Mengingat Setiap Sabda Buddha Dalam Hati
Prinsip dalam menekuni Dharma semuanya sama, jika mendengar ucapan dan perkataan yang baik maka itu merupakan fenomena tanah suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, misalnya setiap Sabtu, yang kalian katakan dalam keseharian semuanya adalah perkataan dan ucapan yang baik, “Halo apa kabar? Bagaimana pembinaanmu? Sudah melafalkan berapa banyak paritta?” Coba kamu lihat bukankah tempat ini adalah tanah Buddha? Jika begitu datang, “Aduh, siang ini saya pergi membeli barang kembali ditipu orang sebesar berapa banyak uang …” coba kamu pikirkan saja, apakah tempat ini bisa bersih? Oleh karena itu, berbicara dalam Guan Yin Tang haruslah perkataan dan ucapan yang baik, kurangi menyindir orang lain. Harus bertutur kata baik, mengatakan pemikiran yang benar dan baik. Misalnya, begitu orang-orang masuk, “Hai, Nyonya Zhou apa kabar? Sudah lama tidak bertemu, belakangan ini kamu melafalkan paritta apa?” “Saya sekarang sangat baik, setelah melafalkan paritta, kondisi saya menjadi sangat bagus!” Semua ini adalah ucapan yang baik. “Bagaimana kesehatanmu? Harus lebih waspada. Saya belikan kamu sesuatu, apa yang masih kurang di rumahmu?” Kata-kata yang baik seperti ini bisa membuat orang-orang yang datang merasakan kehangatan, inilah Guan Yin Tang. Jika orang yang datang, begitu masuk lalu mendengar orang memarahi orang lain atau bertengkar, begitu masuk berpikir untuk mencuri, begitu masuk berpikir untuk melakukan kejahatan, coba pikirkan saja, apakah ini masih seperti Guan Yin Tang? Apakah tanah Buddha ini masih bersih?
Dana Dharma dari Buddha dan Bodhisattva. Tahukah kalian apa itu dana Dharma dari Buddha dan Bodhisattva? Yakni mengajarkan orang-orang untuk menekuni Dharma dan membina pikiran, membuat semua makhluk di dunia ini memperoleh kebaikan yang terbesar. Bahkan Guan Yin Tang kita pun merupakan tempat Buddha dan Bodhisattva untuk berdana dalam Dharma. Ketika kamu melihat Bodhisattva segera terlahir rasa hormat dan takjub dalam dirimu, sesungguhnya kamu sedang menerima dana Dharma dari Bodhisattva. Karena setelah kamu melihat Bodhisattva, terlahir keyakinan dalam dirimu untuk menekuni Dharma, setelah melihat Bodhisattva terlahir tekad dalam dirimu, setelah melihat Bodhisattva, kamu merasa terharu, lalu kamu mengambil tindakan. Maka inilah bibit karma baik yang terbesar.
Minggu lalu, Master masih ada beberapa patah kata yang belum selesai disampaikan kepada kalian, sekarang Master akan melanjutkannya – “Tidak memikirkan yang baik maupun yang buruk, baru bisa mencapai tubuh bodhi”. Dengan kata lain, tidak memikirkan yang baik juga tidak memikirkan yang jahat, yakni saya tidak memikirkan yang baik, saya juga tidak memikirkan yang buruk, baru bisa memperoleh tubuh – raga bodhi. Apa maksudnya? Sangat sederhana. Jika kamu ingin menjadi seorang Bodhisattva, maka kamu harus bisa, tidak memikirkan yang baik, juga tidak memikirkan yang buruk, dengan tidak memikirkan apapun, kamu baru bisa mengosongkan diri. Contoh sederhana: hari ini kamu bertengkar dengan pacarmu atau suami istri bertengkar, jangan memikirkan apapun, cukup membicarakan masalah yang sedang dibahas saat itu, kalau tidak maka kamu akan terseret masuk ke dalam suatu perasaan yang lain. “Aduh, kasihan sekali!” Ya sudah, pembinaan pikiranmu akan kembali memburuk. Banyak orang yang begitu. Saat