Menyesuaikan Jodoh Namun Tidak Berubah, Tiada Halangan di Hati -- 随缘不变 心无罣碍
Uang itu tidak terbatas, tetapi uang yang kita peroleh itu ada batasnya dan nafsu keinginan kita tidak akan pernah terpuaskan. Jika kita menggunakan hidup kita yang terbatas untuk mengejar uang yang tiada batas, berharap untuk memuaskan hasrat diri kita yang tak ada habisnya, pada akhirnya kita akan kelelahan oleh hasrat akan uang sepanjang hidup kita. Kita tidak boleh dilelahkan oleh nafsu keinginan kita. Kita harus berpuas diri dan selalu bahagia. Kita masih bisa menikmati sinar matahari, udara dan air di dunia saat ini. Kita masih aman dan sehat serta tidak mengidap penyakit kanker. Ini adalah berkah terbesar. Apa yang ingin kita kejar lagi? Jangan mengejar lagi. Semakin mengejar maka semakin miskin. Jika tidak mendapatkan kepuasan maka tidak akan bahagia. Kalian disini yang tidak bisa tertawa semuanya punya pengejaran, istriku, anakku, uangku… tidak akan pernah bisa terpuaskan, jadi tidak akan pernah bisa tertawa. Orang yang bisa tertawa itu adalah orang yang puas. Orang yang puas adalah orang yang paling bahagia, harus berpuas diri dan selalu bahagia. Bodhisattva menganjurkan bahwa kepuasan adalah konsep tertinggi di dunia.
Ada seorang ibu di Shanghai yang menghidupi anaknya yang berumur 21 tahun untuk bersekolah di Sydney. Karena biayanya yang besar, sang ibu bekerja lima pekerjaan di Shanghai dan mengalami pembesaran liver karena kelelahan. Hanya usia 45 tahun sudah meninggal dunia, karena ingin menyekolahkan anaknya yang berusia 21 tahun di perguruan tinggi. Di Melbourne, ada seorang pria Tionghoa Indonesia yang ingin membeli rumah di kawasan makmur Morningtown. Dia membeli tiga laundry dan tidur tiga jam sehari. Dia sangat lelah hingga seluruh tubuhnya kram, arterinya mengeras. Dia meninggal di usianya yang hanya 39 tahun. Apa lagi yang ingin kita kejar? Manusia harus merasa puas. Jangan menukar nyawa dengan uang. Kita harus menyingkirkan kebijaksanaan palsu di dunia. Hari ini mengambil keuntungan dari orang ini dan besok mengambil keuntungan dari orang itu, semua ini adalah kebijaksanaan palsu. Kita harus menyajikan kebijaksanaan sejati dari para Buddha dan Bodhisattva, jangan merasa bahwa diri sendiri sangat bijaksana, menggunakan akal untuk menipu orang, karena setelah kamu menipu orang lain, kamu takut orang lain akan mengetahui tentang dirimu, hatimu akan ada halangan. Kamu akan selalu khawatir bahwa orang lain akan menyakitimu dan merasa takut sepanjang hari, maka kamu akan sakit. Orang Tiongkok berkata, “Jika tidak melakukan kesalahan apa pun, maka tidak akan terkejut jika orang mengetuk pintu di tengah malam.” Banyak orang lanjut usia yang jujur dan rendah hati sepanjang hidup mereka, mereka adalah teladan yang baik, mereka tidak akan merugikan siapa pun. Anak muda sekarang, penampilan luarnya sopan dan ramah, tetapi memiliki energi yin di dalam hati. Sepanjang hari berpikir untuk mengerjai orang lain. Mereka pasti memiliki halangan di dalam hati. Berharap semua orang menggunakan hati yang welas asih dan tulus untuk memperlakukan orang lain, harus memaafkan orang lain. Jika seseorang bisa memaafkan orang lain, dia akan merasa sangat nyaman. Jika tidak bisa memaafkan orang lain, maka dia akan kelelahan mental dan fisik. Kita harus mendapatkan bantuan dari orang lain dan juga harus membantu orang lain, baru bisa memiliki kebijaksanaan yang sesungguhnya.
