25. Membahas Tentang “Pahala Atas Ketiadaan Dosa” Dan “Kebijaksanaan Yang Tak Berwujud” 谈“无罪福与无智体”

25. Membahas Tentang “Pahala Atas Ketiadaan Dosa” Dan “Kebijaksanaan Yang Tak Berwujud”

Pada saat menjelang Hari Raya Cheng Beng, arwah-arwah asing yang keluar menjadi lebih banyak, mereka berada di mana-mana. Jika sedikit saja kalian lengah dan tidak membina diri baik-baik, maka segera akan tertimpa bencana dan malapetaka. Permasalahan di dunia roh adalah suatu masalah yang sangat serius, sama sekali tidak boleh bercanda. Apabila sampai dirasuki roh asing, maka dirimu akan menjadi seorang penderita penyakit kejiwaan yang dikendalikan oleh arwah asing.

Hari ini Master akan membahas tentang “pahala atas ketiadaan dosa” – “wu zui fu”. Apakah yang dimaksud dengan “wu zui fu”? Yang melakukan kejahatan akan memperoleh dosa, yakni seseorang yang melakukan perbuatan jahat, berarti dia memiliki dosa. Yang melakukan kebaikan akan mendapatkan pahala, yakni jika kamu sering melakukan perbuatan baik, maka kamu  mendapatkan berkah pahala. Apabila kamu melakukan kejahatan, maka sesungguhnya ini tidak akan mempengaruhi sifat dasarmu; kalau kamu melakukan perbuatan baik  dan memperoleh berkah pahala pun tidak akan bisa mempengaruhi sifat dasarmu. Master akan lebih dahulu membahas tentang tema pembahasan kita. Lalu selanjutnya kalian akan bertanya, apakah melakukan perbuatan baik maupun perbuatan buruk tidak akan berpengaruh terhadap sifat dasarmu? Kamu melakukan kejahatan, kamu melakukan kebaikan, memangnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan sifat dasarmu? 

Prinsipnya di sini adalah rupa sifat dasar yang sesungguhnya tidak berdosa juga tidak berpahala. Contoh, selembar kertas putih, saat kamu menorehkan warna hitam, apakah kamu bisa mengatakan kalau kertas putih ini dulunya hitam? Atau selembar kertas putih, lalu kamu mewarnainya dengan warna merah, dengan begitu apakah kamu bisa mengatakan kalau kertas putih ini dulunya berwarna merah? Sifat dasar kita manusia yang semula sangat murni dan baik hati, oleh karena itu, sesungguhnya kualitas kita tidak berubah sama sekali, hanya saja karena di lapisan luarnya terselubungi dengan karma yang kita ciptakan, yang menyebabkan diri kita “berubah warna”. 

Jika kamu melakukan lebih banyak perbuatan baik, maka kamu pun akan mendapatkan banyak berkah pahala, akan tetapi berkah pahala ini sesungguhnya sudah habis digunakan dalam sifat dasarmu. Masih contoh yang sama, selembar kertas putih, jika kamu melukiskan gambar yang paling indah di atasnya, maka bisa membuat orang-orang menikmatinya. Lukisan yang indah ini bisa dijual dan menghasilkan uang, semua orang pun menyukainya. Sesungguhnya, ini seperti kebaikanmu. Karena kamu “menggambar” hal-hal yang baik, maka kamu memperoleh balasan yang baik. Namun selembar kertas putih ini dulunya pun tetap adalah selembar kertas putih, tidak berarti karena dirimu sudah menggambar lukisan yang indah di atasnya lalu bisa mengubah wujudnya yang semula yang adalah selembar kertas putih. 

Apabila kamu melukiskan hal-hal yang kotor dan jahat di atas kertas putih ini, bukankah berarti kamu telah melakukan dosa? Contohnya, polisi melihat kertas yang di mana kamu menuliskan pemfitnahan terhadap orang lain, maka saat menemukanmu, mereka akan menghukummu, kalau begitu, menurutmu, apakah kertas putih ini masih putih? Sedangkan dosa ini semuanya dirimu sendiri yang “melukisnya”. Oleh karena itu, sifat dasar manusia selamanya adalah baik hati.

