Kembali Membahas Tentang “Berdana”
Selanjutnya, Master akan membahas sedikit tentang jenis-jenis berdana.
Pertama, berdana dengan pikiran yang sepenuhnya bisa dipercaya, bisa terhindar dari kecemburuan orang lain, sebaliknya akan dihormati oleh orang-orang. Apa maksudnya? Dengan kata lain, dengan reputasi yang baik – bisa dipercaya sebagai bentuk pemberian dana. Yakni, saya adalah orang yang sangat berpegang teguh pada janji, jika saya berjanji untuk membantumu melakukan suatu hal, maka saya pasti akan melaksanakannya. Dengan berpegang teguh pada janji, saya berdana kepadanya, membantunya, karena itu saya bisa terhindarkan dari kecemburuan orang-orang dan dihormati orang lain. Misalnya, ketika seseorang berdana membantu orang lain, yakni sewaktu saya membantumu, dan kata-kata saya sangat bisa dipercaya. Saya memiliki keyakinan untuk berpegang teguh pada janji saya, saya sangat menepati janji saya. Orang seperti ini akan terjauhkan dari kecemburuan orang-orang, dan dihormati oleh orang-orang. Ini yang disebut berdana dengan keyakinan.
Kedua, berdana sesuai waktu, memperoleh kesucian tiga karma, kedamaian dalam empat musim. Memberikan dana sesuai waktu, dengan kata lain berdasarkan kebetulan, apa kebutuhan orang tersebut saat ini, lalu kamu membantunya; saat orang lain kekurangan apa, lalu bertepatan dengan waktu ini, kamu membantunya, ini seperti pepatah zaman sekarang “memberikan batu bara di tengah salju”. Orang ini bisa memperoleh kesucian pada tiga karma, dan kedamaian di empat musim.
Ketiga, sering berdana, mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan tubuh dan pikiran, tiada kekacauan yang mengganggu. Dengan kata lain, seseorang yang sering berdana, orang yang sering memberikan dana, bisa memperoleh kenyamanan dan kebahagiaan secara jasmani dan rohani. Yaitu, orang yang sering berdana, tubuh dan pikirannya akan merasa sangat senang, sepanjang waktu dari pagi sampai malam akan terus merasa bahagia. Tiada kekacauan yang mengganggu, dengan kata lain, pikirannya akan sangat terpusat, tidak sering kacau tercerai-berai.
Keempat, berdana dengan tangan sendiri, akan memperoleh jari-jemari yang panjang dan ramping, tubuh dan rupa yang baik. Dalam berdana apapun, saya melakukannya dengan tangan sendiri. Kalian harus memahami bahwa berdana dengan tangan sendiri, dan berdana melalui bantuan orang lain, adalah konsep yang berbeda. Misalnya, orang ini sakit, lalu saya dengan tangan sendiri mengantarkan obat kepadanya atau menitipkan obat kepada orang lain untuk diberikan kepadanya, ini tidak sama. Tahukah kalian, apa yang diperoleh dengan berdana dengan tangan sendiri? Bisa memperoleh jari-jemari yang panjang dan ramping, tubuh dan rupa yang baik. Misalnya, hari ini saya membelikan orang lain pau, jika saya meletakkannya di sana, lalu berkata, “Kalian semua makan ya”. Ini tidak disebut sebagai berdana dengan tangan sendiri. Apakah berdana dengan tangan sendiri? “Kamu ambil satu, kamu ambil satu, …”, dengan tangan sendiri, kamu membagikannya kepada setiap orang. Maka orang ini pasti akan memiliki jari yang sangat panjang dan ramping, wajah orang ini pun akan menjadi semakin bagus.
Kelima, berdana untuk orang lain, akan kembali memperoleh pemberian dana besar dari orang lain. Apa maksud dari berdana untuk orang lain? Yakni berdana demi orang lain, bukan untuk diri sendiri. Berdana untuk orang lain, tidak ada keuntungan untuk diri sendiri, akan memperoleh pemberian dana besar dari orang lain. Apabila kamu sering membantu orang lain untuk berdana, maka kamu bisa memperoleh pemberian dana besar yang dilakukan orang lain untukmu. Misalnya, hari ini tiba-tiba ada suatu masalah yang kurang baik, setelah dirimu mengetahuinya melalui pihak ketiga, lalu kamu berkata, “Saya akan membantunya”. Dengan kata lain, setelah mendengar kabar ini, lalu kamu membantunya, maka orang ini pasti akan mendapatkan pemberian dana besar dari orang lain. Ini yang disebut sebagai berdana untuk orang lain.