Yang seharusnya didapatkan adalah keberuntungan, dan yang tidak seharusnya didapatkan adalah ketidakberuntungan. Misalnya, anak rajin belajar dan diterima di perguruan tinggi, ini adalah keberuntungan. Ada pria yang jelek dan mengejar wanita cantik. Setelah beberapa tahun menikah, sang wanita merasa bahwa setiap pria lebih tampan dari suaminya, dia pun berselingkuh dengan orang lain. Keberuntungan yang sesungguhnya adalah keberuntungan di hati. Saya sudah puas dan bahagia. Saya tidak menyakiti orang lain. Saya mencintai orang lain dan semua orang di dunia. Semua orang di dunia akan mencintaimu. Ini adalah hukum langit, ini adalah kebenarannya.
Di dunia ini, kita harus belajar menanggung kerugian. Orang yang rela dirugikan setiap hari adalah orang yang mulia, sedangkan orang yang ingin mengambil keuntungan dari orang lain setiap hari adalah orang picik. Hal yang paling mulia bagi seseorang adalah tidak ada kekhawatiran ketika menghadapi kesulitan. Ketika penderitaan datang, dia tidak khawatir, di dalam hati memahami bahwa ini adalah mengikis karma, maka tidak akan bersedih. Semua hal baik dan buruk di dunia ini harus menyesuaikan jodoh terhadap perolehan dan kehilangan. Menanggung sedikit kerugian juga tidak masalah. Seseorang dalam seumur hidupnya akan menanggung kerugian yang tak ada habisnya, dan juga akan mengambil keuntungan yang tiada habisnya, pada saat menanggung kerugian harus terpikirkan ketika diri sendiri mengambil keuntungan, dan sebaliknya juga jangan terlalu gembira ketika mengambil keuntungan, karena dengan segera mungkin akan mengalami kerugian.
Kehidupan seseorang harus terhubung dengan kehidupan orang lain. Seseorang tidak dapat mencapai apapun hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri. Hanya dengan berkumpul bersama dengan orang lain, mengandalkan bantuan semua makhluk baru bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Harus menjalin jodoh dengan orang lain, lebih banyak tersenyum pada orang lain dan lebih berwelas asih. Praktisi Buddhis menyebutnya “pengetahuan dan pandangan”, yang berarti mengetahui apa yang dilihat, memahami prinsip-prinsip dunia, mengubah umat awam menjadi orang suci. Hari ini saya tidak bersaing atau berebut dengan kalian. Saya adalah orang yang beretika. Seorang profesor Taiwan dan putrinya pergi ke pasar untuk belanja. Penjualnya sangat tidak sabar, tetapi profesor tetap tersenyum. Setelah selesai berbelanja, putrinya bertanya kepada ayahnya, “Ayah, kenapa kamu tidak bicara? Dia begitu kasar kepadamu, bahkan menggunakan kata-kata yang menghina. Kenapa kamu tidak bicara? ” Ayah profesor berkata: “Nak, mereka tidak tersadarkan, tetapi ayah tersadarkan. Mereka tidak mengerti, tetapi ayah mengerti. Kita tidak boleh memperlakukan orang lain dengan buruk. Jika saya bertengkar dengannya, bukankah ayah juga tidak beretika?” Bertengkar dengan orang lain, berarti kamu menurunkan posisi dirimu. Tidak bertengkar dengan orang lain, maka tingkat kesadaran spiritualmu akan semakin tinggi. Belajar Buddha Dharma tidaklah sulit. Belajar Buddha Dharma harus berpikiran terbuka dan mengerti, ada orang yang tidak tahu apa-apa. Apa itu tidak tahu? Yaitu suatu manifestasi ketidaktahuan untuk mengintrospeksi diri. Orang yang selamanya tidak tahu bahwa dirinya berbuat salah, maka selamanya dia berada dalam ketidaktahuan, karena tidak mengerti, sehingga mengira dirinya selalu benar.
Tidak ada jika dalam hidup, yang ada hanyalah akibat dan hasil. Penyebab seseorang tidak beruntung adalah mereka yang menghambat dirinya sendiri. Banyak orang yang penyakitnya serta temperamennya dikarenakan mereka yang menghambat diri sendiri, dan banyak juga orang yang gagal dalam pernikahannya karena dirinya tidak menghargai orang lain, juga dikarenakan diri sendiri yang menghambat dirinya.
