akan meninggal, tetap akan ada ratusan ribu iblis dan roh jahat yang menjelma menjadi orang tua atau sanak saudaramu, yang datang menghampirimu untuk menarik kamu turun ke dalam Alam Sengsara. Apalagi orang yang suka melakukan karma buruk.
Pada saat seseorang menghadapi ajalnya, dia akan merasa takut dan sedih, mengapa begitu? Karena pada saat itu, dia akan melihat banyak hal yang tidak pernah dilihat semasa hidupnya. Dia juga akan melihat ada banyak setan dan dewa yang menagih hutang karma kepadanya, makanya dia akan merasa sangat sedih dan menderita, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Yin jie wang ren – menyambut orang yang mati”, berarti orang tuamu atau sanak saudaramu dari beberapa kehidupan sebelumnya, yang telah berubah menjadi setan datang untuk menjemputmu masuk ke dalam Alam Setan, sebenarnya mereka adalah jelmaan dari ratusan ribu iblis dari Alam Sengsara yang menjemput kamu. Orang yang baik dan para dermawan saja bisa bernasib demikian, apalagi mereka yang suka berbuat banyak hal-hal buruk dan kejahatan.
Maka dikatakan untuk “jangan melakukan kejahatan (zhu e mo zuo), dan mengamalkanlah segala kebajikan (zhong shan feng xing), bersihkanlah hati dan pikiran kita (zi jing qi yi).”
Di dalam paritta {Jin Gang Jing – Mantra Vajrasattva} tertulis: “Melakukan semua kebajikan, meninggalkan segala kemelekatan”.
“Li yi qie xiang – meninggalkan segala kemelekatan”, berarti meninggalkan semua hal yang kamu sukai, bukan “meninggalkan” dari luar, namun “melepaskannya” dari dalam hatimu. Dari luar, Anda boleh tetap bersikap peduli, namun dalam hati, harus belajar untuk merelakannya.
Misalnya: ada salah satu anakmu yang sangat kamu sayangi, tapi dalam hati kamu harus bisa merelakan dia. Setelah anakmu beranjak dewasa, dia akan bekerja dan hidup mandiri. Namun dari segi sikap, kamu boleh tetap memperhatikan dan mem-bantunya. Akan tetapi, pada saat dia berpisah darimu, kamu harus merelakannya. Yang paling lebih sulit untuk dihilangkan adalah kemelekatan dalam hati (pikiran), dibandingkan kemelekatan pada materi, oleh karena itu hal ini sangat penting untuk dibina.
Hidup ada dalam setiap tarikan nafas, bila berhenti bernafas manusia pasti akan mati, dan saat itu harga benda dan ketenaran tidak bisa dibawa pergi, semuanya tidak bisa dibawa pergi, hanya karma buruk yang menyertai kita.
Dan juga, semua karma buruk yang diperbuat semasa hidup tanpa dikurangi sedikit pun, akan dibawa ke inkarnasi berikutnya. Oleh karena itu, kita benar-benar tidak boleh melakukan hal-hal yang buruk;
harus membina diri dan melakukan banyak kebajikan, serta berwelas asih.
Seperti: ketika melihat ada orang buta di seberang jalan, maka kamu harus segera terpikir, aiya! Walaupun orang buta ini jauh, tapi apakah saya bisa ke seberang untuk membantunya? Jika demikian, maka dengan satu pikiran ini, kamu sudah menanam benih karma baik. Jika kamu dari jauh melihat ada seorang pengemis meminta-minta di pinggir jalan, maka kamu bisa terpikir, kalau saya berjalan ke sana pasti akan memberinya sedekah. Pemikiran ini harus pasti, bukan pengandaian. Itulah mengapa, membina diri dari pikiran sangatlah penting.