bertengkar, saat marah, merasa benci, saat benci rasanya semoga dia mati saja; lalu melihat dia sakit, lalu merasa sedih. Ini bukanlah Bodhisattva. Karena Bodhisattva adalah membuatmu sepenuhnya melihat kebenaran dari dunia ini, melihat dunia ini adalah kosong. Saat sudah bisa melihat segalanya sebagai kosong, kamu jangan memikirkan yang baik, juga jangan memikirkan yang jahat – maka kamu sama sekali tidak seharusnya bertengkar, lalu dari mana datangnya baik dan jahat? Yang jahat, memang sudah tidak seharusnya kamu pikirkan. Lalu mengapa yang baik juga tidak seharusnya dipikirkan? Mengapa hal-hal yang baik tidak boleh dipikirkan? Misalnya kamu berpikir, “Aduh, orang ini kasihan juga ya”, ya sudah, bukan dia yang kasihan, melainkan kamu sekarang yang kasihan. Karena kamu sudah memiliki halangan dalam pikiran, kamu tidak bisa makan, tidak bisa tidur nyenyak, maka kamu akan bermasalah. Jadi orang harus memiliki hati nurani. Banyak orang yang pernah baik terhadap kalian, maka kalian juga harus baik terhadap mereka, saat mereka mengalami kesusahan, kalian harus membantu mereka, saat mereka menderita, kalian harus membantu meringankannya. Jangan saat diri sendiri merasa senang baru bersikap baik terhadap mereka, lalu saat tidak senang, maka bersikap buruk terhadap mereka. Kita harus bisa peduli dengan tulus, tidak peduli dalam berhubungan dengan orang lain ataupun mengerjakan sesuatu harus tetap sama, akan tetapi jangan memikirkan baik atau buruk. Karena kamu sedang meneladani Bodhisattva (tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva sangat tinggi), oleh karena itu jangan memikirkan kebaikan juga jangan memikirkan kejahatan. Hal-hal yang baik maupun yang buruk, semuanya jangan kamu pikirkan, baru bisa memperoleh tubuh bodhi. Dengan kata lain, pada saat itu, tubuhmu adalah tubuh Bodhisattva.
Yang tersadarkan mengenali sifat dasarnya sendiri, dengan kata lain orang yang sudah terbuka kesadarannya bisa mengetahui sifat dasarnya sendiri. Dalam melakukan apapun, Master selalu berpikir menggunakan hati nurani: “Apakah ini sesuai dengan hati nurani saya? Apakah ini yang seharusnya dilakukan Bodhisattva?” Ini yang disebut dengan “Yang tersadarkan mengenali sifat dasarnya”. Yang Master katakan kepada kalian, “Tidak memikirkan kebaikan, juga tidak memikirkan kejahatan”, bagaimana saya melihatnya? Ketika saya melihat kalian para murid sedang menciptakan bibit karma, saya tidak merasakan apapun, yang seharusnya saya katakan sudah saya katakan, tunggu saat karma balasan kalian datang, saya pun tidak merasakan apapun. Jika saat buah karma kalian datang, saya merasa, “Aduh, dia kasihan juga ya”, maka sesungguhnya ini adalah orang yang tidak berprinsip. Karena karma dan balasan adalah hukum Surga, adalah sesuatu yang dilakukan sendiri, segala sesuatunya semuanya berasal dari perbuatan diri sendiri, lalu apalagi yang bisa dikatakan? Tidak memikirkan kebaikan, juga tidak memikirkan kejahatan – “Saya tidak mengasihaninya, setelah mendapatkan balasan karmanya, dia akan berubah.” Ini yang disebut dengan tidak memikirkan kebaikan; “Aduh, rasain, kena balasannya, rugi sendiri bukan?” Saya juga tidak berpikir demikian, ini namanya tidak memikirkan kejahatan. Jika bisa tidak memikirkan yang baik juga tidak memikirkan yang buruk, itu adalah Bodhisattva. Jika kamu mengasihani orang lain, berarti kamu sendiri juga kasihan.
