Membebaskan Diri dari Tingkat Kesadaran Spiritual Manusia Biasa
Selanjutnya, Master akan membahas tentang pembinaan sungguh-sungguh. Pembinaan pikiran dibagi menjadi “praktik pembinaan palsu” dan “praktik pembinaan sungguh-sungguh”. Apakah “praktik pembinaan palsu”? Dulu di antara para murid, ada orang-orang yang begitu melihat Master datang, lalu segera melafalkan paritta, membantu memindahkan barang, menata bunga, mengganti air… begitu melihat Master sudah tidak ada, lalu duduk di sana tidak mau bergerak. Ini yang dinamakan “praktik pembinaan palsu”. “Praktik pembinaan sungguh-sungguh” adalah baik ada atau tidak adanya Master, tetap sama. Sebenarnya sekarang banyak perkataan yang sudah dari awal membahas tentang prinsip-prinsip kebenaran ini: baik ada atau tidak adanya pimpinan, tetap bersikap sama. Jika kalian sekarang menganggap Master sebagai Bodhisattva, maka baik ada atau tidak adanya Bodhisattva, harus tetap sama. Karena Bodhisattva selamanya ada – Bodhisattva tidak pernah pergi dari dalam pikiranmu. Kalau begitu, mengapa kamu melakukan “praktik pembinaan palsu”? Tidak bisakah kamu melakukan praktik pembinaan secara sungguh-sungguh? Memangnya Guan Shi Yin Pu Sa tidak tahu kalau kalian sedang membina pikiran? Oleh karena itu, harus diingat, dasar dari menekuni Dharma harus diawali dari kesetaraan pikiran. Yakni, jika kamu ingin menekuni Dharma dengan baik, maka pertama-tama harus bisa memandang orang lain dengan setara. Kalian setiap orang harus bisa memandang setiap orang dengan sama rata. Hari ini tidak peduli seberapa besar umur orang yang datang, “Oh, dia benar-benar adalah Bodhisattva, Bodhisattva tua”. Kalian harus bisa memandang seluruh pria di dunia ini sebagai ayah kalian, memandang semua wanita sebagai ibu kalian, bukankah dengan begitu kamu akan memiliki pikiran yang setara? Akan tetapi apakah kalian mampu melakukannya? Jika kamu bisa melakukannya, maka akan terlahir kesetaraan dalam dirimu. Misalnya, kamu memandang semua pria sebagai ayahmu, memandang semua wanita sebagai ibumu, maka kamu tidak akan bersikap tidak hormat kepada mereka, atau bersikap buruk kepada mereka, kamu tidak akan menyakiti mereka.
Dalam menekuni ajaran Buddha Dharma diperlukan tingkat kesadaran spiritual yang tinggi, harus bisa bersabar. Kalian setiap orang harus belajar untuk bersabar. Jika ada orang yang memarahimu, atau mengkritikmu, dengan kata lain menghinamu, sesungguhnya ini adalah suatu kondisi yang diberikan untuk mengujimu, maka kamu harus bersyukur. “Aduh, seumur hidup, saya belum pernah bertemu orang seperti ini yang memarahi saya, maka saya harus berterima kasih kepadanya.” Setelah dimarahi masih harus merasa senang, untuk melatih pembinaan dirimu. Baru saja ada orang yang berkata kepada saya: “Masalah ini, tidak pernah terjadi.” Saya berkata kepadanya: “Manusia saja masih belum pernah mati.” Apa yang dinamakan “masih belum pernah”? Sesuatu yang belum pernah terjadi lalu terjadi sekarang, apa yang bisa kamu lakukan? Apa yang disebut “Saya belum pernah mengalaminya”? Kalau sudah terjadi ya terjadilah. Bukankah Master pernah mengatakan kepada kalian, kalau sudah tertipu ya sudah, jika kamu masih terlarut di tengah penderitaan itu, maka kamu selamanya tidak akan bisa keluar darinya.
