36. Tulus Bertobat, Menyadarkan Diri Sendiri 真心忏悔,觉悟自身

Tulus Bertobat, Menyadarkan Diri Sendiri

Jika ada orang yang memohon petunjuk Dharma padamu, yakni bertanya tentang teori Dharma pada kalian, jika kamu tahu namun tidak menjelaskannya atau sengaja tidak menjawab, itu sudah merupakan pelanggaran sila. Oleh karena itu, siapapun yang menerima telepon di Dong Fang Tai, jika dia sendiri tahu jawabannya namun tidak mau mengatakannya, atau dirimu sendiri tahu tetapi menjawabnya dengan ceroboh, semua ini adalah pelanggaran sila. Tahukah kalian dosa apa yang akan diterima dari pelanggaran sila ini? Akan turun ke alam bawah. Misalnya, hari ini ada masalah tertentu, tetapi kamu tidak mau menjawab orang itu, dalam telepon mengatakan, “Ya ya ya, benar benar benar, kamu cukup melafalkan begini beberapa kali. Baik baik baik, sampai jumpa”. Jika kamu begini, begitu menutup telepon, berarti kamu sudah melanggar sila. Permasalahan Bodhisattva memang boleh dilakukan dengan sembrono begini? Tahukah kalian, dengan siapa kalian bicara? Jangan sembarangan marah-marah, suka marah sesuka hati juga termasuk pelanggaran sila. Jika hari ini kamu adalah seorang praktisi Buddhis, bila kamu sembarangan marah-marah, sembarangan menjawab pertanyaan orang lain, sama dengan sedang menghancurkan jiwa kebijaksanaan diri sendiri, sesungguhnya berarti kamu sedang “membakar hutan jasa kebajikan” (tentu saja tidak semua jasa kebajikan akan terbakar). Apabila kamu sering marah-marah, maka kebencianmu akan muncul keluar, begitu kebencianmu mencuat, maka bibit karmamu akan terlahir, dengan kata lain lahirlah karma. Misalnya, begitu tergerak satu niat buruk dalam pikiranmu terhadap dia, maka selanjutnya bibit karma akan muncul. Kamu tidak menyukainya, kamu memperlakukan dia dengan buruk, maka selanjutnya kamu akan bermasalah. Kamu sudah menanam bibit karma buruk ini, kamu sudah memiliki bibit kebencian ini, maka selanjutnya akan menjalin jodoh buruk, dia pasti juga akan bersikap buruk terhadapmu. Kamu menyuruh seseorang memarahi orang lain, juga berarti menghasut orang lain untuk memiliki kebencian, membuat orang lain memiliki dosa membenci. Ada sebagian orang yang sendirinya tidak mau memarahi orang lain, namun menyuruh orang lain memarahinya. Inilah mengapa terkadang saat saya bercanda dengan grup muda-mudi, saya sering mengajari mereka, “Jika ada orang yang menyuruh kamu memarahi dia, lalu kamu segera memarahinya, sebenarnya kamu bisa berpikir atau tidak?”

Saat orang lain mengakui kesalahannya padamu, atau kamu mengakui kesalahan pada orang lain, jika kamu tidak menerima pengakuan orang lain, tidak menerima permintaan maaf orang lain, maka sebenarnya kamu sendiri kembali sedang melakukan pelanggaran sila. Oleh karena itu, sewaktu seseorang mengatakan “maaf” padamu, saat mereka mengakui kesalahan padamu, maka kamu harus menerima pengakuan salah mereka, kalau tidak, berarti kamu bukanlah seorang praktisi Buddhis, kamu kembali melanggar sila. Karena ini bisa menghilangkan perasaan lemah lembut dan hati welas asihmu. Karena ketika seseorang tidak mau menerima pengakuan salah dan permintaan maaf orang lain, maka sebenarnya perasaan welas asihmu sudah hilang, hati nuranimu yang lembut dan baik hati akan pergi meninggalkanmu. Tidak bersedia menerima permintaan maaf orang lain berarti kebencian masih ada dalam hatimu, makanya kamu baru bisa menolak permintaan maaf orang lain. Sedangkan orang yang benar-benar memaafkan orang lain berarti dia tidak memiliki kebencian di dalam hatinya. Harus memaksakan diri, mengendalikan diri untuk menerima permintaan maaf orang lain. Banyak orang saat meminta maaf mengatakan, “Saya bersalah padamu”, sedangkan mulutmu mengatakan, “Sudah sudah, lupakan saja”, tetapi sebenarnya dalam hatimu masih merasa benci, masih bersedih. Seorang praktisi Buddhis jika melihat orang lain sudah meminta maaf seperti ini, “Aduh, dia sudah menyesal, ini tidak mudah. Sesungguhnya, dia hanya mengucapkan satu kalimat itu, saya juga sudah memaafkannya, sebenarnya ini juga tidak ada apa-apanya”, kamu memiliki welas asih maka tidak akan menyakiti diri sendiri. Misalnya kamu mengatakan “maaf” padanya, tetapi dia tetap tidak mau memaafkanmu. Kamu sudah mengatakannya, kamu sudah merasa tidak apa-apa, hatimu sudah terasa ringan, sedangkan dia masih kesal dan terus memendamnya di hati, lama-kelamaan dia akan jatuh sakit; oleh karena itu, harus belajar untuk memaafkan orang lain. Kamu bisa memaafkan orang lain, kamu baru bisa memiliki welas asih, seseorang yang tidak mau memaafkan orang lain, matanya akan memancarkan sorot mata yang galak. Tahukah kalian? Terkadang, ketika Master sedang mengkritik kalian, ada orang yang dari matanya terlihat tidak terima, lalu mengeluarkan sorot mata yang galak.

