Acara Pertemuan Umat Buddhis Sedunia di Hong Kong – 8 Juni 2013 (Bagian 2)

Berakhirnya Penderitaan Datanglah Kebahagiaan, Konsentrasi Zen Melahirkan Kebijaksanaan -- 苦尽甘来禅定慧生 (2)

Harus memiliki kedamaian terlebih dahulu baru bisa mempertimbangkan dengan cermat. Ketika seseorang merasa aman, maka dengan perlahan-lahan dia bisa mempertimbangkan banyak hal dengan cermat. Setelah mempertimbangkan dengan cermat, maka bisa mendapatkan.  Dengan sering merenung, maka bisa menemukan solusi, dan mendapatkan banyak cara untuk menyelesaikan masalah. Kedamaian adalah jodoh dalam seumur hidup. Hal yang paling sulit didapatkan seseorang saat ini adalah kedamaian. Damai itu sangat penting, ketika pikiran bisa damai tenteram, maka segalanya akan baik-baik saja. Jangan melakukan hal apa pun secara berlebihan, maka akan mendapatkan kedamaian. Orang Tionghoa mengutamakan jalan tengah, jangan menyimpang ke kiri atau ke kanan, berjalanlah di tengah. Jalan tengah akan membuat hatimu merasa damai. Dalam literatur Tiongkok, kata “安 an” berarti bahwa hanya jika ada seorang wanita dalam sebuah keluarga maka keluarga tersebut akan damai. Berharap orang-orang yang mempunyai keluarga harus banyak menghargai wanita di rumah, sehingga kalian bisa aman. Keselarasan Yin dan Yang, ini adalah jodoh.  Kita harus belajar bersabar, tenang, dan stabil. Pikiran harus tenang, seimbang dan harus bersabar. Orang-orang sekarang apapun yang dimohon tidak sebaik memohon kedamaian, tidak ada penyakit buruk, tidak ada bencana, damai dan sejahtera. Keselamatan adalah berkah, jangan meminta lagi. Kedamaian, ketenangan pikiran, dan ketentraman tidak dapat dipisahkan dari aman. Kita memiliki jodoh ini – memiliki jodoh kedamaian, kita akan lancar dalam segala hal. Jika menginginkan kedamaian, tidak ada yang lebih baik dari berpuas diri. Orang yang puas diri akan damai, praktisi Buddhis harus berpuas diri. Saya sudah puas, hari ini saya tidak sakit, bahkan hari ini saya tidak sakit gigi. Harus tahu bahwa bahkan sakit gigi pun bisa sangat menyedihkan. Saya adalah Master kalian, guru kalian. Berharap kalian memulai dari berperilaku layaknya seorang manusia, menjadi orang baik, menjadi orang suci, menjadi seorang praktisi Buddhis. Belajar Buddha Dharma harus berwibawa. Berwibawa baru bisa memiliki tanah suci Buddha

Master menerima sebuah panggilan darurat. Ada seorang anak berusia 17 tahun di Malaysia, dia tidak bisa selamat. Sekeluarga sedang duduk bersama untuk makan. Tiba-tiba sepotong plafon jatuh dan mengenai bagian belakang kepalanya. Dia menderita pendarahan hebat, dibawa ke rumah sakit dan menjalankan operasi buka kepala, tetapi pada akhirnya dokter mengatakan tidak ada cara untuk menyelamatkannya – dia dalam keadaan vegetatif! Master melihat hal-hal seperti ini setiap hari dan merasa sedih. Pantasan ketika Master memberikan wejangan, Guan Shi Yin Pu Sa selalu menangis. Berharap kita segera kembali ke pelukan Guan Shi Yin Pu Sa mama. Hati dan pikiran manusia itu ibarat benih, tidak ada jalan lain datangnya petaka maupun berkah, sepenuhnya disebabkan diri sendiri. Kita tidak boleh mencari masalah sendiri. Masalah manusia adalah dirinya sendiri yang mencarinya.

