Bisa Berpikiran Terbuka Berarti Memiliki Kebijaksanaan -- 想得通 就是有智慧
Sebenarnya, setelah Master tiba di Hong Kong pada tanggal 28, 29, dan 30, hari ini adalah tanggal 1 Mei. Master bertemu dengan kalian semua setiap hari. Meskipun saya sangat lelah, tetapi saya sangat bahagia karena saya bisa berkumpul bersama semua orang. Ini adalah kebahagiaan terbesar saya. Saya dapat memberikan sedikit usaha untuk menyelamatkan semua makhluk, ini bergantung pada kekuatan Dharma yang tak terbatas. Anak yang baru naik panggung tadi, dia adalah anak yang kambuh penyakit diabetesnya begitu dia turun dari pesawat pada tanggal 28 kemarin. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit dan masuk UGD, sangat bahaya. Lalu, saat itu ada orang yang membantunya untuk bertanya kepada Master Lu apa yang harus dia lakukan? Saya menerawangkan totem kepadanya, saya bilang saya telah memberkatinya, tidak masalah. Keesokan harinya, sudah bisa keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, ibunya sangat berterima kasih karena anaknya tidak apa-apa, keesokan harinya ia sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang sudah sehat. Sekali lagi kita ucapkan terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang Maha Welas Asih, Maha Penyayang dan Maha Penolong!
Banyak orang mengatakan bahwa para biksu, mereka menekuni Dharma dengan berlindung pada Tri Ratna. Jadi, Master memberi tahu kalian semuanya, kita adalah umat awam, bagaimana diri kita sendiri dapat memiliki Tri Ratna ini? Kita mengatakan Tri Ratna: Buddha, Dharma dan Sangha, bukan? Kita adalah umat awam, jadi Buddha ada di dalam hati kita, Dharma ada di dalam tingkah laku kita, dan Sangha ada di dalam sila kita. Oleh karena itu, kita harus berdasarkan Tri Ratna ini untuk menuntut diri kita dengan tegas, agar kita menjadi semakin baik. Master pernah memberi tahu semua orang, kita orang yang benar-benar menekuni Dharma harus bisa belajar dengan segenap hati, bukan sekedar menyembah Buddha. Banyak orang berpikir ketika menghadapi masalah, maka akan memohon Bodhisattva untuk memberkati. Sebenarnya, menyembah Buddha yang sesungguhnya bukanlah menyembah, tetapi menggunakan hati untuk berkontak dengan Bodhisattva. Jika kamu bisa menyentuh hati Bodhisattva, maka kamu sedang menyembah Buddha.
Master meminta semua orang untuk lebih berpikiran terbuka. Tidak ada benar atau salah di dunia ini, segalanya adalah sebab dan akibat. Segalanya datang dan pergi secara alami. Terkadang kita sebagai manusia juga seperti itu, berusaha keras untuk mengejar hal-hal yang belum tentu adalah milikmu. Namun, jika kamu tidak mengejarnya tetapi hal itu datang dengan sendirinya, maka itu adalah milikmu. Oleh karena itu, Master meminta semua orang belajar untuk menyesuaikan (secara alami / natural). Kita sebagai manusia juga seperti begitu. Mengapa sekarang kita makan semakin natural? Mengapa kita harus jujur sebagai manusia? Yaitu kembali ke sifat alami kita. Apa logikanya ini? Ini artinya kita praktisi Buddhis harus semakin belajar semakin alami (natural), semakin belajar semakin mengerti. Jika kita bisa benar-benar memahami prinsip ini, maka kita akan kembali ke natural. Kita akan benar-benar menemukan sifat dasar diri sendiri.