Saya beritahu kalian: memfitnah dengan menjelek-jelekkan Buddha, Dharma, atau Sangha – biksu/biksuni, atau membicarakan hal-hal buruk para pembabar Dharma, ini disebut sebagai dosa memfitnah Trisarana. Dosa memfitnah Trisarana berarti, orang ini mengatakan kalau Buddha tidak bagus, atau sebentar menjelek-jelekkan orang-orang yang membabarkan Dharma, sebentar menjelek-jelekkan aliran Dharma orang lain. Oleh karena itu, tidak boleh memfitnah semua orang yang berjodoh dengan ajaran Buddha Dharma – seluruh praktisi Buddhis. Dosa atas memfitnah ini juga sangat besar, kalau di Alam Manusia mungkin kamu tidak berdosa, namun begitu tiba di bawah sana, maaf saja, akan menerima hukuman cambuk. Mencambuk dirimu, rasanya sama seperti dicambuk di dunia.
Selanjutnya, Master akan membahas tentang kebijaksanaan dan kesadaran yang ada dalam Buddha dan Bodhisattva. Apa itu Buddha? Apa itu Bodhisattva? Yaitu ketika seseorang sudah tersadarkan, sedangkan kesadaran ini adalah kesadaran yang berasal dari dalam, bukan hanya dari penampakan luar, maka orang yang memiliki kesadaran seperti ini juga bisa disebut sebagai Buddha atau Bodhisattva. Mampu menyadari sifat dasar yang semula, yakni orang yang mampu memahami sifat dasar dan hati nurani sendiri, mampu menelaah sifat dasar dan hati nurani sendiri, maka dirinya sendiri bagaikan bunga lotus yang bersih. Mengapa bunga lotus begitu bagus maknanya? Karena bunga lotus tumbuh dari dalam lumpur namun tidak ternoda – tidak ada kotoran, bunga lotus semurni giok sebening air. Oleh karena itu, dalam hati kita pun harus menumbuhkan sekuntum bunga lotus, wajahmu juga bisa menumbuhkan sekuntum bunga lotus. Jika ada iblis jahat dalam hatimu, maka wajahmu juga akan menjadi seperti iblis yang jahat. Kita jangan sampai dipengaruhi lima kekotoran duniawi. “Lima kekotoran duniawi”, dulu Master sudah pernah membahasnya dengan kalian, kondisi dunia ini sekarang sangat buruk, ada terlalu banyak kata-kata kasar dan ucapan yang buruk, hal-hal negatif dan masalah-masalah jahat, polusi semakin meningkat, sedangkan udara bersih semakin menurun, tidak ada benda yang bersih murni, sedangkan benda-benda dan jiwa-jiwa yang kotor ada di mana-mana.

Kita harus bisa mencapai kebebasan psikologis (mental), karena hanya orang yang seperti ini yang merupakan orang yang sudah benar-benar bisa membebaskan dirinya sendiri, orang ini baru bisa terbebas dari kerisauan dan kekhawatiran. Jika kamu bisa segera tersadarkan, maka pada saat itu juga kamu akan memiliki Negara Buddha dalam pikiranmu – yakni saat itu juga akan ada Negara Buddha dan Bodhisattva di dalam hatimu. Kamu akan hidup di dalam kesadaran spiritual Buddha dan Bodhisattva, kamu akan mampu memandang rupa semua makhluk sebagai Tanah suci Buddha. Apakah yang disebut sebagai “rupa semua makhluk”? “Rupa semua makhluk” merujuk pada berbagai macam penampilan dan wajah di dunia ini. Contoh, orang ini sangat iri hati, maka dia akan memiliki rupa yang iri hati; orang yang membenci orang lain akan memiliki rupa benci; orang yang tamak akan memiliki rupa tamak; orang yang melakukan kejahatan akan memiliki rupa jahat; orang yang jahat akan memiliki rupa buruk. Inilah rupa semua makhluk. Oleh karena itu, kita harus menghilangkan kemelekatan diri akan rupa semua makhluk. Jika kamu bisa meninggalkan kemelekatan atas rupa semua makhluk, maka kamu akan memiliki Tanah Suci, dengan kata lain, akan tercipta sebuah Tanah Suci di hatimu. Bersikap pesimis berarti tidak membiarkan buah kesadaran yang bisa “memahami segalanya dan melihat sifat dasar sendiri” senantiasa berada di hatimu. Jika seseorang merasa masa depannya tidak ada harapan, merasa sangat pesimis, dengan kata lain, kamu tidak memahami apa sesungguhnya dunia ini. Kamu tidak memahami segalanya, yakni pikiranmu tidak mengerti, karena kamu tidak bisa melihat sifat dasarmu, kamu tidak memiliki buah Kebuddhaan yang mampu memahami segalanya dan menemukan sifat dasar sendiri di dalam pikiranmu.