Kita harus memahami jasa kebajikan yang tiada tara. Jasa kebajikan harus dilakukan setiap hari. Jasa kebajikan yang tiada tara itu berasal dari keyakinan diri, kegembiraan, dan rasa syukur. Oleh karena itu, ketika melakukan jasa kebajikan, harus memiliki perasaan bersyukur, bergembira, dan yakin! Yang paling ditakuti dalam belajar Buddha Dharma adalah menyerah di tengah jalan. Hal terpenting dalam belajar Buddha Dharma adalah bertahan. Di Korea Selatan, ada seorang biksu muda dan biksu tua Jingxu. Mereka keluar untuk berurusan dan setelah kembali, biksu muda itu penuh dengan keluhan karena dia membawa barang bawaan yang berat, dia sangat sedih. Dia terus mengeluh di sepanjang jalan , “Berhenti dan istirahatlah.” “Master, saya tidak bisa berjalan lagi.” Setelah tiba di sebuah desa, biksu tua Jingxu melihat seorang wanita di ladang. Dia berjalan mendekat dan membisikkan beberapa patah kata. Tiba-tiba wanita itu berteriak keras. Banyak penduduk desa mengira biksu itu berperilaku cabul terhadap wanita itu, dan semua orang mengejarnya untuk memukulinya. Pada saat itu, biksu tua Jingxu melarikan diri dengan cepat karena tubuhnya yang tinggi dan kakinya yang panjang. Biksu muda itu juga berlari bersamanya membawa barang bawaannya. Mereka berlari ke lereng bukit dan melihat tidak ada yang mengejarnya lagi, lalu biksu tua Jingxu duduk dan berkata kepadanya, “Apakah kamu merasa lelah dengan barang bawaanmu? Tahukah kamu, kita akan segera sampai ke rumah.” Tahukah kalian apa yang dikatakan biksu tua Jingxu kepada wanita itu? Dia berkata, “Kamu teriak ya, saya akan mendidik biksu kecil ini.” Kisah ini memberi tahu semua orang bahwa dalam perjalanan hidup, kita harus memiliki ketekunan dan kegigihan. Keyakinan seorang praktisi Buddhis sangatlah penting. Jika seseorang menekuni Dharma namun tidak memiliki keyakinan, membina diri dengan sebentar sudah mengeluh, bagaimana dia bisa membina dirinya dengan baik.  Berapa banyak orang yang berangkat kerja pada jam enam atau tujuh pagi, dan bangun pada jam empat atau lima untuk melafalkan paritta, ini disebut ketekunan, ini disebut membina pikiran. Ketika apa yang dimohonnya terkabulkan, itu adalah balasan karmanya.

Berharap kalian harus memiliki keyakinan dan tujuan dalam menekuni Dharma. Seberat apapun bebannya, kita tidak akan merasa berat. Kita harus menanggung tekanan ini, harus menanggung kesulitan dalam menekuni Dharma, karena hanya dengan menanggung penderitaan kita baru bisa mengikis karma. Karena belajar Buddha Dharma adalah  suatu hal yang sulit. Menjadi manusia saja sulit, apalagi membina pikiran? Untuk membina pikiran mana ada tanpa menanggung penderitaan. Tidak boleh melihat yang ingin dilihat, tidak boleh  makan yang ingin  dimakan, tidak boleh melakukan hal yang ingin dilakukan, ini disebut membina pikiran melalui kesulitan. Hanya dalam penderitaan kita dapat menemukan pencerahan sejati.  Pencerahan mengandalkan penderitaan untuk mengikis karma, semakin banyak penderitaan yang dialami, semakin cepat karma yang terkikis. Berharap semua orang banyak mengikis karma. Jika kita tidak berhutang kepada orang lain dalam hidup ini, kita dapat dengan mudah kembali ke surga ketika kita meninggal. Berharap semua orang dapat menemukan jati diri dalam hidup dari penderitaan dan menemukan arah hidup dari kesakitan. Belajar Buddha Dharma akan menjadikan kita semakin kuat. Sulit untuk mengomentari perolehan dan kehilangan dalam hidup. Biarkan kehilangan menjadi suatu perolehan, kamu akan memiliki berkah kebajikan. Biarkan semua penderitaan menjadi jodoh pendukung bagi kita. Berharap semua orang bisa mempelajari Buddha Dharma dengan baik. Lupakan penderitaan, lenyapkan penderitaan, yang kita dapatkan adalah jodoh pendukung. Kita tercerahkan dari penderitaan, kita akan memiliki kebijaksanaan prajna Bodhisattva.