Ini terpisah dengan pikiran welas asih, ini adalah dua kaidah yang berbeda. Master mengajarkan kalian bagaimana cara memperoleh tubuh bodhi. Kalian janganlah mencampuradukkan menjadi satu, ini terlalu rumit, maka kalian harus bisa memahaminya. Contoh sederhana: anak ini tubuhnya lemah, ibu sangat mencintai anak ini, coba pikirkan, jika ibu tidak mencintai anak ini, apakah dia akan menderita? “Aduh, anak saya ini sangat kasihan” – berarti kamu memikirkan kebaikan bukan? Bukankah ini adalah hal baik? Namun si ibu menderita. Begitu ibu terpikir kalau si anak di kehidupan sebelumnya telah melakukan banyak kejahatan dan perbuatan buruk; “memang pantas” – bukankah berarti memikirkan yang buruk? Bahkan yang ini pun tidak boleh dipikirkan, bahkan pikiran untuk mengasihaninya pun tidak boleh terpikirkan – berarti tidak memikirkan yang baik juga tidak memikirkan yang buruk. Oleh karena itu, “Yang tersadarkan mengenali sifat dasar, yang tersesat akan bertumimbal lahir kembali”. Orang yang tersesat selamanya akan berada dalam roda tumimbal lahir tidak bisa keluar. Contoh sederhana: sudah pernah menikah sekali, karena sikapmu dalam pernikahan tidak baik, kamu selamanya tidak memperbaiki kekurangan diri sendiri, maka pernikahan yang kedua pun tetap berakhir dengan perceraian, lalu kembali menikah untuk ketiga kalinya … bukankah ini adalah perputaran kembali? Penderitaan juga merupakan perputaran kembali, kenikmatan juga adalah perputaran kembali. Tidak bisa diubah, kekurangan seseorang sangat sulit untuk diubah.
Dengan memahami pikiran sendiri baru bisa melihat jalan pencerahan, menemukan sifat dasar sama dengan menemukan Sang Tathagata. “Dengan memahami pikiran sendiri baru bisa melihat jalan pencerahan”, apa maksudnya? Hanya ketika kamu sudah mengerti, kamu baru bisa melihat jalannya. Contohnya, hari ini kamu tahu kalau saya akan pergi ke Canberra, tetapi kamu tidak tahu bagaimana rute jalannya. Hanya saat kamu sudah mengerti bagaimana jalannya, kamu baru bisa melihat jalur jalan ini. “Menemukan sifat dasar sama dengan menemukan Sang Tathagata” – tunggu sampai kamu sudah melihat (menemukan) sifat dasarmu sendiri, tunggu sampai kamu sudah memahami bahwa semua cinta dan dendam di dunia ini berasal dari kehidupan sebelumnya, tunggu sampai kamu mengerti bahwa segala hal di dunia ini akan lenyap seperti mega awan di langit, dengan kata lain ketika “manusia” ini sudah tidak ada lagi, maka sesungguhnya kamu sudah melihat sifat dasarmu sendiri.
Pikiran ini sesungguhnya bukan pikiran, tidak ada terang dan gelap. Karena pikiranmu, sesungguhnya tidak ada pikiran ini, oleh karena itu juga tidak ada terang dan gelap, ini yang dinamakan “pikiran bukanlah pikiran, tidak ada terang dan gelap”. Pikiranmu pada dasarnya tidak ada, karena ini adalah sebuah jiwa. Karena ada sebuah jiwa yang masuk ke dalam ragamu, maka terlahirlah pikiran ini. Jika menggunakan istilah saat ini, apabila tidak ada suatu hal yang terjadi, maka tidak akan dibentuk suatu pusat komando. Contohnya, Australia dilanda bencana banjir, maka didirikanlah suatu pusat pencegahan banjir. Dan pusat pencegahan banjir ini sesungguhnya seperti pikiranmu. Jika tidak ada jiwa atau roh ini yang masuk, atau dengan kata lain, kalau tidak ada banjir, maka pikiranmu ini tidak mungkin terbentuk. Justru karena ada jiwa yang masuk ke dalam tubuhmu, baru bisa membentuk pikiran ini. Karena ada banjir di Australia, maka pemerintah baru mendirikan pusat pencegahan banjir, kamu baru memiliki badan organisasi seperti ini. Oleh karena itu, pikiran kita sesungguhnya tidak ada, pikiran yang pada dasarnya bukan pikiran, tidak ada terang dan gelap, pikiran baik dan pikiran jahat bagaikan awan yang menutupi matahari, akan hilang dalam waktu singkat.
