33. Prinsip dalam Menekuni Ajaran Buddha Dharma
Sewaktu melafalkan paritta, jangan memiliki pemikiran yang mengganggu, jangan melekat pada hal apapun, kalau tidak maka mungkin akan terjadi penyimpangan. Contohnya: ada orang yang bersikeras untuk memiliki kemampuan supranatural, ada orang yang terobsesi dengan jodoh di kehidupan sebelumnya, ada orang yang masih merindukan sanak saudaranya yang sudah meninggal, dan lain sebagainya, maka sewaktu melafalkan paritta, atau sewaktu melafalkan Xiao Fang Zi, kemelekatan yang ada di dalam pikiran alam bawah sadar ini, tanpa disadari akan terus mengeluarkan signal-signal pemikiran, yang membentuk suatu medan aura, yang amat sangat mudah mengundang arwah asing merasuki tubuh kita. Cara untuk menghindarinya: sewaktu melafalkan paritta menyambungkan aura dan berkomunikasi dengan Pu Sa (Bodhisattva), harus dengan pikiran yang tenang tanpa keinginan apapun, Sang Buddha mengatakan, “tanpa nafsu keinginan, dengan sendirinya hati akan menjadi setenang air”. Yang paling penting adalah hati kita sendiri, maka kita harus sering mengamati hati kita sendiri, apakah pemikiran yang egois dan mengganggu di dalamnya sudah berkurang? Sering “menyeka” jiwa kita, menjaga kesucian dan kebersihan lubuk hati kita. Semakin sering melakukannya, maka sifat kebuddhaan yang muncul akan menjadi semakin banyak, dan kita akan semakin sulit disakiti dan dikuasai oleh arwah-arwah asing ini.
Sebelum melafalkan paritta, sewaktu mengucapkan permohonan kepada Pu Sa (Bodhisattva), kita harus menyebutkan nama sendiri. Pada waktu melafalkan paritta, harus dilafalkan dengan sungguh-sungguh, apabila ada permohonan tertentu, maka permohonannya diucapkan sebelum melafalkan paritta, tetapi hindari permohonan-permohonan yang tidak masuk akal (keinginan yang melampaui batas wajar), contohnya: menjadi kaya raya, memiliki kekuatan supranatural, dan lain-lain. Kita harus memahami dengan jelas bahwa dunia yin (Alam Roh) dan dunia yang (Alam Manusia) tidak boleh terhubung, jodoh di kehidupan yang lalu bagaikan program acara yang berbeda dari program acara yang sekarang sedang kalian tonton, jadi jangan sembarangan menyambungkan saluran ini. Baik jodoh yang baik maupun jodoh yang buruk, yang sudah berlalu hanya tinggal proses menagih hutang karma atau membayar hutang karma, ini merupakan satu fenomena sementara dari jodoh yang sudah berakhir.
Membina pikiran adalah bagian proses menekuni Ajaran Buddha Dharma, kita harus tekun membina dan mengembangkan diri dengan cermat dan waspada. Sedangkan kemampuan supranatural merupakan suatu fenomena yang muncul dalam proses pembinaan diri, kemampuan supranatural hanya akan muncul pada saat tiba waktunya (sudah mencapai suatu tingkat kesadaran tertentu), jangan mengejar-ngejar kemampuan supranatural, kalau tidak maka diri kita malah akan mudah disesatkan oleh arwah asing. Perlu diketahui bahwa dunia roh adalah dunia yang sangat rumit, kita – manusia relatif sangat rapuh dibanding mereka, saat Anda sendiri tidak memiliki cukup kekuatan untuk melindungi diri sendiri, maka satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan sekarang adalah rendah hati tekun belajar dan giat mengembangkan diri.