Yang keenam, berdana menurut ajaran, pikiran terbebas dari kemelekatan rupa, akan memperoleh berkah pahala yang tak terduga. Dengan kata lain, menerapkan ajaran dalam tindakan dan perilaku kita. Berdana dengan menerapkan teori, prinsip dan ajaran Buddha Dharma, maka pikiran kita akan terbebas dari kemelekatan rupa, memperoleh berkah pahala yang tak terduga. Yaitu, pikiranmu akan meninggalkan kemelekatan rupa. Kalian masih belum memahami apa yang Master katakan, yakni pikiran kita akan terbebas dari kemelekatan atas penampakan rupa luar, kamu sudah terbebas dari kemelekatan. Ini yang dinamakan pikiran yang terbebas dari kemelekatan rupa, memperoleh berkah pahala yang tak terduga. Saya tidak melakukan apa-apa, namun tiba-tiba memperoleh keberuntungan (berkah pahala), ini yang disebut dengan menerima berkah pahala yang tak terduga. Kalian sering melihat ada orang yang tidak melakukan apa-apa, namun dia selalu saja beruntung? Ada tidak? Memang apa yang dilakukannya? Karena dia bertindak sesuai dengan ajaran. Apa artinya? Sesuai keadaan normal, saya berdana kepadamu, saya membantumu, sesuai dengan prinsip ajaran Dharma, ketika kamu membutuhkan saya, maka saya membantumu, saat kamu membutuhkan sesuatu, maka saya akan memberikannya kepadamu.
Ketujuh, berdana bersama dengan rupa yang tepat, memperoleh tubuh dan wajah yang berwibawa, disukai oleh semua makhluk. Tepat di sini berarti baik dan sesuai. Dengan kata lain, saat kamu berdana kepada orang lain, kamu menggunakan satu cara yang tepat untuk berdana bersama-sama, maka akan memperoleh tubuh dan rupa yang baik dan berwibawa. Apakah rupa di sini? Rupa atau “se” di sini tidak merujuk pada hubungan pria dan wanita, rupa atau “se” di sini berarti cara. Berdana bersama berarti semua orang berdana bersama-sama. Jika kamu sering menggunakan cara yang tepat untuk berdana bersama, akan memperoleh tubuh dan rupa yang baik, dengan kata lain tubuh dan wajahmu bisa menjadi bagus dan berwibawa. Disukai oleh semua makhluk, karena saya membimbingmu dengan baik, saya menggunakan “rupa” ketulusan hati ini untuk menyemangatimu, membantumu (rupa “se” di sini bukan merujuk pada hubungan pria dan wanita, melainkan merujuk pada wajah), maka orang seperti ini akan disukai semua orang.
Kedelapan, berdana bersama dengan wewangian yang baik, bisa mendapatkan keharuman cendana abadi, menikmati persembahan. Jika kamu sembari menggunakan cara yang baik untuk membantu orang lain, lalu juga sembari memasang dupa dan bersembahyang kepada Buddha, maka lama-kelamaan, kamu akan memperoleh keharuman cendana. Wangi cendana merupakan suatu bahan kayu berkualitas tinggi, yang dipersembahkan sebagai bentuk penghormatan kepada Bodhisattva. Dengan kata lain, kamu selamanya akan memiliki sesuatu yang serupa dengan kayu cendana dari dalam hati mengeluarkan aroma harum, dan akan menikmati persembahan. Karena kamu sudah memiliki sesuatu yang sama dengan dupa cendana, maka kamu pun akan menikmati persembahan, kamu akan menerima kebaikan orang lain terhadap dirimu. Contoh sederhana: Xiao Yu mencukur habis rambutnya, orang-orang mengira kalau dia adalah biksu, maka orang-orang akan sering teringat padanya, “Apakah kamu sudah makan?”, lalu mengambilkan dia makanan. Karena orang lain melihat kalau kepalanya tidak berambut, mengira dia adalah biksu, maka rupa ini bisa menarik persembahan. Jika dalam hatimu terdapat sesuatu yang sama dengan kayu cendana dan cara yang tepat, maka kamu akan memperoleh jasa kebajikan.