Seseorang yang membina pikiran dan perilakunya, adalah peningkatan dari dalam, bukan penampilan luar saja. Banyak vihara atau kuil atau kelenteng yang berharap orang yang datang sembahyang bisa berpakaian rapi dan bersih. Sebenarnya, maksud dari pemikiran ini adalah mengharapkan orang-orang bisa “bersih” dari luar sampai ke dalam hatinya. Tetapi, ada berapa banyak orang yang bisa “bersih” luar dalam? Ada berapa banyak orang yang bisa mengosongkan pikiran dan bersembah sujud dengan tulus? Sewaktu bersembah sujud pada Pu Sa, jika kamu bersungguh- sungguh, melafalkan paritta dengan sepenuh hati, maka Pu Sa pasti bisa merasakannya.
Pada zaman periode akhir Dharma, semua tujuan pembinaan diri dari dulu sampai sekarang tetap sama, hanya saja cara yang digunakan untuk menolong orang saja yang mengalami perubahan.
Misalnya: pada zaman dahulu, transportasi belum canggih, dari Beijing sampai Shanghai hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik kereta kuda, tapi sekarang tranportasi sudah lebih maju, bisa ditempuh dengan naik mobil atau pesawat, dan sebagainya. Tempat tujuannya tetap sama, namun sarana transportasinya yang digunakan sudah berbeda. Pembinaan diri dalam Dharma harus berubah mengikuti perkembangan zaman, biksu, guru, dan para pengajar yang melatih diri dengan baik dalam Dharma, pasti akan mendapatkan petunjuk dari Pu Sa, agar mereka bisa mengetahui cara yang tepat untuk membina diri pada masa kini. Seperti yang sering ditekankan oleh Biksu Tai Xu dan Biksu Xing Yun “ren jian fo jiao – Ajaran Buddha di dunia manusia”.
Menjadi manusia yang baik harus berpikiran bersih, jangan ada pemikiran tidak baik yang mengganggu ketenangan diri sendiri. Jika kamu sedang bertukar pikiran dengan orang lain, tetapi dalam pandanganmu sendiri ada terlalu banyak hal-hal lain yang mengacaukan pikiran Anda, maka tidak akan bisa terjalin komunikasi yang baik. Jangan mengira semua orang mudah dibodohi, lalu memikirkan berbagai macam cara untuk menipu mereka, sebenarnya orang yang berpikir seperti ini adalah orang yang paling bodoh.
Sekarang orang- orang sangat pintar, sebagian di antaranya memiliki pembinaan diri yang baik. Sejalan dengan perputaran roda reinkarnasi, anak-anak yang terlahir pada generasi baru ini semuanya sangat pandai, sebenarnya mereka ini pernah membina diri dengan baik di kehidupan sebelumnya.
Sekarang saya akan berbicara tentang “chan hui – pertobatan”.
Mengapa kita semua perlu bertobat? Mengapa dengan menyesali perbuatan buruk kita, lalu karma buruk kita bisa terhapus?
Dalam siaran yang sebelumnya, saya pernah mengatakan, jika seseorang ingin menghapus karma buruknya, pertama-tama seseorang harus melafalkan paritta agar karma buruknya berbuah menjadi ling xing (arwah lain), lalu kita bisa melafalkan Xiao Fang Zi untuk mendoakannya agar bisa pergi ke alam yang lebih baik.
Akan tetapi, jika orang tersebut biasanya tidak melafalkan PR harian, bila hanya melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen} saja tidak akan ada hasilnya, harus melafalkan {Da Bei Zhou} dan {Xin Jing} sebagai dasarnya. Sebelum mulai melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen}, terlebih dahulu kita harus mengucapkan permohonan: mohon Guan Shi Yin Pu Sa yang maha welas asih melindungi saya XXX, membantu saya XXX bertobat dan menghapus semua karma buruk saya pernah saya lakukan sebelumnya atau menghapus karma buruk saya di salah satu bagian tubuh yang sakit.
{ Li Fo Da Chan Hui Wen} yang telah selesai dilafalkan adalah suatu jasa kebajikan (gong de), dan dengan menggunakan jasa kebajikan ini untuk menghapus karma buruk yang ringan.
Apabila setelah melafalkan, karma buruk ini berubah menjadi arwah asing, karena buah karma buruk yang dimiliki terlalu berat, terlalu besar, dan tidak bisa dihilangkan dengan hanya melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen}, dan karma buruk tetap bisa berbuah, maka kita harus melafalkan Xiao Fang Zi untuk mendoakannya.