Ada tiga kalimat yang harus dipelajari dalam hidup: yang pertama: Sudahlah ; yang kedua: tidak masalah; dan yang ketiga: Akan berlalu. Pelajari tiga kegembiraan: senang membantu orang lain; berpuas diri dan selalu bahagia, serta memperoleh kesenangan secara tersendiri . Mengapa saya harus hidup untuk orang lain? Saya bisa bahagia kapan pun saya mau, melakukan apa pun yang saya inginkan, menikmati kesenangan sendiri. Jika tidak bahagia di rumah, pergi berjalan-jalan di taman atau bernyanyi. Ketika berpikiran mengerti, maka akan merasa bahagia. Ketika berpikir untuk menyembah Buddha, “Guan Shi Yin Pu Sa, saya sangat bahagia. Namo Amitabha .” Pelajari tiga jangan: Jangan menghukum diri sendiri karena kesalahan orang lain. Orang lain melakukan kesalahan, kamu pula yang marah. Jangan menghukum diri sendiri karena kesalahan diri sendiri. Jika diri sendiri melakukan kesalahan, lalu menampar diri sendiri dan menendang, pada akhirnya masuk rumah sakit jiwa. Jangan menggunakan diri sendiri untuk menghukum dirimu sendiri, selamanya harus tahu untuk menghargai dirimu sendiri. Saya tidak akan membuat kesalahan, jadi saya tidak akan tertipu! Jadi berharap semua orang bisa mempelajari tiga kalimat kehidupan, mempelajari tiga kebahagian hidup, dan mempelajari tiga jangan dalam hidup.
Nafsu keinginan kita tidak bisa terpuaskan, karena daya reproduksi nafsu keinginan itu terlalu cepat. Sudah punya ini, akan langsung menginginkan itu, akan ketagihan. Kita tidak boleh membiarkan nafsu keinginan kita terus berkembang tanpa henti, harus menjaga diri, jika tidak, terus menuruti keinginan. Kita harus bertanggung jawab pada hukum di dunia. Praktisi Buddhis harus bertanggung jawab atas hukum karma. Praktisi Buddhis harus memahami untuk memperbaiki kebiasaan buruk pada diri sendiri dengan sepenuh hati. Suatu kali ketika Buddha Sakyamuni datang ke dunia, seorang pria miskin mempersembahkan bunga kepada Sang Buddha. Ketika Sang Buddha melihat pemberi bunga mengenakan pakaian compang-camping tetapi memegang karangan bunga yang indah, Beliau bertanya alasan kepadanya. Pemberi bunga berkata, “Sang Buddha , Saya tidak berani menipu Anda. Keluarga saya sangat miskin, bahkan karangan bunga ini pun saya pinjam untuk dipersembahkan kepada Anda.” Inilah pepatah meminjam bunga untuk dipersembahkan kepada Buddha. Selama seseorang dengan tulus membina pikiran dan menekuni Dharma, meskipun memiliki banyak kekurangan, asalkan menyembah Buddha dengan segenap hati, yang dilihat oleh Buddha bukanlah pakaianmu, melainkan hatimu. Harus menekuni Dharma dengan segenap hati, melafalkan nama Buddha dengan segenap hati. Melafalkan paritta berarti menyelaraskan pikiran.