Mengapa Bodhisattva turun untuk menyelamatkan manusia? Karena Bodhisattva melihat bahwa sifat dasar manusia masih tetap baik hati. Akan tetapi banyak orang yang karena sifat dasarnya sudah “dilukis” sampai terlalu kotor, jadi sudah tidak bisa dihapus lagi. Lalu siapa yang akan “menghapusnya”? Itu adalah Petugas Akhirat. Master akan mengatakannya secara lebih langsung: di dunia ini ada polisi dan hakim yang “menghapusnya” untukmu; saat dirimu masih kecil, ada orang tua yang mendidikmu, di sekolah ada guru yang “menghapusnya” untukmu. 

Jika dihapus terus sampai akhir hayat namun masih belum bersih juga, maka maaf saja, setelah meninggal dan turun ke bawah, maka Raja Neraka yang akan “menghapusnya” untukmu. Saat sudah tidak bisa dihapus lagi, lalu bagaimana? Sederhana saja, “robek dan bakar” seluruh kertasmu ini, dengan kata lain, saat kamu sudah masuk Neraka, maka pada dasarnya sifat dasamu pun sudah tidak ada lagi, jiwa awalmu yang semula sudah tidak ada lagi. Karena terlalu kotor, maka “kertas putih” kamu pun sudah tidak bisa digunakan lagi.

Apabila kamu melakukan perbuatan baik, maka semuanya pun juga akan dibalaskan sebelum kamu meninggal, inilah pribahasa “kebaikan dibalas dengan kebaikan”. Balasan ini pasti akan diterima. Selain itu perbuatan baik akan habis dibalaskan di kehidupan ini, tidak akan disimpan sampai ke kehidupan selanjutnya. Hanya jasa kebajikan yang bisa dibawa pergi, dibawa sampai ke kehidupan selanjutnya baru dibalaskan. 

Semoga kalian mengetahui bahwa, mendengarkan kelas satu kali berarti berkurang sekali, maka dengarkan lebih banyak, sesungguhnya ini bisa menambah lebih banyak kebijaksanaan kalian, bisa lebih banyak “menyucikan” jiwa pikiran kalian. Jika kalian sendiri tidak mendengarnya, maka kalian sendiri yang akan kehilangan banyak hal. Ini adalah hal-hal rohani, bukan sesuatu yang bisa dibahas oleh sembarang orang. Hari ini saya bisa mengikuti suatu acara malam, akan tetapi kamu tidak bisa mendapatkan kebaikan apapun dari acara malam ini, namun setelah kalian mendengarkan wejangan Master, kamu akan langsung mendapatkan kebaikannya. 

Di dalam acara kita, ada seorang pendengar dari Hong Kong, setiap kali dia usai mendengarkan acara Master, maka sekujur tubuhnya menjadi panas, jadi tidak bisa tidur. Inilah energi. Kalian mengikuti kelas Master sesungguhnya sama dengan dengan menerima energi yang Master berikan kepada kalian. Sebesar apapun masalah di rumah, tetap harus memikirkan cara untuk mengatasinya. Manusia memang begitu, harus menjalankan sila – disiplin. Yang Master bahas dengan kalian adalah ajaran Buddha Dharma. Oleh karena itu, tidak terdapat dosa maupun pahala pada sifat dasar manusia. Dengan kata lain, ini sama dengan mengatakan bahwa seseorang harus tidak memiliki dosa baru bisa berpahala, maka dinamakan “pahala atas ketiadaan dosa”.

Yang Master bahas hari ini dengan kalian adalah, mengapa kalian perlu mengembangkan perasaan welas asih untuk menolong orang lain? Yang paling penting sebagai manusia adalah harus memiliki perasaan welas asih. Ketika kamu menolong orang lain, jika kamu tidak memahami jiwa awal seseorang yang semula, yakni manusia memiliki sifat dasar yang bersih, maka kamu tidak mungkin akan menyelamatkannya. Karena kamu akan membencinya, karena kamu melihat selembar kertas putih yang semuanya tertutup dengan tulisan-tulisan warna hitam, kamu akan muak padanya. 

