Seminar Dharma Hong Kong – 8 Juni 2013 (Bagian 1)

Melepaskan Kemelekatan, Ketidakakuan Yang Murni Bersih, Buddha Dharma di Dunia, Menjadi Pribadi yang Baik Baru Bisa Mencapai Kebuddhaan -- 放下执着清净无我人间佛法人成佛成 (2)

Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang Maha Welas Asih, Maha Penyayang dan Maha Penolong. Terima kasih kepada semua Buddha, Bodhisattva, dan Mahasattva. Terima kasih kepada Naga Langit Pelindung Dharma, sehingga kita para umat Buddhis di dunia berkumpul bersama untuk merasakan cinta kasih Guan Shi Yin Pu Sa, membabarkan budaya tradisional Tionghua, dan mempelajari ajaran Buddha Dharma, agar kita bisa mencapai pencerahan secepatnya, dan kembali ke pelukan ibu Guan Shi Yin Pu Sa. Terima kasih kepada teman-teman se-Dharma dan biksu terkemuka dari 20-an negara di dunia, para murid, para tamu terhormat, dan teman-teman se-Dharma yang telah memberikan kontribusi dan dedikasi pada Seminar Dharma ini. Terima kasih semuanya.

Pusat Konvensi dan Pameran Internasional Hong Kong, tempat Seminar Dharma hari ini adalah tempat diadakannya perayaan ketika Hong Kong kembali ke Tiongkok pada tahun 1997. Hari ini kita membabarkan budaya tradisional Tionghua dan mewariskan ajaran Buddha Dharma, ini memiliki arti khusus. “Xin Ling Fa Men” adalah untuk membuat kita mencapai keharmonisan keluarga dan kebahagiaan masyarakat di dunia. Kita harus memikirkan untuk semua makhluk, harus membuat masyarakat stabil. Kita harus membuat negara sejahtera dan masyarakat sehat.

Orang-orang melakukannya, dan langit sedang melihatnya. “Xin Ling Fa Men”, meskipun “xin ling – jiwa” tidak dapat dilihat, tetapi jiwa bisa menjadi baik hati, murni, penuh welas asih, dan perhatian. Keindahan jiwa dan kesehatan jiwa membimbing kehidupan, pekerjaan dan pembelajaran kita sehari-hari. Mari kita menggunakan welas asih Guan Shi Yin Pu Sa untuk mencintai semua orang, menjalani setiap hari dengan baik. Kita bisa berpikiran terbuka setiap hari, tidak ada kerisauan, tidak sakit, bisa menguraikan hubungan buruk, membebaskan diri dari penderitaan, mengikis karma buruk, dan menuju ke Alam Sukhavati, mencapai empat alam Brahma bersama-sama. Inilah “Xin Ling Fa Men”.

Master membaca satu berita tentang Taiwan di dalam pesawat pada saat menuju ke Hong Kong. Seorang penduduk desa di Kabupaten Yunlin, Taiwan sedang mengemudi. Tiba-tiba, tiga orang menghalangi jalannya, dia membunyikan klakson beberapa kali. Akibatnya, ketiga orang ini menghalanginya dan mencegahnya mengemudi. Penduduk desa itu keluar dari mobil dan berdebat dengan mereka: “Mengapa kalian seperti ini?” Ketiga orang itu memukulinya dengan kasar. Salah satu dari mereka mendorongnya ke tanah, mengambil pistol dan melepaskan 1 tembakan ke arahnya. Penduduk desa ini baru berusia 31 tahun. Coba pikirkan, masyarakat sekarang ini, membunyikan beberapa kali klakson, nyawa seseorang yang berusia 31 tahun hilang begitu saja. Bagaimana mungkin orang tidak berwelas asih? Bagaimana orang bisa tidak belajar bersikap baik? Bagaimana orang bisa tidak belajar cinta kasih? Oleh karena itu, belajar Buddha Dharma adalah agar semua makhluk memahami untuk memiliki lebih banyak cinta kasih di dunia ini.

Asosiasi Kanker International baru-baru ini mengumumkan bahwa terdapat 7,6 juta orang  meninggal dunia karena kanker setiap tahunnya, rata-rata 20.000 orang meninggal dunia karena kanker setiap hari, dan terdapat 3,12 juta kasus tumor baru. Dengan kata lain, tiba-tiba akan ada satu bagian tubuh yang tidak diketahui tumbuh kanker. Saat ini, di Pusat Registrasi Kanker China saja, terdapat 8.550 orang yang mengidap kanker setiap hari, 6 orang didiagnosis mengidap kanker setiap menit, dan 5 orang meninggal dunia karena kanker setiap menit. Menurut statistik, kemungkinan terkena kanker seumur hidup seseorang adalah 22%. Liver, limpa, usus dan lambung memiliki angka kematian tertinggi akibat penyakit ini. Kematian akibat kanker tidak hanya menyebabkan penderitaan kepada orang-orang, karena kanker akan membuatmu sangat menderita sekali, bahkan  menghabiskan seluruh harta kekayaanmu untuk mengobati penyakit tersebut.