Master tahu banyak orang yang tidak dapat berpikiran terbuka ketika mereka memikirkan masalah. Semakin tidak bisa berpikiran terbuka, maka akan semakin melekat. Semakin melekat, maka akan semakin tidak bisa berpikir terbuka. Oleh karena itu, orang yang benar-benar pintar, jangan berpikiran buntu, karena orang yang tidak bisa berpikiran terbuka, berarti tidak memiliki kebijaksanaan. Orang yang memiliki kebijaksanaan tidak akan berpikiran buntu. Orang yang benar-benar tidak bisa berpikiran terbuka, itu karena kebijaksanaannya belum memadai. Jadi, jika kita dapat berpikiran terbuka, kita akan memiliki kebijaksanaan. Orang yang benar-benar menekuni Dharma harus berpikiran terbuka terhadap hal apa pun. Orang ini akan memiliki kebijaksanaan Bodhisattva . Terima kasih semuanya, Master benar-benar sangat senang. Kita mengatakan, jika kamu mengetahui sebab dan akibat, maka kamu akan tahu maju dan mundur. Misalnya, kamu tahu sebab dan akibat ini. Saya melakukan hal ini, setelah melakukannya, mungkin akan ada akibat buruknya. Hari ini, saya sangat membenci orang ini, saya memukulnya, maka balasannya adalah kamu mungkin akan digugat ke pengadilan. Jadi, jika kamu tahu tentang sebab, maka kamu akan tahu akibatnya. Banyak orang tidak memahami akibatnya, jadi dia akan sembarang membuat sebab. Oleh karena itu, kita praktisi Buddhis sering mengatakan bahwa Bodhisattva takut sebab, dan para makhluk takut akan akibat. Karena kita bodoh, kita tidak paham. Ketika kita melakukan segala hal, kita kerjakan dulu baru membicarakannya. Tunggu ketika buah akibatnya datang, “Aduh, merepotkan”. Ketika Bodhisattva melakukan suatu hal, Dia harus terlebih dahulu memikirkan akibatnya, maka disebut Bodhisattva takut akan sebab dan para makhluk takut akan akibat. Inilah perbedaan kita dengan Bodhisattva.
Orang yang benar-benar menekuni Dharma harus mempelajari hakikat semangat Bodhisattva, mempelajari kebijaksanaan Bodhisattva. Kenyataannya, orang-orang sekarang malah terbalik, tahukah kalian? Orang-orang sekarang jelas-jelas perlu untuk hidup, namun hal-hal yang mereka lakukan malah tidak bermaksud untuk hidup. Jelas-jelas perlu membina pikiran dan menekuni Dharma dengan sungguh-sungguh, tetapi dia tidak baik-baik membina pikiran dan menekuni Dharma, dia mengejar ketenaran dan kekayaan. Di Sydney, ada seorang lelaki tua yang biasanya selalu tertawa riang, tidak pernah bertengkar dengan orang lain, hidup dengan baik. Lalu, keluarganya berencana membangun sebuah tempat di sebelah rumah taman mereka. Setelah itu, dia menghabiskan sekitar 50.000 dolar. Sepertinya membangun sebuah garasi kecil atau rumah kecil. Namun orang itu tidak membangunkannya dengan baik untuknya, dan ada masalah perselisihan mengenai harga. Dia sangat marah, dan kemudian dia memulai gugatan. Gugatan tersebut berlangsung selama dua tahun. Selama dua tahun ini, lelaki tua ini merasa sakit hati setiap hari dan marah ketika memikirkannya. Setelah memenangkan gugatan selama dua tahun dan mendapatkan kembali 50.000 dolar, dia menderita serangan jantung yang parah dan kehilangan nyawanya. Maka itu, Master mengatakan kepada istrinya, tahukah kamu dengan satu kali gugatan hukum, apakah nyawa suamimu hanya bernilai 50.000 dolar? Kamu marah setiap hari, berarti sedang menyiksa dirimu sendiri setiap hari, menyakiti jiwamu sendiri. Dengan begitu, bagaimana kamu tidak sakit? Coba pikirkan, Zhuge Liang membuat Zhou Yu mati karena marah, kenapa? Marah memang benar-benar bisa membuat orang meninggal dunia. Coba pikirkan lagi, Lin Daiyu dalam kisah “Hong Lou Meng — Impian di Bilik Merah”, dia mengalami depresi dan jatuh sakit. Berapa banyak dari kita yang mengalami depresi sekarang. Coba kalian beritahu saya. Berapa banyak dari kalian yang setiap hari tidak bisa berpikiran terbuka? Jelas-jelas tidak bisa berpikiran terbuka, tetapi masih ingin memikirkannya. Berusaha keras untuk memikirkannya. Sebelum tidur pun masih memikirkannya. Berpikir hingga pada akhirnya, bukan tidak bisa mengerti, tetapi adalah “ambruk”, kesehatan tubuh tidak bisa bertahan dan tumbang.