Sifat tetap bebas dan sama, namun tidak saling terlihat. Hati nurani dan sifat dasar seseorang setiap hari sama. Hati nurani dan sifat dasar seseorang terkadang tidak bisa kamu lihat. Hati nurani adalah sesuatu yang dikeluarkan dari dalam sifat Kebuddhaan, oleh karena itu dia membentuk susunan molekul yang lain. Jika orang lain mengatakan, kamu ini orang yang sudah tidak punya hati nurani, di sini tidak merujuk pada hilangnya sifat Kebuddhaan. Karena hati nurani akan berkembang mengikuti kebiasaanmu dan berubah menjadi suatu bentuk lainnya. Kita juga bisa mengatakan, hati nurani setelah melalui sifat Kebuddhaan pada dirimu, dia bisa berubah menjadi sesuatu yang baik. Sesungguhnya hati nurani masih mengelilingi pikiranmu ini. Pusat komando ini terkadang mengikuti perintah dari atasannya, terkadang mendengarkan respon dan keadaan dari bawahannya – dengan kata lain pikiran atau hatimu ini yang sedang bergerak. Keadaan yang dicerminkan dari bawahan adalah kamu melakukan banyak kesalahan di dunia ini, atau semua orang melakukan kejahatan, lalu hati nuranimu berpikir: “Semua orang melakukan kejahatan, saya juga melakukannya”. Apabila kamu mendengar ucapan atasanmu, “Hal seperti ini tidak boleh dilakukan, ini tidak sesuai dengan hukum.” Dengan begitu, pusat komando ini tidak akan percaya pada apa yang dikatakan oleh bawahannya. Oleh karena itu pikiran ini bergerak mengikuti karakter sifatmu. Oleh karena itu, kita harus membina keduanya, baik pikiran dan sifat karakter kita.
Cahaya menerangi namun tidak disadari. Cahaya terang sudah menerangi kita, namun kamu sendiri tidak mengetahuinya. Kalian setiap hari mendengarkan ajaran Buddha Dharma, kalian setiap hari datang ke Guan Yin Tang Dong Fang Tai, kalian setiap hari menerima terang cahaya Buddha namun kamu masih tidak mengetahuinya. Setiap hari kamu merasa senang, namun kamu masih tidak tahu mengapa kamu senang. Jika kalian tidak menekuni Dharma, tidak menemukan jalan kebenaran, maka kalian akan terus-menerus merasa tidak senang. Akan tetapi ada sebagian orang yang masih tidak mengetahui kebahagiaan. Coba kalian pikirkan: saat kamu merasa senang, maka orang-orang di sekitarmu juga merasa senang, namun orang itu sendiri tidak tahu, karena dia sendiri tidak merasakannya. Misalnya saat kamu tertawa dengan senang, kamu sendiri tidak merasakannya; namun tunggu sampai saat kamu merasa tidak senang, atau saat kamu menangis, terhadap dirimu sendiri, kamu akan segera merasakannya. Oleh karena itu, hari-hari yang menderita sangat sulit dilewati, sedangkan hari-hari yang menyenangkan bukanlah milik diri sendiri. Semua ini adalah ilmu filsafat, Buddha dan Bodhisattva adalah ahli filsuf yang paling besar, maka kalian harus belajar baik-baik.
Pada dasarnya tiada pikiran tidak perlu dikurangi. Sifat dasar manusia berasal dari ketiadaan pikiran. “Pada dasarnya tiada pikiran”, dengan kata lain dalam mengerjakan segalanya, kamu pada dasarnya tidak memiliki pikiran ini, maka kamu tidak melakukannya, lalu apalagi alasan yang kamu perlukan? Perlu diuraikan menggunakan apa? Tidak ada. Master di depan sudah menjelaskan kepada kalian dengan sangat jelas. Misalnya, pada dasarnya memang tidak ada banjir, akan tetapi setelah ada banjir, baru didirikan markas utama ini, sama seperti pikiran ini pada dasarnya tidak ada. Jika markas utama ini pada dasarnya tidak ada, lalu apa yang perlu kamu jelaskan? Apa yang perlu dijelaskan? Bagaimana kamu menjelaskannya, bahkan markas utamanya saja tidak ada. Karena saat air sudah surut, maka markas utama ini pun akan ditutup. Oleh karena itu, banyak orang dalam mengerjakan sesuatu sangat suka menjelaskan, namun semakin dijelaskan malah semakin runyam.