Seorang rekan se-Dharma di Beijing memberi kita umpan balik yang sangat baik. Rekan se-Dharma tersebut menyeberangkan ibunya ke Alam Sukhavati. Guan Shi Yin Pu Sa memberi tahu dia dalam mimpi bahwa ibunya telah pergi ke Alam Sukhavati. Kemudian, Master melihat totem dan memastikan bahwa almarhum memang telah pergi ke Alam Sukhavati, di sudut belakang Buddha Amitabha, sudah terbebas dari enam alam, juga merupakan Bodhisattva kecil. Xin Ling Fa Men juga bisa menyeberangkan  orang-orang ke Alam Sukhavati.  Apakah ada Guan Shi Yin Pu Sa di antara Tri Suci di Surga Barat? Buddha Amitabha dapat menyelamatkan kita, Guan Shi Yin Pu Sa juga dapat membawa kita ke atas. Orang yang menekuni ajaran Xin Ling Fa Men, jika ingin pergi ke Alam Sukhavati, Guan Shi Yin Pu Sa mengatakan bahwa Dia sendiri akan datang menjemput kalian. Praktisi Buddhis tidak pernah berbohong. Buddha dan Bodhisattva tidak pernah berbohong. Berharap semua orang baik-baik membina diri. Setelah meninggal nanti bisa bertemu dengan Master di Alam Surga.

Belajar Buddha Dharma sampai pada akhirnya akan semakin bahagia dalam Dharma. Belajar Buddha Dharma sampai pada akhirnya orang akan semakin tersadarkan. Menanggung penderitaan adalah untuk menghilangkan penderitaan, menikmati berkah adalah menguras berkah. Oleh karena itu, kita hidup di dunia ini harus banyak menanggung penderitaan, yaitu menghilangkan penderitaan. Ketika penderitaan berakhir, berkah akan datang. Oleh karena itu, orang Tiongkok memiliki pepatah berbunyi “Berakhirnya penderitaan, datanglah Kebahagiaan”. Berharap kalian di saat menderita, bertahanlah, tunggulah berkah datang. Ada dua jenis berkah. Yang pertama adalah berkah yang  patut diterima, merupakan berkah yang diperoleh dari hasil kerja diri sendiri. Misalnya bisa membeli rumah, membeli pakaian, makanan, tempat tinggal dan transportasi. Berkah-berkah ini, setelah selesai menikmatinya, berkah akan berakhir. Ada satu jenis lagi yaitu berkah yang tidak patut dinikmati, yaitu mencari kesenangan di luar kewajibannya sendiri. Misalnya berkah yang diperoleh dari menipu uang atau secara keberuntungan. Ini tidak hanya akan menguras berkah tetapi juga akan mendapat balasan karma. Jadi jangan mengejar berkah di luar diri sendiri. Praktisi Buddhis harus menghargai berkah yang dimiliki. Berkah tidak boleh dinikmati sampai habis, jika berkah habis maka tidak punya berkah lagi. Oleh karena itu, dikatakan bahwa penderitaan boleh ditanggung sampai habis, namun berkah tidak boleh dinikmati sampai habis.