Oleh karena itu, praktisi Buddhis harus berpikiran terbuka. Ada pepatah dalam pengobatan Tiongkok yang berbunyi “ada rasa sakit, maka akan lancar. Tidak ada rasa sakit, maka tidak akan lancar”. Jadi, Master menerapkan kalimat ini pada kita praktisi Buddhis. Jika kamu merasakan sakit, kamu telah memperoleh ujian dalam kehidupan, maka kamu akan dapat berpikiran terbuka. Oleh karena itu, orang yang menanggung penderitaan, dia akan percaya pada Bodhisattva. Karena terlalu lancar, dia tidak akan dapat berpikiran terbuka. Jika hidupnya tidak menyakitkan, dia tidak akan dapat memahaminya. Namun jika dia mengalami kesulitan dalam hidup, merasakan sakit, maka dia akan dapat berpikiran terbuka. Karena kita telah menanggung derita maka kita tahu untuk mencari Guan Shi Yin Pu Sa yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang. Inilah Alam Manusia. Alam Manusia terlalu menderita. Di Alam Manusia, kita sebagai praktisi Buddhis harus memahami untuk tersadarkan. Jika kita praktisi Buddhis tidak tahu untuk tersadarkan, maka kamu sama dengan tidak menekuni Dharma. Tahukah kalian, jika seseorang ingin berpikiran terbuka, pertama-tama ia harus memahami tiga poin, yang pertama adalah: tidak ada keluhan. Tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat dikeluhkan. Suami saya tidak bersikap baik kepada saya, itu karena saya berhutang padanya di kehidupan lampau. Anak saya tidak bersikap baik kepada saya, dia datang untuk menagih hutang, tidak ada keluhan. Poin kedua, jangan bersedih. Poin ketiga adalah jangan depresi. Jika kamu dapat melakukan tiga poin ini, kamu akan dapat berpikiran terbuka. Ketika kamu berpikiran terbuka, berarti telah tersadarkan. Mengapa banyak orang tidak dapat berpikiran terbuka? Mengapa dia tidak membayar hutangnya kepadaku? Mengapa dia masih menggangguku? Mengapa dia mengajukan gugatan kepadaku? Berapa banyak kesusahan, berapa banyak kesulitan, sebenarnya itu semua adalah jodoh. Jika tidak ada jodoh maka tidak akan datang. Namun, di dalam jodoh dibagi menjadi dua jenis, yang satu disebut jodoh baik, dan yang satu lagi disebut jodoh buruk. Karena memiliki takdir hari ini, maka kita harus menyesuaikan jodoh. Kita harus mempertahankan jodoh baik dan menguraikan jodoh buruk. Dengan begitu, mentalitas kita baru akan seimbang.
Karena seminar Dharma siang tadi, banyak orang belum mempelajari Buddha Dharma, jadi Master tidak dapat berbicara terlalu dalam. Bagi orang yang masih bertahan sampai malam hari mungkin kalian telah menekuni Dharma. Jadi Master akan berbicara lebih mendalam. Master memberi tahu semua orang, kita berwelas asih kepada semua makhluk. Berwelas asih kepada semua makhluk setinggi langit, apa artinya ini? Yaitu jika kamu adalah orang yang welas asih maka kamu harus mempunyai rasa welas asih hingga di tingkat surga, berbelas kasihan terhadap semua makhluk, karena Bodhisattva paling mengasihani semua makhluk. Jadi, ketika kamu mempunyai rasa welas asih maka tingkat kesadaran spiritualmu pasti berada di atas. Coba kalian semua pikirkan, Steve Jobs pernah mempelajari Buddhisme Tantra dan bermeditasi. Dia berusia 50-an dan memiliki lebih dari 40 miliar. Tetapi dia meninggal begitu saja. Dia memiliki segalanya, tetapi dia tidak memiliki nyawa. Namun, kita yang duduk di sini sekarang, meskipun kita tidak memiliki apa-apa, tetapi kita memiliki nyawa. Nyawa adalah yang paling penting. Dengan memiliki nyawa di dunia ini, kita juga harus memiliki kehidupan spiritual, karena orang yang tidak punya kebijaksanaan tidak akan memiliki kehidupan spiritual. Ketika kamu benar-benar memiliki kebijaksanaan, kamu baru akan memiliki kehidupan spiritual. Dari mana datangnya kehidupan spiritual? Ia berasal dari kesadaran keenam, kesadaran kedelapan, sifat diri yang paling semula. Oleh karena itu, welas asih kita terhadap semua makhluk hidup harus mencapai ke tingkat atas (surga), menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk agar terbebas dari penderitaan harus menyebar ke seluruh manusia dan menyelamatkan semua makhluk hingga ke alam roh. Apakah kalian menyelamatkan semua makhluk setiap hari? Kalian melafalkan paritta untuk orang tua, bukankah kalian sedang menyelamatkan makhluk? Kalian melafalkan paritta untuk kakek dan nenek kalian, bukankah ini menolong roh? Semua ini adalah meneladani Buddha, menyelamatkan makhluk hidup. Oleh karena itu, welas asih yang sejati harus dari hati.