Akan tetapi, jika kamu melihat “kertas” ini, kamu berpikir, “Oh, ternyata dia pada awalnya putih, lalu tidak hati-hati terkotori, sayang sekali”, seperti pakaian kita, satu pakaian yang sangat indah setelah terkotori, apakah kamu akan membuang baju ini? Apakah kamu akan mencuci atau menyekanya? Seperti banyak orang di sekitar kalian, mereka memiliki “noda tinta” pada tubuhnya, yakni memiliki banyak hal-hal kotor, maka kalian seharusnya menyekanya sampai bersih, sampai bisa membuatnya terlihat menjadi seperti semula, yakni sebuah baju yang indah, lalu mengapa sekarang tidak bisa menolongnya? Kamu memiliki “sabun cuci” ini, sedangkan dia tidak punya. “Sabun cuci” ini seperti Pintu Dharma yang kamu miliki, ajaran Buddha Dharma yang dimiliki, lalu mengapa kamu tidak menolong orang lain? 

Setelah memiliki pemikiran seperti ini, baru bisa menolong orang lain. Ciri khas Master dalam membahas ajaran Buddha Dharma adalah Master suka menggunakan perumpamaan, dan Bai Hua Fo Fa (pembahasan ajaran Buddha Dharma dalam bahasa sehari-hari), siapapun bisa memahaminya. Seperti orang ini, ternyata dia sebenarnya baik, maka kamu pun mampu memaafkan banyak kesalahan yang dilakukannya. Tahukah kamu, banyak sekali para pendidik yang saat sedang mendidik murid-muridnya, sewaktu dia bertemu dengan seorang anak yang nakal, maka pertama-tama yang akan terpikirkan olehnya adalah anak ini pada mulanya juga adalah anak baik yang polos dan tidak jahat. 

Tumimbal lahir enam alam bukanlah perputaran kembali sifat dasar, kalian semua tahu bahwa manusia memiliki sifat dasar, benar tidak? Sedangkan sifat dasar ini adalah sesuatu yang paling semula. Lalu sesuatu yang paling semula, karakter yang paling mendasar yang bertumimbal lahir di enam alam, apakah ia juga merupakan tumimbal lahir sifat dasar? Sesungguhnya yang dihukum tetap adalah dosa karma buruk pada tubuhmu, saat mendapatkan balasan baik pun yang dibalaskan adalah buah karma baikmu. 

Jika kita mengibaratkan sifat dasar kita bagaikan sebuah cermin, maka di bagian atasnya akan terdapat sesuatu yang berwarna hitam, dan juga sesuatu yang berwarna merah. Jika kamu bisa secara pelan-pelan menyeka sesuatu “yang hitam” ini sampai bersih, bukankah cerminnya juga akan menjadi terang? Sedangkan sesuatu “yang merah” itu melambangkan perbuatan baik, pelan-pelan juga semuanya akan terbalaskan, bukan berarti “yang merah” tidak akan dibalaskan. “Yang hitam” harus kamu bersihkan. Yang membantu kamu  “membersihkannya” adalah polisi, guru, orang tua, atau semua instansi hukum, mereka semua bertugas menyeka “hal-hal hitam” pada dirimu. 

Termasuk sebagian arwah asing atau Dewa yang bisa menyeret jiwamu ke bawah untuk terlebih dahulu menghukummu. Kejang-kejang adalah semacam hukuman. Apabila biasanya bermimpi buruk atau merasa ketakutan, ini semua adalah hukuman arwah asing terhadap kita. 

Oleh karena itu ingatlah, hanya saat “cermin” ini menjadi bersih baru bisa melindungi dan menjaga kesucian dari sifat dasar. Bibit karma baik dilambangkan dengan warna merah, semuanya akan mendatangkan balasan yang baik; Bibit karma buruk dilambangkan dengan warna hitam, pelan-pelan akan membuat kalian menerima balasan buruk, sedangkan sifat dasarmu tetap adalah sebuah cermin. Sesungguhnya perputaran kembali di enam alam ini tetap adalah jiwa asal kalian, bukan sifat dasar kalian.