Segala benda pada dasarnya memiliki sumber yang sama, begitu juga dengan semua makhluk. Apa maksudnya? Dengan kata lain segala benda di dunia ini semuanya memiliki akar dan sumber yang sama, semua makhluk juga demikian. Maka, Bodhisattva mengatakan, “begitu juga dengan semua makhluk”. Apa maksudnya? Semua makhluk – yakni makhluk hidup, makhluk yang berperasaan, makhluk yang berjodoh, semuanya sama. “Demikian juga” berarti sama. Kucing juga termasuk semua makhluk, anjing juga adalah semua makhluk, kita harus memandang mereka sebagai semua makhluk, semuanya tidak boleh dibunuh, tidak boleh memperlakukan mereka dengan buruk. Dia hari ini menjadi seekor ular berbisa yang menggigit manusia, sesungguhnya itu adalah balasan karmanya. Mungkin saja di kehidupan sebelumnya, dia adalah sanak saudara atau temanmu. Bodhisattva mengatakan: “Semua pria di dunia ini adalah ayah saya, semua wanita di dunia ini adalah ibu saya.” Jika demikian, apakah kamu masih akan memiliki pikiran diskriminasi? Saya ingin kalian coba membayangkannya, apakah kalian mampu melakukannya? Kalian harus bisa memiliki pikiran seperti ini yang bisa menoleransi, yang bisa berpandangan setara. Melihat semua wanita, kalian bisa merasa kasihan. Karena mereka semua akan melahirkan anak, akan merawat anak, menjaga keluarga, sama seperti ibu kalian sendiri. Jika kamu mampu merasakan kesulitan yang dialami oleh semua ibu, kamu baru bisa memiliki kesetaraan pikiran. Kalian harus ingat, ini adalah perkataan Buddha: mengibaratkan kesetaraan pikiran sebagai sebuah cermin, yang bisa menyorot hal-hal yang tidak seharusnya ada dalam diri kita. Misalnya, yang tidak seharusnya ada pada diri kita adalah pemikiran-pemikiran seperti meremehkan orang lain, membenci orang lain, iri hati pada orang lain. Bagaimana cara untuk melatih kesetaran pikiran diri sendiri? Jika kamu bisa memandang semua pria sebagai ayahmu, dan memandang semua wanita sebagai ibumu, apakah kamu masih akan merasa iri pada mereka? Apakah kamu masih akan membenci ini dan itu? Tentu saja dalam masyarakat masa kini, jangankan ayah dan ibu sendiri, Dewa di Surga pun berani dibenci, berani dicemburui. Oleh karena itu, kualitas karakter orang-orang masa kini sedang mengalami perubahan. Karena mereka sudah terlalu lama tidak bisa menemukan sifat dasar sendiri, maka mereka berubah menjadi tidak bisa mengenali diri sendiri.
Harus selalu mengamati diri sendiri. Jika kamu selalu menggunakan kesetaraan pikiran dalam mengamati diri sendiri, maka keserakahan, kebencian, kebodohan, keangkuhan dan kecurigaan dalam dirimu tidak akan memiliki tempat untuk bersembunyi, tidak ada jalan keluar. Yakni sama sekali tidak memiliki tempat untuk berkeliaran, maka bisa melenyapkannya. Para praktisi Buddhis akan selalu mengalami ujian pada tubuh dan jiwanya. Seperti contoh: hari ini saya lelah, berarti saya mengalami ujian pada tubuh; hari ini saya dimarahi orang, saya sedang mengalami ujian pada jiwa. Hari ini saya dicelakai orang, saya harus berterima kasih kepadanya, karena jika tidak ada orang jahat ini yang mencelakai saya di dunia ini, maka saya tidak akan memahami segala ini. Saya harus memberitahukan kepada orang-orang tentang hal-hal yang dicelakai orang lain kepada saya, supaya orang lain tidak tercelakakan. Harus memiliki semangat jiwa “meskipun saya mengalami kemalangan, namun ini pantas bagi saya”.