Orang-orang yang datang malam ini semuanya adalah praktisi Buddhis, jadi Master akan berbicara sedikit, tadi ketika bertemu dengan biksu, Master berbicara tentang beberapa pemandangan yang saya lihat ketika saya pergi ke Alam Sukhavati, beberapa pemandangan yang saya lihat ketika saya pergi ke Surga, sungguh sangat indah. Tahukah kalian? Saat Master berjalan di atas langit, saya ceritakan kepada kalian. Saat saya menginjak awan, angin bertiup, terasa panas. Saat kamu berjalan ke depan, angin bersiul dan bertiup dari belakang. Lalu, bukankah kita sering berkata, mendengar tawa di surga? Yaitu anak-anak itu tertawa, hahaha, ada gaungnya, memang seperti itu, dan jalannya, walaupun kamu bisa menginjak di atasnya, sama seperti kita berjalan, harus satu langkah demi satu langkah jalannya. Ketika kamu berada di atas langit, kamu melangkah di jalan, dan melihat, semuanya tampak seperti emas, bersinar dengan cahaya keemasan. Lalu ketika kamu berjalan ke depan, kamu akan berjalan dengan melayang. Kamu langsung akan memikirkan sebuah pertanyaan, apakah kalian sudah terpikir? Yaitu orang-orang yang mendarat di bulan. Apakah kalian telah memikirnya, semakin tinggi orang akan semakin ringan. Jadi, orang yang berjalan di bulan adalah melayang. Kenyataannya, itu sama seperti orang-orang di atas langit yang dilihat oleh Master. Saya mendeskripsinya lebih baik untuk menarik perhatian kalian, kelak setelah kalian meninggal dunia, kita bisa mencapai alam kebahagiaan bersama-sama.
Master beri tahu kalian semua, harus meninggalkan kebijaksanaan dunia yang palsu. Ada kebijaksanaan palsu di dunia, tahukah kalian apa itu kebijaksanaan palsu? Ketika menghadapi suatu hal, hmm.. “gugat dia.” “Tidak, kamu menyusun materinya, dan saya yang mengerjainya.” ingin membuat sesuatu menjadi berhasil, ini adalah kebijaksanaan yang palsu. Kebijaksanan duniawi yang sebenarnya adalah merelakan, bukan mengambil, bukan memperoleh, melainkan adalah merelakan. Oleh karena itu, ada pepatah di dunia ini merelakan dan mendapatkan, merelakan dan mendapatkan. Jika kamu tidak merelakan, bagaimana kamu bisa memperolehnya? Lihat kita suami istri, kita harus merelakan perasaan. Kita berinvestasi, juga harus merelakan uang, bukan? Kita sebagai manusia dan belajar Buddha Dharma, kita harus merelakan hati yang welas asih, barulah kamu bisa mendapatkan lebih banyak. Merelakan dan mendapatkan, itu tergantung pada dirimu untuk merelakan, baru bisa mendapatkan. Jika kamu tidak mengerti untuk merelakan, bagaimana kamu bisa mendapatkan? Banyak orang tidak mau merelakan, sepanjang hari ingin mendapatkan. Maka orang ini tidak akan bisa mendapatkannya. Oleh karena itu, Master memberi tahu semua orang, kita praktisi Buddhis harus mengerti untuk merelakan. Terhadap hal apa pun, jangan merindukannya, masa lalu adalah masa lalu, sedih, kita sudah melewatinya. Kesalahan yang dilakukan di masa lalu, itu adalah masa lalu. Kita sudah sukses sekarang. Kita jangan memikirkannya lagi. Halangan di dalam hati akan memberikan kesakitan yang tak terhingga pada dirimu. Benar-benar memahami tiada halangan. Ada kalimat dalam paritta Xin Jing “Tidak ada halangan.” Kita tidak boleh membiarkan hal-hal kotor itu masuk ke dalam pikiranmu. Virus-virus di komputermu. Kamu mempunyai sedikit virus hari ini, sedikit virus di hari esok, dan sedikit virus di lusa. Jika virusmu menumpuk setiap hari, maka komputer ini akan rusak. Sebagai manusia, jika kita membenci ini atau itu setiap hari, jantung kita akan bermasalah, logikanya sama.