Bibit karma buruk akan terus berlanjut dalam tiga kali kehidupan (reinkarnasi), bagi sebagian besar orang, satu buah karma baru akan habis terbayar di kehidupan sebelumnya, kehidupan ini, dan di kehidupan yang mendatang, kecuali ada kondisi tertentu. Ada banyak contoh nyata untuk hal ini, setiap hari Master menerawang totem melalui siaran radio, sudah banyak sekali kejadian yang tercatat. Cara untuk menyelesaikannya adalah: tidak peduli bibit karma baik maupun bibit karma buruk, apabila sudah ditanam di kehidupan sebelumnya, maka pasti akan menerima balasannya di kehidupan ini. Bila pembalasannya masih belum tuntas, maka harus diselesaikan di kehidupan selanjutnya. Inilah hukum karma, siapapun tidak bisa menghentikan terlahirnya karma. Untuk mematangkan buah karma memerlukan sebuah proses, sama seperti benih yang berubah menjadi buah, memerlukan banyak faktor untuk membantunya tumbuh dan berkembang.
Identitas dan pengalaman yang kita peroleh di kehidupan ini seperti tanah dan kelembapan, apabila tumbuh dibiarkan begitu saja, maka buah pembalasan tidak akan bisa terelakkan. Sebelum buah karma ini matang, kita bisa menguraikannya dengan menggunakan jodoh yang baru, dengan melafalkan paritta, berikrar, melepaskan makhluk hidup, melakukan perbuatan baik, mengumpulkan jasa kebajikan, dan lain sebagainya, akan membuat keadaan tanah tempat bibit karma buruk yang ditanam berubah, jadi menyebabkan buah karma buruk tidak mendapatkan suplemen tambahan dan layu sebelum matang, dengan melanjutkan pembinaan diri, maka bisa membuat bibit karma baik tumbuh sampai matang menjadi buah karma yang baik.
Selalu ingat akan penderitaan di Alam Neraka, meneguhkan tekad bodhicitta (tekad mencapai pencerahan sempurna). Di dalam proses pembinaan diri, kita harus menjadikan penderitaan di Alam Neraka sebagai “cermin” bagi diri kita, lebih sering “mencambuk” diri sendiri, memahami hukum karma, rajin membina diri, bertekad untuk selalu melakukan kebaikan. Dengan merenungkan penderitaan di Alam Neraka, akan membuat Anda mengetahui akibat yang akan diterima atas perilaku dan perbuatan buruk yang dilakukan, membantu kita memutuskan pemikiran buruk, menghilangkan nafsu keinginan pribadi, menghapus ketamakan dan kebencian. Dengan mengetahui penderitaan yang akan diterima atas suatu perbuatan tertentu, maka kita bisa menjadikannya landasan dasar untuk membenarkan pikiran dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.
Bodhisattva akan menampakkan wujud atau menggunakan cara yang sesuai untuk menyelamatkan semua makhluk, tidak peduli di alam manapun, tidak peduli status atau identitas apapun yang disandangnya, semuanya tetap bisa terselamatkan. Bisa atau tidaknya seseorang terselamatkan, semua kembali lagi pada kekuatan tekad masing-masing, jika dia sendiri tidak memiliki keinginan untuk diselamatkan, maka siapapun tidak akan bisa menolongnya. Satu lagi faktor lainnya adalah kesempatan (jodoh), bila kita sudah bertekad namun jodoh atau kesempatannya belum tiba, maka dia tetap tidak akan bisa diselamatkan, bila sudah berjodoh namun tidak memiliki tekad, maka tetap juga tidak bisa terselamatkan. 84 ribu Pintu Dharma (aliran) terlahir karena jodoh yang berbeda-beda. Mereka yang berkesempatan mengenal Pintu Dharma yang Master ajarkan, berarti memang jodoh, tetapi bila tidak terbuka kesadarannya, masih berada dalam keraguan atau tergoda dengan hal-hal lain, berarti dia tidak memiliki tekad, bagaimana mungkin bisa terselamatkan? Di dalam proses pembinaan diri, dengan welas asih Buddha dan Bodhisattva dan bimbingan Master, kalian seharusnya tekun membina diri dan berlatih keras, sampai terbuka kebijaksanaannya dan memiliki potensi kesadaran, maka pada saat itu kalian baru bisa memasuki proses pembinaan tingkat kesadaran dengan kebijaksanaan yang sempurna.