Terimalah jodoh buruk, agar dirimu tidak ada rasa dendam, merasa tenteram, sehingga hatimu akan menjadi semakin baik hati. Jadi terkadang belajar Buddha Dharma dalam kesulitan sebenarnya merupakan suatu latihan yang baik. Coba kalian semua pikirkan, berapa banyak orang yang menekuni Dharma, bukankah itu karena mereka mempunyai masalah dengan tubuh, pekerjaan, dan pernikahan, barulah mereka mulai belajar Buddha Dharma? Jika seseorang sudah dimanjakan sejak kecil dan menikmati kebahagiaan sejak kecil, bagaimana dia bisa tahu untuk menyembah Buddha? Oleh karena itu, setelah menanggung penderitaan, dia malah memperoleh kebahagiaan dari penderitaan. Dia telah menemukan jalan menuju pembebasan karena dia sudah percaya pada Buddha. Oleh karena itu, menanggung penderitaan bukanlah penderitaan yang sesungguhnya, tetapi membuat kalian merasa bahwa kalian perlu benar-benar memahami kehidupan, kita tidak boleh menderita lagi, berharap kalian dapat menemukan jalan untuk kembali ke Alam Surga. Berharap kalian mengikuti Guan Shi Yin Pu Sa baik-baik belajar Buddha Dharma, ini adalah sebuah jalan emas, berharap semua orang harus menghargai jodoh.

Master menceritakan sebuah kisah yang sangat mengharukan kepada semua orang. Seorang anak laki-laki hidup bersama kakaknya. Sejak kecil orang tua mereka telah meninggal, sangat kasihan. Bencana kembali menimpa keluarga mereka, kakaknya terkena penyakit leukemia, ketika mereka pergi ke rumah sakit, pihak rumah sakit melihat kedua anak tanpa orang tua ini sangat kasihan, sehingga mereka melakukan operasi gratis, tetapi mereka membutuhkan banyak plasma darah. Golongan darah kakak ini hanya anak laki-laki kecil ini yang memilikinya. Dokter bertanya kepadanya, “Apakah kamu bersedia mendonorkan darah untuk kakakmu? Jika dia tidak memiliki darahmu, dia akan mati perlahan.” Anak laki-laki kecil itu tidak berbicara. Lalu dia berpikir sejenak dan berkata, “Baik, dokter, kalian ambillah darah saya.” Setelah darah diambil, anak kecil itu berkata dengan berlinang air mata dan suara gemetar, “Dokter, saya masih bisa hidup berapa hari?” Dokter tahu bahwa anak kecil itu telah salah paham, mengira bahwa dengan mengambil darahnya, maka dia akan mati. Tiba-tiba, dokter mengerti bahwa pada saat itu, anak kecil tersebut mengambil keputusan yang gigih. Dia memutuskan untuk menukar nyawa kecilnya dengan mengembalikan nyawa kakaknya. Dia berpikir dengan pengambilan darah ini, dia akan kehilangan nyawanya. Anak kecil seperti itu begitu baik hati, dokter sangat terharu dan berkata kepadanya, “Jangan khawatir, anak muda, kamu tidak akan mati setelah mengambil darah.” “Bagus, bagus sekali! Dokter, bisakah saya menyelamatkan kakak saya?” “Ya, kamu dapat menyelamatkan kakakmu!” “Dokter, bolehkah mengambil lebih banyak darah saya? Berapa lama saya dapat hidup?” “Tidak masalah dengan pengambilan sedikit darah ini. Kamu masih bisa hidup sampai usia 100 tahun.” Anak itu melentangkan tangannya dan berkata, “Dokter, silakan mengambil setengah dari darah saya lagi dan memberikannya kepada kakak saya. Biarkan kakak hidup sampai usia 50 tahun. Saya juga hidup sampai usia 50 tahun.”