Dalam prosesnya, kita akan menderita, namun Guan Shi Yin Pu Sa sangat berwelas asih menghindarkan kita dari penderitaan, oleh karena itu mengajarkan kita untuk melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen} supaya sebelum karma buruk ringan di tubuh kita matang dan berubah menjadi ling xing, bisa dihilangkan.
Ini adalah paritta yang sangat bagus, bisa menerima energi dari langit dan bumi.
Kita sangat beruntung karena bisa selalu mendapatkan perlindungan dari Bodhisattva (Pu Sa).
Kita semua tahu, Pu Sa di Dong Fang Tai (2OR Australia Oriental Radio) – Guan Yin Tang sangat luar biasa. Setiap hari kami menerima banyak email berisi cerita pengalaman dari umat, dan hal ini membuat kami merasa sangat senang. Tetapi, hal yang selanjutnya terjadi sangat menyakitkan, karena sampai pada hari ini tetap masih banyak orang yang tidak percaya pada Pu Sa, masih tersesat, bahkan juga ada sebagian orang yang merasa dirinya sudah di “jalan yang benar”.
Saya sungguh merasa kasihan pada mereka. Banyak orang yang sama seperti kalian, dulunya mencari-cari Pintu Dharma yang benar agar bisa membina diri dengan baik. Akan tetapi, hal seperti ini harus disesuaikan dengan waktu, keadaan lingkungan, dan kondisi masyarakat, bila saatnya belum tiba kamu tidak akan bisa menemukannya. Ketika tiba waktunya, barulah kamu bisa menemukan jawabannya.
Sebagai contohnya: ada seorang penderita kanker paru-paru yang tidak bisa diobati pada zaman dulu, sebenarnya hal ini dikarenakan pada waktu itu belum ditemukan cara pengobatan yang tepat, namun bukan berarti tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu kedokteran, obat kanker akhirnya bisa ditemukan. Mengapa sekarang kita bisa membatasi penyebaran kanker paru-paru? Mengapa penderita kanker paru-paru pasti meninggal pada zaman dahulu? Inilah yang dinamakan dengan kesempatan, jodoh.
“Bertobat” berarti memperbaiki sikap pembinaan yang sebelumnya. “Pertobatan” atau “chan hui” bisa mengikis karma buruk yang diperbuat di masa lalu, karma buruk yang ada di tubuh kita bisa dihapuskan dengan cara bertobat. “Pertobatan” berarti mengakui semua kesalahan yang pernah diperbuat sebelumnya (seperti pengakuan dosa pada pastor atau pendeta dalam agama-agama di negara barat).
Kita semua adalah manusia biasa bukan dewa, memiliki banyak hal-hal pribadi dan pemikiran yang boleh dikatakan pada Pu Sa. Tetapi, ingatlah untuk mengutarakannya, jika tidak diucapkan itu tidak benar, ada beberapa cara untuk menyampaikannya: pertama, mengucapkannya di dalam hati; yang kedua, berbicara keluar suara; cara yang satu lagi adalah diucapkan baik dalam hati maupun dari mulut, cara yang ini memiliki hasil paling bagus.
Ada 2 jenis pertobatan,
yang pertama adalah “shi chan” – pertobatan fenomena (phenomena repentance),
yang kedua adalah “li chan” – pertobatan noumena (noumenal repentance).
Pertobatan fenomena atau “shi chan”, itu seperti membersihkan diri sendiri terlebih dahulu, lalu mengutarakan penyesalan dengan sungguh-sungguh di hadapan Pu Sa. Semua masalah dan pikiran yang disesali diutarakan semuanya pada Pu Sa, seperti bertobat dari dalam ke luar. Pertobatan fenomena ini sebenarnya adalah perubahan suatu wujud, suatu bentuk pertobatan pada tahap awal atau masih di permukaan.