Periode Akhir Dharma, hati orang-orang kacau balau. mereka tidak dapat membedakan antara Buddha dan iblis. Saat ini banyak orang yang sering marah-marah, yang sebenarnya adalah iblis merasuki tubuhnya. Ada seorang lesbian Tionghoa di Canberra ketika di kamar pacar lesbiannya menemukan bahwa ia mempunyai cinta baru. Saat itu dia sangat marah dan berkata, “Keluar dari sini sekarang juga, atau saya akan melompat dari gedung.” Pacarnya tidak mau pergi, dia menikam pacarnya tujuh kali. Anak-anak zaman sekarang tidak memiliki etika, tidak memiliki pendidikan, dan tidak memiliki keyakinan agama. Orang yang tidak memikili keyakinan agama yang akan melakukan hal-hal yang tidak dapat ditoleransi oleh hukum. Kita praktisi Buddhis tidak berani melakukan hal-hal buruk karena kita tahu neraka itu ada, kita tahu surga itu ada. Kita tahu kalau berbuat jahat akan masuk neraka, kita tidak berani melakukannya. Kita tahu bahwa surga adalah tempat bagi orang-orang baik. Jika kita tidak berbuat baik, maka kita tidak bisa pergi kesana. Oleh karena itu, kita harus mempunyai keyakinan agama, harus belajar lebih banyak tentang ajaran Buddha Dharma, belajar berwelas asih, baru akan memiliki jiwa dan pikiran yang sehat. Orang tua zaman sekarang sering bertengkar dan ribut untuk bercerai, bagaimana mereka mendidik anaknya? Apa yang akan terjadi jika tidak belajar Buddha Dharma? Berapa banyak pecandu narkoba, homoseksual, dan orang sakit jiwa yang sembuh setelah menekuni Buddha Dharma. Jiwa dan pikiran sehat barulah tubuh menjadi sehat. Orang-orang sekarang tidak memiliki jiwa dan pikiran yang sehat sehingga tubuhnya tidak sehat. Kesehatan yang buruk, itu karena tidak bisa berpikiran terbuka, tidak bisa makan, tidak bisa tidur nyenyak, sehingga menimbulkan gangguan endokrin yang berujung pada munculnya berbagai jenis penyakit. Oleh karena itu, harus berpikiran terbuka. Orang yang bahagia yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Mempelajari Buddha Dharma dan ajaran Xin Ling Fa Men adalah obat terbaik bagi kita manusia zaman sekarang. Kita manusia harus keluar dari enam alam tumimbal lahir dan terbebas dari kerisauan. Di dunia ini, rintangan ada dimana-mana, harus melihat dengan jelas bahwa segala hal di dunia ini adalah ilusi. Yang kita miliki hari ini tidak dapat dimiliki selamanya, dan yang kita miliki hari ini tidak dapat diperoleh selamanya. Apakah istrimu hari ini akan terus bersamamu selamanya? Apakah anak akan mengikutimu selamanya? Uang yang diperoleh akan habis dipakai… Segalanya tidak dapat diperoleh, hanya dengan melihat melampaui dan berpikir jernih, kita baru dapat benar-benar memahami apa yang seharusnya kita miliki di dunia ini.
Ada seorang diplomat Eropa yang ditempatkan di Afrika. Saat itu Afrika sedang berperang dan bertempur setiap hari, mereka akan segera mengevakuasi konsulat Afrika. Diplomat ini memiliki kepercayaan pada agama Buddha. Dia mengatakan kepada saya: “Ketika perang di Afrika, apakah masih perlu pergi ke neraka untuk melihat neraka? Yang saya lihat di Afrika adalah neraka – neraka di dunia! Membunuh orang, mayat-mayat yang membusuk dan berbau semuanya di atas tanah, tidak ada yang mengurusnya. Ada mayat yang terendam di hulu, dan banyak pengungsi yang meminum air di hilir. Setelah meminumnya, mereka jatuh sakit dan meninggal di dalam air. Banyak orang tahu bahwa air tersebut tidak boleh diminum, sehingga mereka memakan lumpur basah dan meninggal juga beberapa minggu kemudian.” Dia berkata, “Kamu tidak melihatnya dengan mata sendiri. Kamu tidak tahu bahwa ada tempat yang begitu menyedihkan di dunia ini. Ini adalah neraka di dunia! Tetapi ada orang yang tidak mau ke Alam Surga malah mau ke Alam Neraka.” Salah satu murid saya bertanya kepadanya, “Siapa yang tidak ingin pergi ke Surga malah ingin masuk Neraka?” Dia berkata: “Salah satu pembantu saya dari Afrika, dan sangat baik kepada kami di rumah, ketika kami mengevakuasi konsulat, saya bertanya kepadanya apakah dia ingin pergi ke Eropa bersama saya. Ketika pembantu mendengar tentang Eropa, dia tampak bahagia. Tetapi kemudian wajahnya langsung menjadi kusam dan dia bertanya apakah dia bisa membawa kelima anaknya bersama. Saya mengatakan kepadanya, ‘Tidak mudah bagimu untuk pergi, harus meminta izin, maka tidak mungkin membawa lima anak pergi.’ Pembantu asal Afrika itu langsung berkata dengan tegas, ‘Saya tidak pergi, saya tidak bisa meninggalkan kelima anak saya’. Saya mengatakan kepadanya, ‘perang akan segera datang, kamu tidak akan selamat.’ Pembantu itu berkata, ‘Saya tidak akan pergi, saya lebih baik mati.’” Dia sangat sedih. Mengapa ada orang yang tidak mau pergi ke tempat yang baik dan bersikeras untuk tinggal di tempat yang mematikan? Murid saya sangat bijaksana dan berkata kepadanya: “Itu tak seberapa, banyak orang yang tidak menekuni Dharma dengan baik, dunia ini begitu menderita dan masih mengatakan bahwa dia tidak mau pergi ke Alam Sukhavati.” Kemudian, saya membantunya untuk merangkumkan, tidak ada yang tidak dapat dia pahami. Jika seorang Bodhisattva tiba-tiba berkata hari ini: “Kamu ikutlah saya pergi, kamu dapat menjalani kehidupan yang baik di surga setiap hari, tanpa rasa khawatir, tetapi keluargamu belum membina diri dengan baik, jadi hanya kamu sendiri yang bisa masuk surga.” Maukah kamu pergi? Kalian pasti menjawab “Tidak, karena saya masih mempunyai istri dan anak.” Bodhisattva berkata: “Itu adalah Alam Sukhavati, dengan bunga yang tidak pernah layu di segala musim, buah-buahan yang harum sepanjang tahun, dan kehidupan yang tidak akan pernah lenyap. Kenapa kamu tidak pergi?” “Saya tidak mau pergi meninggalkan istri dan anak-anak saya.” Bukankah kita manusia sama seperti itu? Kita menderita di dunia ini, tidak punya pilihan yang baik, tidak bisa meninggalkan dunia yang penuh kerisauan, dan menunggu kematian. Oleh karena itu, kita harus mengenali kebenaran, segalanya tidak bisa diperoleh, kita baru bisa terlepas dari lautan penderitaan. Master tidak meminta kalian untuk meninggalkan dunia ini, tetapi meminta kalian untuk hidup di dunia ini tanpa kerisauan. Semakin hidup semakin baik, ketika akan pergi, kamu tidak akan memiliki kekhawatiran atau halangan dan pergi ke alam surga yang paling kita sukai. Jika kita bisa pergi ke surga, bisa memberkati keluarga kita, bukankah ini adalah menekuni Dharma yang lebih baik?
Praktisi Buddhis harus banyak menjalin jodoh yang baik dan tidak menyakiti siapa pun, harus memiliki hati yang tidak mementingkan diri sendiri, maka akan memiliki segalanya. Jika ingin menguraikan kebencian dengan membenci orang lain, itu selamanya tidak akan berhasil. Hanya dengan menggunakan welas asih baru bisa menguraikan kebencian, ini adalah kebenarannya. Jangan berdebat dengan hukum karma, karena hukum karma tidak pernah salah, juga tidak menyalahkan orang. Apa yang kita terima hari ini adalah sebab yang diri sendiri tabur. Benih sebab apa yang ditabur, buah akibat itulah yang akan dituai. Jika menabur kebaikan hari ini, maka pasti akan mendapat kebaikan. Jika menabur kejahatan hari ini, maka pasti akan mendapat keburukan. Jangan berdebat dengan hukum karma, juga jangan berdebat dengan takdir. Takdir adalah hakim yang paling adil.
Kita datang ke dunia ini secara kebetulan, dan meninggalkan dunia ini dengan kepastian. Menyesuaikan jodoh namun tidak berubah. Tidak berubah dengan menyesuaikan jodoh. Kita telah datang ke dunia ini, kita harus menyesuaikan jodoh menempuh jalan jodoh yang baik dan mengatasi kekurangan kita sendiri. Dengan begitu, kita dapat berpikiran terbuka, memahami dengan jelas, dan mengerti ke mana kita harus pergi di masa depan, tidak menciptakan kejahatan atau kedendaman. Ini barulah kebahagiaan sejati kita di dunia, karena keselamatan adalah berkah. Yang dibutuhkan di periode akhir Dharma bukanlah kenikmatan atau nafsu keinginan, melainkan keselamatan.