Selanjutnya, Master akan membahas mengenai “menguraikan ikatan semua makhluk – jie zhong sheng fu”. “Jie” adalah mengurai (melepaskan), “fu” adalah sesuatu yang mengekang dirimu. Kamu ingin membantu semua makhluk agar bisa melepas “tali ikatan” pada diri mereka, ini disebut “menguraikan ikatan semua makhluk”. Namun, kamu sendiri harus melepaskan ikatan diri sendiri terlebih dahulu. Contohnya, hari ini kamu ingin menjadi dokter yang membantu orang lain agar bisa mengobati tubuh mereka, maka kamu harus menjadi dokter terlebih dahulu. Sekarang kalian mendengar dia batuk begini, apakah kalian merasa sedih? Kalau begitu, kamu harus memahami terlebih dahulu ilmu pengetahuan bidang pengobatan, kamu harus memahami apakah faktor yang menyebabkan dia menderita sakit ini, bagaimana seharusnya saya membantunya. Kamu harus belajar terlebih dahulu, jika kamu tidak belajar, bagaimana mungkin kamu bisa membantunya? Semua makhluk menderita, karena mereka tidak memahami Ajaran Buddha Dharma. Master sekarang mengetahui penderitaan seperti apa yang mereka alami dan paritta apa yang perlu mereka lafalkan, maka Master ingin membantu mereka. Akan tetapi, saya sendiri harus membebaskan diri sendiri terlebih dulu, hari ini saya pergi keluar untuk membantu orang lain, maka saya pasti akan dimarahi orang. Di dalam perusahaan kalian, bukankah orang-orang yang menjadi pekerja teladan sering dimarahi oleh orang lain? Bangun lebih pagi daripada orang lain, bekerja lebih banyak dibanding orang lain, makan lebih sedikit daripada orang lain, kamu sudah menderita dan menjalani kesulitan, sampai lelah dan kehabisan tenaga, namun pada akhirnya, kamu masih dimarahi orang lain: ini karena kamu sendiri yang mau menjadi pekerja teladan. Apakah kamu memiliki kemampuan dan tekad ini untuk menjalaninya? Master beritahu kalian, harus melepaskan ikatan diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memiliki cara untuk membebaskan ikatan semua makhluk. Bebaskan kesadaran spiritual semua makhluk, jangan biarkan mereka hanya memikirkan diri sendiri, kita harus “menarik” mereka untuk naik lebih tinggi, dengan kata lain membantu mereka untuk meningkatkan kesadaran spiritualnya. Master beritahu kalian, bukan hanya memedulikan dan mengatur diri sendiri saja, sebaliknya, Master meminta kalian untuk keluar dan menolong orang-orang, meminta kalian membantu orang-orang dengan menjawab telepon mereka, agar kalian bisa menyelamatkan semua makhluk. Di antara kalian, ada berapa orang yang pergi memperkenalkan Dharma kepada orang lain? Ada banyak orang di sini yang tidak memperkenalkan Dharma kepada orang lain. Kalian harus bisa memahami kebenaran-kebenaran ini.