Cinta dan kasih sayang sejati di dunia. Pikirkan betapa jeleknya kasih sayang kita sekarang, mana ada cinta sejati sekarang? Praktisi Buddhis punya perasaan, kita harus mengerti untuk berwelas asih, berapa banyak anak yang perlu diselamatkan oleh kita? Berapa banyak anak yang menderita berbagai penyakit kritis dan mematikan, bukankah kita harus menyelamatkan mereka? Bukankah kita harus memberitahu mereka pintu Dharma dan ajaran Dharma Guan Shi Yin Pu Sa yang luar biasa bagusnya ini? Berapa banyak penderitaan yang dialami Sang Buddha ketika Beliau lahir di India? Untuk menyebarkan agama Buddha ke dunia, dia membabarkan ajaran Buddha Dharma ke mana-mana, tetapi diusir oleh Zoroastrianisme dan difitnah oleh orang lain. Berapa banyak penderitaan yang ditanggung Sang Buddha demi kita? Bukankah kita sekarang sedang menikmati ajaran Buddha Dharma yang dibawakan oleh Sang Buddha kepada kita? Bukankah kita seharusnya membabarkan ajaran Buddha Dharma dengan lebih baik, dan memberikan manfaat Dharma kepada lebih banyak orang di seluruh dunia?

Berapa banyak pencerahan yang diberikan oleh cinta tanpa pamrih di dunia kepada kita dalam hidup? Sebagai manusia, orang terluka, saya turut merasa sakitnya. Kita harus tahu untuk lebih menyayangi orang lain. Menyayangi orang lain berarti mengerti untuk menyayangi diri sendiri. Orang yang tahu untuk menyayangi orang lain pasti akan menyayangi dirinya sendiri. Jika seseorang hanya tahu untuk menyayangi dirinya sendiri, maka dia selamanya tidak akan menyayangi orang lain. Berharap kalian menjadi praktisi Buddhis yang baik dan menyayangi orang lain dengan baik, seperti Guan Shi Yin Pu Sa menyayangi kalian, menyayangi semua orang!

Banyak orang bisa diselamatkan, dan banyak orang yang tidak bisa diselamatkan. Mengapa? Ada orang bertanya, orang jahat sudah kehilangan sifat kemanusiaannya dan tidak dianggap sebagai manusia, haruskah dia diselamatkan? Master menulis karakter “我 wo — Aku” secara terbalik dan menanyakan karakter apa itu. Dia mengatakan itu adalah kata “我 wo — Aku”. Jadi dibolak balik, tetap saja kata “我 wo — Aku”. Dengan kata lain, apakah dia orang jahat atau orang baik, karena kamu tahu bahwa dia memiliki sifat Kebuddhaan, dia adalah seorang manusia, adalah orang yang memiliki sifat dasar, jadi tidak peduli tulisan itu terlihat jelas atau tidak, dijungkirbalikkan tetap adalah tulisan “我 wo — Aku”. Kita manusia juga seperti itu, apakah dia orang jahat atau orang baik, kita harus menyelamatkannya!” Karena dia orang jahat, kita harus menyelamatkannya agar menjadi orang baik! Oleh karena itu, praktisi Buddhis harus lebih menebarkan welas asih dan menyelamatkan lebih banyak makhluk yang berjodoh. Dengan begitu, orang baik di dunia ini akan menjadi semakin banyak.

Belajar konsentrasi Zen dan meningkatkan kualitas diri. Kita harus bersikap baik kepada semua makhluk dan memanfaatkan pikiran Buddha dengan baik. Iblis dan Buddha mempunyai dua sisi tubuh yang sama. Jika hari ini kamu mempunyai pikiran yang buruk, kamu adalah iblis. Jika kamu mempunyai pikiran yang baik hari ini, kamu adalah seorang Buddha. Oleh karena itu, Buddha ada di dalam hati, dan iblis juga ada di dalam hati. Hari ini, jika kamu menggunakan Buddha untuk mengalahkan iblis, maka kamu adalah seorang Buddha. Jika pikiran iblis kamu mengalahkan pikiran Buddha, maka kamu adalah iblis. Berharap semua orang selalu menggunakan hati Buddha untuk mengalahkan hati iblis di dalam hati kalian!