Mencapai pikiran dasar tidak perlu diutarakan. Sewaktu kamu benar-benar mendapatkan pikiran dasarmu, sesungguhnya kamu tidak perlu mengutarakannya. Apa maskud dari “tidak perlu mengutarakannya”? Dengan kata lain, kamu tidak perlu mengatakannya, namun juga tetap mendapatkannya, karena kamu memiliki karakter dasar, ada hati nurani di dalamnya, maka meskipun “Saya sudah mendapatkannya, saya pun tidak mengatakannya”, sesungguhnya kamu sudah mendapatkannya. Ketika seseorang menggunakan hati nurani dan sifat dasarnya dalam melakukan segala sesuatunya, maka kamu akan mendapatkan segala hal di dunia ini.
Terakhir, Master ingin mengatakan, menggunakan waktu 1-2 jam dalam satu hari untuk membina pikiran, buat dirimu sendiri sepenuhnya melepas, tiada halangan pikiran, harus bisa terus melakukannya. Jika tidak bisa melepas dalam waktu satu jam, maka gunakan waktu setengah jam, kamu harus bisa melepaskan secara total, tidak memikirkan apapun. Ini memiliki efek yang lebih baik daripada tidur. Misalnya banyak orang yang tidak bisa tidur saat berbaring di ranjang, yang berputar-putar dalam otaknya adalah hal-hal yang tidak karuan, maka kualitas tidur orang ini sangat buruk, dia juga tidak akan bisa benar-benar istirahat. Oleh karena itu, pikiran kita harus sepenuhnya melepas, jangan ada halangan, harus tekun melakukannya. Karena di Alam Antarabhava akan melahirkan pikiran delusi dan kontradiktif terhadap halanganmu (setelah seseorang meninggal, tubuhnya akan berada di Alam Antarabhava menunggu pengadilan). Ketika seseorang bisa bertahan selama satu hari sepenuhnya membebaskan tubuh dan pikirannya, maka sesungguhnya pada saat ini, jiwamu akan meninggalkan Alam Antarabhava. Karena ketika seseorang di dunia ini merasa marah dan benci, maka dia akan terhubung dengan Alam Antarabhava. Jika seseorang sedang marah-marah, roh-roh yang berada di alam bawah sana semuanya mengetahuinya. Apabila seseorang membina diri dengan baik sampai mencapai tingkat Bodhisattva, maka saat dia marah bagaikan kemarahan Surga. Jika seseorang yang sangat biasa, tidak memiliki jodoh apapun dengan Buddha dan Bodhisattva, tidak memiliki jasa kebajikan besar apapun, tidak memiliki kekuatan spiritual yang besar, maka dia terhubung dengan alam bawah sana. Jika kamu terhubung dengan Alam Antarabhava, maka begitu kamu merasa risau atau memiliki halangan pikiran, maka maaf saja, akan segera terlahir suatu pikiran delusi yang kontradiktif dengan kebenaran. Oleh karena itu, kita harus bisa mengendalikan pikiran sendiri, jangan biarkan dia tergerak. Kita harus bisa menghentikan pemikiran, bagaimana pun tidak boleh memiliki pemikiran. Meningkatkan kesadaran, yakni pelan-pelan meningkatkan pikiran kita. Menggunakan kekuatan perlindungan alam Dharma, dengan kata lain kita hidup di dunia ini, tidak ada apapun yang bisa diandalkan, satu-satunya yang bisa diandalkan adalah kekuatan perlindungan. Apakah yang disebut sebagai kekuatan perlindungan? Itu adalah berkat kekuatan Dharma. “Saya harus bertahan, saya harus terus bertahan, saya tidak boleh berbuat demikian …” ini adalah kekuatan perlindungan alam Dharma.