Seorang praktisi Buddhis harus rajin dan tekun memajukan dirinya. Tahukah kalian, sebelum menjadi “tekun”, karakter apakah yang harus dimiliki? Itu adalah, ketika seseorang ingin maju, maka dia harus bisa bersabar. Contoh sederhana: kalian semua tahu, ketika akan melakukan penyerangan, harus menunggu terlebih dahulu. Dulu sewaktu kecil, kita pernah menonton film “Perang di Gunung Shang Ganling”. Musuh meluncurkan sebuah bom pembakar (napalm bomb), pada akhirnya bom ini terus terbakar, sampai membakar tubuh seorang prajurit sukarelawan Tiongkok, namun karena takut terlihat oleh tentara musuh, akhirnya walau ia terbakar sampai mati, dia tetap tidak berani bergerak sedikit pun. Karena waktu penyerangan belum tiba. Apabila seseorang tidak bisa bersabar, maka dia pasti tidak memiliki “kekuatan bentur” – kekuatan untuk maju. Oleh karena itu, jika kita ingin maju, maka sebelumnya kita harus belajar bersabar terlebih dahulu. Jika pada hari ini kamu tidak memiliki kesabaran, maka kamu tidak akan bisa maju. Jika hari ini, kalian yang di sini mendengarkan kelas Master tidak memiliki kesabaran, maka kalian tidak akan bisa masuk ke ruangan ini. Dengan kata lain, orang yang mudah marah tidak akan bisa masuk ke ruangan ini untuk belajar. Mengapa? Karena tanpa kesabaran, maka tidak akan ada kemajuan. Jika kalian tidak bisa bersabar, maka kalian tidak akan bisa belajar dengan baik, kalian tidak akan bisa maju. Master menasihati kalian murid-murid ini, untuk kebaikan siapa? Memangnya saya senang mengkritik kalian ya? Saya mengkritik kalian itu untuk melatih kalian, agar kalian terus merasa kalau, “Aduh, saya memiliki banyak sekali kekurangan. Saya harus bersabar, saya harus menguraikan …” Karena kalian semua memiliki kekurangan. Dulu ada orang yang melakukan sebuah projek besar, namun karena tidak bisa bersabar, maka akhirnya dia tidak bisa terus bertahan. Kalian pernah dimarahi Master, lalu bagaimana kalian bisa terus bertahan? Itu karena kalian sudah bisa bersabar, maka kalian tidak merasa risau, ada banyak hal pasti akan berlalu. Asalkan kamu tidak membuat risau diri sendiri, maka banyak hal pasti akan berlalu. Tekun atau tidak, itu sangat penting. Setelah seseorang mempraktikkan Buddhisme, maka dia harus tekun (rajin), kalau dia tidak rajin, maka dia sedang mengalami kemunduran (tidak maju, berarti sedang mundur). Contoh sederhana: semua orang sedang maju ke depan, jika kamu berhenti, maka sesungguhnya kamu sedang mundur ke belakang.
Buddha dan Bodhisattva mengatakan, “yi ju xiang hao, ji jing Fo tu” – dengan rupa dan raga yang baik, memurnikan Tanah Suci Buddha. Membina diri meninggalkan keduniawian akan membuat rupa kamu menjadi semakin baik, jika kamu membina diri memasuki keduniawian, maka rupa wajahmu tidak akan mengalami perubahan yang besar. Apakah yang dimaksud dengan “membina diri meninggalkan keduniawian”? Dengan kata lain, yang saya bina sekarang dan yang akan datang, saya ingin bisa pergi ke Surga. Apabila hari ini saya memutuskan untuk pergi ke Surga, maka terhadap banyak hal di dunia ini saya tidak akan merisaukannya lagi, tidak akan bersedih atau bersusah hati lagi, maka rupa kamu pun akan menjadi semakin baik. Contoh sederhana: saat kamu merasa risau, maka wajahmu akan berkerut. Jika kamu berpikir, “Saya sekarang mampu melepaskan apapun, asalkan di masa depan nanti saya bisa pergi ke Surga, itu sudah cukup”. Coba renungkan, jika kamu tidak memiliki kerisauan, bukankah kerutan di wajahmu pun akan menjadi semakin sedikit? Jika kerutan di wajahmu lebih sedikit dibandingkan orang lain, bukankah kamu akan terlihat lebih muda daripada orang lain? Jika kamu tidak berselisih atau