Contoh lainnya, jika cermin ini adalah baja tak berkarat, dia juga akan mengkilap, akan tetapi karena di atasnya tertutupi noda hitam, maka begitu dilihat orang lain, wah betapa kotornya, lalu “plung” dibuang ke tempat sampah. Dengan kata lain, “dibuang” ke Akhirat, atau “dibuang” ke Neraka, namun jika sebuah cermin yang bagus, yang di atasnya terdapat gambaran-gambaran yang indah, maka dia akan ditempatkan ke dalam musium, dengan kata lain, dia akan menerima balasan karma baiknya. 

Oleh karena itu, tumimbal lahir enam alam merupakan hukuman berupa balasan karma buruk atas kejahatan yang dirimu lakukan, bukan menghukum sifat dasarmu. Karena sifat dasar manusia adalah sifat Kebuddhaan, mana mungkin menghukum sifat Kebuddhaan? Master membahas kualitas dan sifat dasar kalian, walaupun ada pahala tanpa ketiadaan dosa, namun ia pun hanya meninggalkan sifat dasarmu untuk sementara. Karena walau menerima pahala, tidak akan menambah apapun pada sifat dasarmu. 

Dengan kata lain, ketika berkah pahala mendatangimu, maka sifat dasarmu tetap sama; Sewaktu kamu menerima balasan dari dosamu, maka tetap tidak akan merusak sifat dasarmu sedikit pun. Seorang anak kecil yang baik hati, namun melakukan kesalahan, apakah kamu bisa mengatakan kalau dia adalah anak nakal? Apakah kamu akan membawanya ke kantor polisi? Sewaktu seorang anak melakukan perbuatan baik, bukankah kamu pun akan memujinya? Ini semua tidak akan mengusik sifat dasarnya. Segala karma baik maupun karma buruk, semuanya hanya bagaikan “dekorasi” atau “debu kotoran” yang berada di luar sifat dasarmu.

Sifat dasar bersifat kosong, itu adalah kebijaksanaan yang tak berwujud. Apakah yang dimaksud dengan “kosong”? Pada dasarnya, sifat dasar itu tidak ada, tidak memiliki wujud. Jika membina diri dengan baik, maka mampu melihat segalanya; Jika tidak membina diri dengan baik, maka seperti tidak bisa melihat segalanya. Sama seperti kita dalam bersikap dan berperilaku. Jika kamu berbudaya dan berpendidikan, maka kamu adalah orang yang beretika dan bermoral. Walaupun moralitas ini pada dasarnya tidak terlihat, namun kamu mengerti tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. 

Tidak membina diri sama seperti orang buta yang terbuka matanya, sama saja berarti tidak memahami hukum, maka ia baru bisa ditangkap polisi, sedangkan orang yang menaati hukum tidak akan berbuat demikian. Kalian tahu, bahwa kalian sekarang menekuni ajaran Buddha Dharma, makanya kalian tidak akan melanggar ajaran Buddha Dharma! Jika kalian tidak memahami ajaran Buddha Dharma, maka kalian baru bisa menciptakan karma buruk. Lalu tunggu sampai menjelang ajal nanti, seluruh tubuh dipenuhi dengan dosa, jika pada saat ini baru merasa takut, semuanya sudah terlambat. 

Sifat dasar itu kosong, ia adalah kebijaksanaan yang tak berwujud, ia suci dan sunyi. Sifat dasar seseorang sangat bersih, sangat tenang, sangat murni. “Sunyi” berarti sangat tenang, pelan-pelan sama seperti tidak ada. Ketika seseorang meninggal, berarti jalan kehidupannya sudah berakhir, maka dia akan lenyap. Oleh karena itu, ada istilah “lenyap dengan sempurna” (yuan ji – meninggal) dalam agama Buddha, yang berarti dengan sempurna menjadi tenang, dan menghilang. Lalu apakah ada “lenyap dengan buruk”? Ada. Misalnya mati terbakar, mati mendidih, mati tertindih, mati kesakitan, dan lainnya, semua ini adalah bentuk kelenyapan yang tidak baik.