Pertobatan noumena atau “li chan”, adalah pertobatan dari dalam lubuk hati. Kita renungkan sebuah kalimat dalam paritta {Xin Jing}: “Zhao jian wu yun jie kong” – (terbebaskan dari 5 bentuk kemelekatan). “Wu yun” atau 5 bentuk kemelekatan ini terdiri dari “se” – kemelekatan pada bentuk atau rupa, “shou” – kemelekatan dalam perasaan, “xiang” – kemelekatan akan pemahaman, “xing” – kemelekatan dalam bentuk-bentuk pikiran, “shi” – kemelekatan akan kesadaran.
Bila bisa mengosongkan hati kita dari kelima hal ini, maka kita tidak akan memiliki karma buruk lagi. Untuk terbebas dari 5 bentuk kemelekatan ini, pertama kita harus bisa “mengosongkan” diri kita sendiri, menghilangkan buah karma buruk dari hati dan pikiran kita, “hati saya terlahir di masa lalu, dan sekarang sudah menjadi kosong”, sudah tidak ada lagi karma buruk di dunia ini, inilah li chan.
Mengosongkan 5 bentuk kemelekatan ini harus dimulai dengan menghilangkannya dari dalam hati kita, mengalahkan iblis yang ada di dalam hati kita, mengalahkan karma buruk kita, betapa luar biasanya cara pertobatan ini.
Bila pikiran kita sudah bebas, maka hati kita secara otomatis juga akan terbebaskan. Sebaliknya, jika hati kita masih bisa dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar kita, maka orang tersebut akan menderita.
Oleh karena itu, kita harus belajar untuk tetap tenang dalam menghadapi berbagai perubahan. Sebenarnya, ini adalah suatu bentuk konsep pemikiran, tidak peduli bagaimana lingkungan luar berubah, kita sendiri jangan terpengaruh.
Ada seorang biksu besar yang pernah mengatakan: “Bagaikan satu telapak tangan, jari tangan adalah Pintu Dharma, meskipun tersebar ke luar pada akhirnya tetap akan kembali juga.”
Puluhan ribu aliran atau Pintu Dharma akan bersatu kembali menjadi satu ajaran yang sama. Kalian harus belajar untuk bertutur kata dengan bijaksana. Jika seseorang masih bisa terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya, maka dia akan sangat menderita, dan penderitaan ini muncul dari dalam dirinya sendiri, yang disebabkan oleh rasa percaya atau tekadnya yang kurang teguh.
Semua malapetaka yang disebabkan oleh buah karma buruk kita terlahir dari pandangan kita sendiri yang tidak berdasar, dengan adanya kemelekatan dalam hati akan menimbulkan pikiran yang tidak rasional, yang akan menyebabkan seseorang melakukan banyak kesalahan, dan pada akhirnya berujung menjadi karma buruk, oleh sebab itu dikatakan pandangan tidak berdasar ini adalah sumber dari segala kejahatan.
Ingatlah, jangan pernah mengandalkan pikiran kita sendiri yang tidak nyata untuk menyelesaikan masalah.
“Melafalkan satu kali nama Buddha bisa menghapuskan dosa besar dari delapan puluh miliar reinkarnasi”.
Mengapa dikatakan begitu? Karena apa yang kalian lafalkan sebenarnya tergantung dari “pikiran” kita, kesungguhan hati kalian sendiri, mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiranmu sendiri. Misalnya: saya berbuat karma buruk hari ini, lalu saya bertobat dengan melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen}, maka karma buruk ini akan terhapuskan. Jika membunuh satu binatang kecil, lafalkan {Wang Sheng Zhou} dengan sepenuh hati untuk mendoakan arwah binatang itu, maka karma burukmu akan lenyap.
Pada intinya, semuanya tergantung dari pikiran kita, mengenai hal apa pertobatan itu sudah lain cerita. Jadi jangan salah menafsirkan, jangan mengira hanya dengan menyebutkan nama satu Buddha lalu karma buruk saya selama delapan puluh miliar reinkarnasi bisa hilang begitu saja.
Master menggunakan teori dalam Ajaran Buddha Dharma untuk mengajarkan kita agar bisa memahami semua masalah yang terjadi di dunia ini, mengerti dari dalam hati tentang pandangan dan pemikiran yang benar terhadap kehidupan di alam semesta ini.