bersengketa dengan orang lain, bukankah wajahmu akan terlihat lebih berwibawa daripada orang lain? Oleh karena itu, orang yang semakin tinggi pembinaannya, akan semakin berpikiran terbuka. Misalnya, saya begitu teringat akan Alam Sukhavati atau Empat Alam Brahma, maka orang ini langsung bisa melepas. Siapa di antara kalian yang bisa melepas? Dalam keluarga, anak, rumah, mobil … tadi saya baru berbincang dengan salah satu murid: “Kamu sudah berusia lanjut, kurangilah bekerja.” “Tidak bisa, kredit rumah saya masih belum selesai.” Tidak peduli sudah lunas atau belum, sesungguhnya ini berarti kamu adalah orang yang selamanya tidak tahu beristirahat, kamu selamanya akan menjadi orang yang tidak bisa istirahat, kamu adalah orang yang bernasib susah. Orang lain yang ingin melepas bukankah langsung bisa melepas. Banyak orang yang setelah bisa melepas selalu berkata: “Yang penting saya masih bisa makan, masih bisa tidur.” Hari ini meskipun kamu sebelum meninggal sudah melunasi kredit rumah, akan tetapi rumah ini tidak lagi menjadi milikmu – sebaliknya menjadi milik anakmu. Jika setelah kamu meninggal, anakmu masih bisa membakarkan beberapa lembar Xiao Fang Zi untuk kamu, berarti dia masih termasuk anak baik. Tetapi masalahnya tidak tahu bisa membakarkan atau tidak. Kamu menggunakan hidupmu untuk mendapatkan sedikit uang, apakah buah karma yang kamu dapatkan? Yang kamu dapatkan adalah sakit sekujur tubuh. Umur tidak pernah bohong, saat sudah tidak mampu bergerak lagi, kalau dipaksakan pasti akan menimbulkan masalah. Misalnya: memaksakan ego sendiri dalam jalinan perasaan, pasti akan menjadi masalah. Bersikap ekstrim dalam menyantap sesuatu juga pasti akan menimbulkan masalah. Sudah jelas tidak sanggup makan, namun masih memaksa makan. Sudah jelas tidak sanggup minum arak lagi, masih bersikeras minum satu gelas, lalu terus tambah satu gelas lagi dan lagi … ya sudah, pada akhirnya minum sampai livernya rusak dan masuk rumah sakit. Seorang pemabuk bukankah begitu minumnya sampai meninggal? Sesuatu yang dipaksakan, siapa yang bisa melakukannya? Sudah jelas tubuhnya sudah berumur, masih tetap memaksakan diri seperti anak muda, memangnya bisa? Setiap kalimat yang saya katakan, kalian harus renungkan baik-baik. Saya sudah mengkritik banyak orang.
Kalian harus ingat: membina diri meninggalkan keduniawian harus melatih kebebasan dan kedamaian tiada kerisauan. Karena orang yang membina diri meninggalkan keduniawian sudah sangat damai, dia merasa, “Saya sudah tidak memiliki keinginan apapun, nantinya saya hanya menunggu naik ke Surga saja” – merasa bebas, merasa damai. “Saya sudah tidak memiliki masalah apapun. Kamu memukul saya, kalau saya mati juga bisa pergi ke Surga; kamu mengatakan kalau saya tidak punya uang, saya tetap pergi ke Surga; bagaimana pun dirimu terhadap saya, nantinya saya tetap pergi ke Surga. Apa yang bisa kamu lakukan? Saya sudah memahami semuanya secara total, karena saya percaya masih ada satu dunia yang lebih baik daripada dunia ini.” Makanya, dia sudah tidak memiliki kerisauan apapun, sangat bebas, sangat damai. Orang lain mengatakan dia sakit jiwa, dia tersenyum saja. Kamu memarahinya, dia tidak akan bertengkar denganmu, tidak akan merasa bersedih, karena dia sudah berpikir sampai ke dasar. Memiliki rupa yang sangat baik dan wibawa adalah mereka yang membina diri meninggalkan keduniawian. Dengan kata lain, jika rupa kamu sangat baik, berarti kamu ini membina diri meninggalkan keduniawian, kamu sudah berpikiran terbuka terhadap apapun, tidak memiliki kerisauan, tidak memiliki kepedihan, tidak memiliki kesedihan. Oleh karena itu, rupa kamu pasti sangat megah – berwibawa.