Bagaimana caranya untuk menambahkan pahala atas ketiadaan dosa pada sifat dasar kita? Banyak orang yang berpikir, jika saya menambahkan banyak berkah pahala ke dalam sifat dasar saya, apakah sifat dasar saya akan berubah menjadi lebih baik? Sesungguhnya, ini tidak bisa ditambahkan. Berapa banyak jasa kebajikan yang dilakukan, maka sebanyak itu pula yang akan dibalaskan. 

Contoh, seperti ada sebuah bola di tangan Master, sedangkan bola ini merupakan perwujudan sebuah jiwa, sebuah wujud gas. Lalu menambahkan ini dan itu di atas gas ini, apakah ada menurut kalian? Apakah kita bisa menambahkan hal-hal lain pada gas ini? Dia bersifat kosong. Seperti kita menghembuskan napas, apakah kamu bisa menambah sesuatu pada udara ini? Oleh karena itu, sesuatu yang baik tidak bisa terus dipertahankan, sama halnya dengan sesuatu yang buruk. 

Misalnya, balon ini, di dalamnya adalah udara yang tak berwujud, bukankah di luarnya terdapat sesuatu yang seperti lapisan karet? Jika balon ini adalah “balon yang jahat”, maka “boom”, karena terlalu berat, dia akan jatuh ke bawah, lalu karet lapisan luarnya akan robek; Namun jika ia adalah “balon yang baik”, maka dia akan melambung naik. Lapisan yang berada di luar balon ini sesungguhnya adalah sesuatu yang baik, dia “membungkus” kamu, lalu melambung ke atas, sesungguhnya sama dengan naik ke Surga. Akan tetapi balon helium setelah mencapai ketinggian tertentu pun tidak akan bisa naik lagi, jika dipaksa terus ke atas pun, dia akan meledak, karena tekanan atmosfir yang terlalu kuat.

Jiwa kalian bagaikan udara yang berada di dalam balon. Jika melakukan terlalu banyak kejahatan, bagaikan melapisi bagian luar balon dengan besi, yang akan membuatnya seperti pesawat yang turun ke bawah, ia akan jatuh ke bawah. Jika tidak memiliki halangan karma buruk, maka ia akan seperti balon yang melambung naik, bisa terus naik sampai ke Alam Chu Chan Tian (Alam Surga Tingkat Meditatif Pertama), sampai ke Alam Dao Li Tian (Trayastrimsa) dan lainnya. Bisa mencapai Alam Surga sepertinya sudah bagus sekali, namun terbang semakin tinggi, ia pun akan meledak. 

Karena sampai di tempat dan tingkat kesadaran spiritual yang tertinggi, yang dengan kata lain sudah melampaui Tiga Alam, sudah tidak lagi berada di dalam lima unsur, maka bahkan “wujud” ini pun sudah tidak ada lagi, dia sudah sepenuhnya melebur ke dalam suatu udara yang sangat alami, maka dikatakan, gas helium pun tidak bisa naik terus ke atas, karena gas helium masih merupakan suatu “gas”. 

Sedangkan setelah melampaui Tiga Alam, jika “gas” ini menginginkan sebuah wujud, maka dia akan membentuk suatu wujud; Namun jika dia tidak ingin berwujud, maka ia pun tidak ada lagi. Ini baru namanya membina diri mencapai tingkat kesadaran yang paling tinggi. Master ingin kalian sepenuhnya bisa berhasil membina gas helium diri sendiri ini, lalu sampai akhirnya bahkan gas helium ini pun sudah tidak ada lagi. Inilah “gas helium” dalam kehidupan kalian, hanya dengan gas helium ini, kalian baru bisa naik ke Surga, namun tidak akan jatuh ke bawah tanah. 

Karena helium bersifat melayang ke atas, sedangkan hawa buruk dari sesuatu yang kotor akan turun ke bawah. Sesuatu yang bersifat paling dasar adalah sesuatu yang paling bersih dan paling suci, ia akan terus berada di atas. Sesungguhnya yang kita bina adalah sebuah hati yang baik, sedangkan hati ini tidak berwujud, tidak berupa, juga tidak berwarna, tidak berasa, apapun tidak ada. Sebenarnya, ini seperti kekosongan yang baru saja Master bahas tadi, adalah kebijaksanaan yang tak berwujud.