Di kehidupan ini orang yang bisa mengenal ajaran Buddha Dharma adalah orang yang beruntung. Kalian di kehidupan ini bisa mengetahui ajaran Buddha Dharma, kalian benar-benar adalah orang yang berkah keberuntungan. Jika mampu menekuni Dharma dengan benar, maka kamu akan mencapai tingkat kesadaran spiritual yang mampu melampaui dunia yang berupa ini, dengan mencapai tingkat kesadaran ini, maka kamu bisa pergi ke Alam Sukhavati, bisa melampaui Alam Manusia. Alam Sukhavati ini adalah dunia imajinasi, adalah tempat yang bisa dicapai oleh pemikiranmu, bukan tempat untuk bersenang-senang dan bisa dicapai oleh raga badaniah kamu di kehidupan ini. Jika dikatakan secara langsung, kamu memiliki satu mimpi indah yang selamanya bisa dirimu kendalikan, sedangkan dalam mimpi indah ini, kamu bisa menggunakan jiwamu untuk hidup. Misalnya, kalian bermimpi, dalam mimpi, jika kalian terus berlari-larian, itu tandanya tidak senang. Jika berada di Alam Surga, kamu bisa mengendalikan ke mana dirimu ingin pergi, betapa bahagianya. Sesungguhnya, ini berarti berada di Kerajaan Surga. Kepercayaan barat menyebutnya sebagai Kerajaan Surga, sedangkan dalam agama Buddha kita menyebutnya sebagai Alam Surga, sesungguhnya ini baru mencapai tingkat Kamadhatu.

Jika seorang praktisi Buddhis mengetahui ke mana dirinya akan pergi sekarang dan di masa depan nanti, maka kamu bisa memperkuat keyakinan, tekad, dan tindakan. Karena saya tahu di masa depan nanti saya akan pergi ke Alam Sukhavati; karena saya tahu, dengan membina diri baik-baik, saya bisa terbebas dari tumimbal lahir di enam alam, saya bisa pergi ke Empat Alam Brahma. Oleh karena itu, saya bisa melampauinya. Contoh sederhana: banyak teman-teman kecil di masa bersekolah seringkali dijahati oleh orang lain di kelasnya. Jika dia ingin melampauinya, maka akan terpikirkan olehnya: “Saya dan dia masih akan sekelas setengah tahun lagi, dia menakali saya juga hanya tinggal setengah tahun lagi. Orang seperti dia ini, nilai akademisnya begitu buruk, dia tidak akan bisa masuk universitas, maka begitu saya masuk ke Universitas Sydney, kami akan terpisah.” Dengan melihat hal ini, dia sendiri akan bisa menghilangkan banyak kebenciannya. Sama seperti banyak orang di tempat kerjanya, dia memiliki konsep pemahaman yang berbeda denganmu, kalian setiap hari bekerja bersama merasa tidak senang. Sesungguhnya, jika kamu memikirkannya dengan lebih cermat, dia itu bukan istrimu, memangnya kamu bisa mengatur begitu banyak? Di tempat kerja, dia ingin bagaimana, kamu biarkan saja, kamu membiarkan dia, memangnya apa kerugianmu? Kamu malah kesal, ingin mengaturnya, seperti mengatur istri sendiri, atau sama seperti mengatur anak sendiri. Memangnya kamu bisa mengaturnya? Seperti banyak orang yang menasihati Master: “Master, kamu memiliki begitu banyak anak (murid), memangnya kamu bisa mengatur semuanya?” Tidak bisa. Tetapi karena saya adalah Bodhisattva, maka saya harus mengaturnya. Sedangkan kalian harus bisa berpandangan terbuka dan melepaskannya. Karena kalau saya tidak mengatur kalian – murid-murid ini, kalian akan menjadi lengah, ini langkah pertama. Sedangkan, tunggu sampai tingkat kesadaran spiritual kalian sudah benar-benar meningkat, kalian akan pergi menolong kesadaran spiritual orang lain. Misalnya terhadap orang-orang yang bersikap sangat buruk terhadap kalian, pelan-pelan kamu bisa memberikannya beberapa buku, kamu bisa menggunakan ajaran Buddha Dharma untuk membuka kesadarannya. Atau saat kamu sudah mencapai kesadaran spiritual tingkat tertentu, kamu sudah menjadi Bodhisattva, kamu bisa melafalkan {Xin Jing} untuknya, maka itu adalah suatu tingkat kesadaran spiritual yang berbeda.