Menekuni Dharma adalah mempelajari suatu bentuk pengendalian. Kita harus belajar untuk mengendalikan diri. Harus memahami apakah rupa yang terlahir secara alami dan tidak sama dengan yang lain? Seseorang yang rupa wajahnya yang tidak sama dengan orang lain, maka yang dipikirkan orang ini pastinya juga tidak sama dengan orang lain. Jika dia berupa seperti rupa wajah Bodhisattva, tidak sama dengan manusia biasa, maka orang ini pasti memiliki pemikiran Bodhisattva dalam dirinya. Contoh sederhana, jika orang ini menderita sakit jiwa, maka coba kamu lihat wajahnya, pasti tidak sama dengan orang lain, begitu dilihat jelas menunjukkan bahwa ini adalah wajah seorang penderita sakit jiwa. Orang yang menderita dementia juga pasti tidak sama dengan orang lain. Wajah seseorang ditentukan dari pembinaannya. Banyak wanita dan pria yang wajahnya terlihat sangat segar bugar. Ada juga orang-orang yang wajahnya membuat orang yang melihatnya merasa sebal, banyak sekali. Itu karena tidak membina diri. Oleh karena itu, rupa yang baik cerah cemerlang, dengan kata lain seseorang yang memiliki rupa yang baik, pikirannya akan jernih dan cemerlang. Coba kalian lebih sering bercermin, maka kalian akan mengetahuinya. Selain itu, rupa adalah suatu bentuk tanah suci Buddha yang suci bersih. Coba kalian lihat, rupa Guan Shi Yin Pu Sa begitu baik dan berwibawa. Kalian hari ini yang datang kesini, jika memiliki wajah yang sama seperti Bodhisattva, wajah yang sangat baik dan berwibawa, kalau begitu bukankah kalian menjadi lebih bersih di tanah suci ini? Mengapa ada sebagian orang yang tidak Master izinkan untuk datang mendengarkan kelas? Mengapa Master tidak mengizinkan sebagian grup muda-mudi masuk mendengar? Karena ada sebagian orang yang rupanya masih “miring menyimpang”, sekujur tubuhnya masih dipenuhi dengan aura negatif kebencian dan kedengkian, sorot matanya masih bengis dan kejam. Oleh karena itu, tempat yang bersih harus bersih secara total. Hari ini Guan Yin Tang bersih, maka orang yang masuk juga harus bersih, kalau tidak pasti akan muncul masalah. Oleh karena itu, tanah Buddha yang bersih dan suci, semua makhluk pun menjadi bersih. Hari ini Guan Yin Tang bersih dan tenang, maka semua orang yang datang ke Guan yin Tang menjadi bersih dan tenang. Jika kamu membuat altar Buddha di Guan Yin Tang menjadi berantakan, maka ini akan membuat pikiran orang lain tidak bisa tenang dan bersih jika masuk kesini. Lihat pengaturan Guan Yin Tang ini, walaupun kecil, namun saat memasukinya bisa membuat kamu merasa megah, membuat orang menjadi lebih serius. Di sini sudah megah, bukankah kamu menjadi lebih berwibawa? Jika setiap orang berwajah sangat berwibawa, bukankah orang lain yang masuk pun akan melihat kalian sangat berwibawa. Jika hari ini datang belasan orang yang berwajah licik, maka walaupun Guan Shi Yin Pu Sa begitu wibawa, namun orang-orang yang datang bersembahyang begitu melihatnya juga akan langsung pergi. Tanah Buddha sudah bersih, semua makhluk baru bisa menjadi bersih, tanah Buddha bersih maka semua makhluk pun memperoleh kebaikannya. Karena Guan Yin Tang bersih dan tenang, maka semua orang menjadi bersih dan tenang, saat semua bersih dan tenang, maka Bodhisattva akan datang, dan permohonan kamu akan terkabul, bukankah berarti kamu mendapatkan kebaikannya? Jika sebuah kuil sepanjang waktu dikelola hanya demi uang hanya demi mendapatkan keuntungan, pada akhirnya Bodhisattva pun tidak akan datang. Lalu menurutmu, apa gunanya orang-orang pergi dan bersembah sujud ke sana? Oleh karena itu, Master sering mengatakan pada kalian, “Besar kecilnya kuil tidak penting, ada Dewa yang datang, permohonan baru bisa terkabul; tinggi rendahnya gunung tidak penting, ada Dewa yang mendiaminya, baru bisa terkenal.”