Shuohua20180803 20:01
Tidak bisa melenyapkan “Empat Rupa”, masalah terbesar adalah memiliki “Keakuan”
Pendengar wanita: Master pernah bercerita tentang seorang biksu terkemuka yang menyakiti seseorang di kehidupan sebelumnya. Dalam kehidupan ini, dia menjadi seorang biksu. Dia memahami tentang hukum sebab akibat dan pembalasannya, dan juga tahu bahwa jika tidak mengurai karma maka tidak bisa melampaui enam alam tumimbal lahir, jadi dia berinisiatif mencari orang tersebut untuk menuntaskan jodohnya. Master memberi tahu kita bahwa setiap orang yang kita temui mempunyai jodoh. Saya ingin bertanya kepada Master, seperti biksu terkemuka ini yang telah mencapai kesadaran spiritual tiada keakuan, apakah memahami bahwa hukum sebab akibat merupakan prasyarat tiada keakuan?
Master menjawab: Pertama-tama, dia hanyalah seorang biksu terkemuka di Alam Manusia. Dia belum mencapai paranibbana, belum terbebaskan, bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa biksu terkemuka itu mencapai kesadaran spiritual tiada keakuan? Apakah biksu terkemuka pasti mencapai kesadaran spiritual tiada keakuan (belum tentu) baik, masih belum mengertikah? (Master, jika kita ingin mencapai tingkat tiada keakuan, apakah kita harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hukum karma? Apakah ini adalah prasyarat yang utama?) Benar. “Tiada keakuan, tidak melekat pada rupa manusia, tidak melekat pada rupa semua makhluk hidup, tidak melekat pada umur panjang”, “empat rupa” ini harus dilenyapkan. Jika kamu tidak dapat melenyapkan “empat rupa” tersebut, maka masalah terbesarnya adalah masih ada “aku”, oleh karena itu, jika dapat melenyapkan “aku”, maka kamu sudah berhasil. (baik) Kamu mengatakan bahkan “aku” pun sudah tidak ada, lalu kamu masih melekat pada rupa apa? Sudah tidak ada lagi. Jadi banyak orang yang masih mementingkan gengsi dan tersipu malu, “Oh, kamu mengkritik saya, kamu mengatakan saya, kamu menyemangati saya, kamu memberi saya hadiah, saya melakukan banyak hal, mengapa dia lebih baik dari saya? Saya telah melakukan begitu banyak, mengapa tidak ada yang memujiku?”…” Coba kamu sebutkan kalimat mana yang tidak terpisahkan dari kata “aku”? Siapa kamu? Sebelum lahir kamu adalah siapa? Siapakah kamu setelah dirimu lahir? Pada dasarnya hanyalah ilusi, perubahan dari rupa keakuan. Manusia setelah meninggal dunia, siapakah dirinya?
Shuohua20180803 20:01
破不了“四相”,最大问题是有“我相”
女听众:师父曾经讲过一位高僧前世伤害过一个人,今世他出家,深知因果报应,也深知不了缘超脱不了六道,就主动找那个人来了缘的故事。师父告诉我们,遇到每一个人都是有因缘所在。那请问师父,像这位高僧已经达到无我的境界,深知因果是否是无我的前提?
台长答:首先他只是在人间的高僧,还没有涅槃,还没有超脱,你怎么能说他达到无我的境界了呢?高僧一定是达到无我的境界了吗?(不一定)好了,这还不懂啊?(师父,如果我们想修到无我,是不是必须得深知因果?这是一个大前提,是吗?)对啊。“无我相,无人相,无众生相,无寿者相”,这个“四相”一定要破除,你破不了“四相”,最大的问题就是还有“我相”,所以把“我相”破掉了,你这个人就成功了(好)你说连“我”都没了,你还有什么着相啊?没有了。所以很多人要面子,脸红,“哎哟,批评我了,讲我了,鼓励我了,给我了,我做得多了,他为什么比我好啊?我做了这么多,为什么没有表扬我啊……”你说哪一句话离得开“我”的?你是谁啊?没有出生你是谁?出生之后你又是谁啊?根本就是虚幻、变化的一个“我相”,人死了之后又是谁啊?