Kesembilan, berdana dengan aroma atas, memperoleh aroma keharuman yang baik, yang bisa memenuhi seluruh tubuh. Dengan kata lain, jika tubuhmu memiliki aroma keharuman Bodhisattva, berarti kamu menggunakan aroma ini untuk berdana ke orang lain. Contoh sederhana: jika kalian menggunakan parfum, lalu orang lain menciumnya, maka orang lain bisa merasa senang. Tubuh Dharma Master sering keluar, dan orang-orang bisa mencium harum kayu cendana, dengan kata lain saya bisa membuat orang lain mencium keharuman kayu cendana – berarti aroma wangi cendana sudah memenuhi seluruh tubuh Master.
Kesepuluh, berdana dengan menghormat sesuai ajaran Dharma, memperoleh kestabilan dan kebahagiaan, disukai oleh orang-orang yang melihatnya. Dengan kata lain, jika kamu menghormati orang lain sesuai dengan aturan dan ajaran Dharma, maka kamu akan memperoleh kebahagiaan, mendapatkan hal-hal yang suka dilihat, memperoleh kestabilan dan kebahagiaan.
Pikiran kita harus memiliki Buddha di dalamnya. Jika ada Buddha di dalamnya, maka akan ada semua makhluk, kalau ada Buddha dalam pikiran kita, maka kita pasti akan menaati sila. Kita seharusnya lebih sering mendisiplinkan diri dengan menggunakan sila, “Aduh, jika berbuat seperti ini sudah merupakan pelanggaran, Bodhisattva akan menghukum saya”, ini merupakan kekuatan perlindungan dari alam Dharma. Menggunakan kekuatan perlindungan alam Dharma untuk meningkatkan kesadaran spiritual kita secara berkesinambungan. Manusia memiliki nafsu keinginan, namun harus bisa mengendalikannya. Setiap orang memiliki nafsu keinginan, akan tetapi kita harus bisa mengendalikannya. Karena nafsu keinginan terlahir secara alami dalam tubuh setiap orang, ini sama seperti kita bisa sakit secara alami. Kita harus bisa mengendalikan dan memusnahkan nafsu keinginan ini. Seperti jika tubuh kita sakit, maka kita harus menyembuhkannya dan membasmi penyakit tersebut. Harus berusaha keras untuk melakukan kebajikan, namun jangan memasukkannya ke dalam hati. Apabila kamu tidak memasukkan banyak hal ke dalam hati, kemudian kamu berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan banyak hal, itu dinamakan “jalan tengah”. Walaupun kesadaran spiritual tidak mengalami peningkatan, namun juga tidak melakukan kejahatan, menjadi rakyat biasa. Melakukan perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan, dinamakan “jalan tengah”.
Kalian harus lebih patuh. Yang kalian pelajari masih sangat kurang, kekurangannya masih terlalu jauh, jauhnya tidak bisa diterima, lalu bagaimana bisa menolong semua makhluk? Ingatlah: jangan sepenuhnya mengandalkan Master. Sama seperti seorang anak kecil, pertama-tama akan ada orang yang menuntun kamu berjalan, lalu terakhir secara pelan-pelan, kamu harus belajar berjalan sendiri. Sama seperti belajar mengendarai sepeda, orang lain pada awalnya akan membantu memapahmu untuk beberapa waktu, namun pada suatu hari nanti akan tiba saatnya di mana kamu akan meninggalkan orang lain dan menggayuh sepeda sendiri. Untuk bisa meninggalkan kerisauan duniawi, harus mengandalkan diri sendiri bukan orang lain. Coba kalian pikirkan, seseorang yang mengendarai sepeda mengapa bisa jatuh? Karena dia mengayuh terlalu pelan. Ketika seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mengayuh sepedanya maju, maka dia tidak akan terjatuh. Sepeda harus dikayuh dengan cepat, stang sepeda baru bisa stabil, semakin pelan kamu mengayuhnya, semakin susah ia melaju ke depan. Semakin tekun belajar Dharma, kemajuannya semakin cepat, semakin tidak akan terjatuh. Seseorang yang semakin tidak tekun, suka melirik ke kanan kiri, terpengaruh ke kanan kiri, kemungkinan terjatuhnya semakin besar. Maka, menekuni Dharma harus memiliki keyakinan yang teguh.