Oleh karena itu, harus melepaskan halangan. Kita harus benar-benar memahami, sebagai manusia kita tidak boleh ada halangan. Anak sudah besar biarkan dia pergi. Kita telah menunaikan tanggung jawab, itu sudah cukup. Sebagai pasangan suami istri, jika memiliki jodoh, maka kita harus baik-baik menyesuaikan jodoh. Oleh karena itu, Master sering mengatakan kepada semua orang, banyak orang yang memakai kalung dan tidak mengetahui nilai sebenarnya dari kalung tersebut. Begitu kalung itu jatuh, dia baru tahu, saya membelinya dengan ribuan dolar. Ketika istri di rumah, kamu tidak tahu seberapa baiknya dia. Ketika bercerai suatu hari nanti, kamu akan berpikir, ternyata istriku memang baik. Suami berpikir, suamilah yang lebih baik. Sebenarnya sebagai manusia, kita harus menghargai berkah. Ketika memiliki jodoh, kita harus menghargai jodoh. Ketika tidak memiliki jodoh lagi, maka kita harus menyesuaikan jodoh. Jangan menunggu sampai saat itu dan menangis: “Aduh, aku tidak sanggup lagi, aku tidak sanggup menahannya lagi, aku tidak sanggup hidup lagi, kalau dia mati, aku juga akan mati.” Sore ini, ada seorang ibu tua. Master dengan jelas melihat suaminya sedang menariknya. Gambaran menariknya sangat buruk. Tahukah kalian bagaimana dia menariknya? Yaitu menariknya dengan menggantungkan tali di lehernya. Jadi, setelah saya melihatnya, saya merasa sangat sedih, karena tali ini adalah dia sendiri yang mengatakannya, “Suamiku, kamu akan meninggal, saya akan pergi bersamamu.” Tidak boleh mengatakan itu. Ketika banyak orang lansia yang menjelang ajal, orang-orang disekitarnya tidak boleh merasa terharu. Ada satu hal lagi yang ingin saya ajarkan kepada kalian, apakah itu? Tahukah kalian? Tidak boleh mengatakan mengurangi umur saya. Jika ibu saya kesehatannya buruk, saya sangat berbakti, saya akan memberikan umur saya 5 tahun untuk ibu. Saya bisa memberi tahu kalian, umur 5 tahun kamu ini pasti terpotong, namun ibumu menambahkan umur 5 tahun darimu, dia belum tentu dapat hidup 5 tahun, karena dia masih memliki halangan karma buruk. Apakah kalian mengerti?
Master beri tahu kalian hal ini, karena Master ingin memberi tahu kalian semua hal terbaik dari Bodhisattva. Coba kalian semua pikirkan, Master sini sudah berapa tahun, hanya 2 tahun. Sekarang blog Master ada puluhan juta orang membacanya setiap hari. Berapa banyak yang telah mereka belajar. Dulu banyak orang menyembah Buddha, bahkan tidak tahu untuk menyebut nama sendiri. Coba kamu pikirkan, memasang dupa pertama, semua orang tahu dupa pertama sangat bagus bukan? Pergi memasang dupa pertama, ada sebuah tali besi yang menghalangi di sini. Tunggu ketika jam 12 tiba, bergegas masuk dengan membawa sebatang dupa, lalu menancapnya ke dalam tempayan dupa, menyembah 1 kali, dan pergi. Menurutmu apakah ini berguna? Kalian harus memahami bahwa ketika menyembah Buddha, kalian harus menyebutkan nama kalian. Apakah kalian perlu menyebutkan nama saat menelepon? Ketika kalian memohon kepada Bodhisattva, apakah perlu menyebutkan nama? Mohon Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang memberkati saya XXX. Ada berapa orang yang mengerti, berlari dan berkata “Pu Sa berkatilah saya, agar anak saya sehat, agar kesehatan saya baik.” Kamu bahkan tidak tahu cara untuk memohon dan menyembah Buddha. Jadi Master memberi tahu kalian semua ini, agar kalian mengerti, agar kalian tahu bagaimana seharusnya kita menyembah Buddha dengan baik dan baru akan manjur. Saya beri tahu kalian satu hal lagi: mengapa ada orang yang menyembah Buddha dan manjur, namun ada yang tidak manjur? Mengapa? Ada beberapa poin yang tidak bisa dijelaskan dengan jelas dalam satu kalimat. Yang pertama adalah akar fondasi. Akar fondasi orang ini di kehidupan masa lamapaunya sangat penting. Yang kedua adalah ketulusan hati. Tentu saja, saya akan mengajari kalian satu cara yang lebih baik. Jika dalam keadaan mendesak, cara terbaik adalah berteriak keras, “Pu Sa, tolong selamatkan saya.” Apakah kamu mengerti? Jangan berteriak di mulut, tetapi berteriak di dalam hati. Ini pasti manjur.