Kita harus memahami mengapa penyakit kanker begitu menakutkan. Kanker berasal dari pikiran kita, karena orang-orang sekarang harus sehat jasmani dan rohani. Jika hanya badan saja yang sakit masih bisa disembuhkan, tetapi jiwa orang-orang sekarang tidak sehat, sepanjang hari depresi, risau dan takut. Semua ini menyebabkan trauma pada jiwa kita. Oleh karena itu, mengobati penyakit sekarang ini tidak hanya mengobati tubuh, terlebih harus mengobati pikiran. Pikiran adalah yang utama dan tubuh adalah pelengkap. Jika pikiran sehat, maka tubuhmu pasti akan sehat. Penyakit bermula dari pikiran. Kerisauan, depresi, kesedihan dan ketakutan sehari-hari seseorang akan mempengaruhi kesehatan fisiknya. Menekuni Dharma dan melafalkan paritta adalah agar semua makhluk menjauhi rasa takut, harus berpikiran terbuka, melihat dengan jernih, harus tersadarkan, harus melepaskan, terbebas dari kemelekatan dan kekhawatiran. Kita harus tiada halangan di hati, terbebas dari halangan. Kita harus tiada ketakutan, terbebas dari rasa takut.

Orang harus belajar melepaskan, harus belajar berpuas diri. Ini adalah mentalitas orang bijak. Jika kamu terus menerus mengejar hal-hal yang bukan milikmu, kamu tidak hanya akan kehilangan diri sendiri, tetapi jika kamu melakukan kesalahan, kamu akan melibatkan banyak orang yang tidak bersalah. Oleh karena itu, pilihan terbaik dalam hidup adalah harus melepaskan keinginan-keinginan yang berat, seperti rumah, anak, pernikahan, dll. Beberapa orang yang bahkan dalam penderitaan pun dia tidak mau melepaskan nafsu keinginan tersebut. Kita harus melepaskan tuntutan yang berlebihan, kita tidak boleh memiliki banyak tuntutan, misalnya kita suka minum alkohol, kita suka merokok, kita suka bermain, suka balap motor, dan sebagainya. Semua ini akan membuat orang kehilangan nyawa dan akal sehatnya. Minum alkohol dan merokok akan merusak tubuh, jadi harus melepaskan tuntutan yang berlebihan. Yang Master katakan di sini hanyalah tuntutan yang berlebihan, lepaskan kemelekatan yang tidak diperlukan. Manusia tidak boleh hidup dalam kemelekatan. Orang yang berperkara setiap hari adalah karena “saya” tidak puas, “saya” tidak setuju, dan “saya” tidak mengakuinya. Oleh karena itu banyak orang yang melakukan penggugatan sampai habis harta keluarganya. Belajar Buddha Dharma harus belajar melepaskan. Orang yang bisa melepaskan berarti tersadarkan, orang yang berpikiran jernih berarti terbebaskan.

Sebagai manusia, kita harus mencapai kebijaksanaan yang sempurna, berlapang dada, kita harus belajar seperti lautan samudera yang hatinya begitu luas dan selalu berada di titik paling rendah. Mentalitas kita menentukan nasib kita. Oleh karena itu, orang yang memiliki mentalitas yang baik akan lancar dalam segala hal, sedangkan orang yang memiliki mentalitas yang buruk akan menemui rintangan di mana-mana. Semua orang harus tahu untuk mencapai pencerahan dalam hidup. Kita harus menyadari kekosongan dan ketidakkekalan dunia, apakah ada hal yang bisa bertahan selamanya? Hal yang kamu miliki hari ini menandakan kamu akan kehilangannya nanti. Praktisi Buddhis tidak seharusnya memiliki, maka kita tidak akan merasakan penderitaan atas kehilangan. Orang harus tersadarkan, harus menyadari kekosongan. Oleh karena itu, Dou Zhan Sheng Fo, Sun Wukong dalam kisah “Perjalanan ke Barat” memiliki makna ini. Wukong adalah agar kamu menyadari prinsip sifat kekosongan.

Kita harus menggunakan kesetaraan hati untuk merasakan hati yang tiada  kegembiraan dan kejengkelan serta perolehan dan merelakan. Orang-orang sekarang punya perasaan buruk terhadap satu sama lain. Kamu harus bersikap baik kepada saya terlebih dahulu, maka saya baru akan bersikap baik kepadamu. Sebenarnya, orang-orang memiliki pikiran kejengkelan. Kita tidak ada bencana dan berkah serta perolehan dan kehilangan. Kita membina diri, kita tidak boleh hanya sekedar menganggap Buddha sebagai idola dan menyembah-Nya. Namun, kita harus menyentuh-Nya dengan hati kita. Hati kita dapat menyentuh welas asih Bodhisattva, bisa menyentuh mentalitas Bodhisattva terhadap umat manusia, yaitu ingin menyelamatkan semua makhluk. Kita harus memahami hati dan pikiran Bodhisattva. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesepadanan hati dengan Bodhisattva, dengan istilah sekarang disebut keselarasan. Sebenarnya, ini dalam agama Buddha disebut pikiran dan Buddha menjadi satu. Jika hati kamu menyatu dengan Buddha, maka kamu adalah Buddha di dunia.

Ketika Buddha Sakyamuni ada di India. Suatu kali, Beliau pergi menemui Raja Pasenadi. Raja Pasenadi bertanya kepada Sang Buddha saat itu: Mohon Anda berikan saya beberapa wejangan mengenai ajaran Dharma. Sang Buddha bersabda kepadanya: Ada dua jalan di dunia ini, satu jalan adalah dari terang menuju kegelapan, dan satu jalan lagi adalah dari kegelapan menuju cahaya terang. Orang-orang yang berpandangan sempit akan berjalan dari cahaya terang menuju kegelapan, sedangkan orang-orang yang berbudi luhur akan berjalan dari kegelapan menuju cahaya terang. Menyelamatkan nyawa sendiri baru bisa menyelamatkan nyawa semua makhluk, baru bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Menempatkan hati diri sendiri dalam nirvana yang tenang, tidak tergoda oleh dunia luar, itu barulah bisa menjadi tuan dari hidup sendiri, maka kita telah menjalani kehidupan seorang Bodhisattva yang hidup leluasa di dunia ini.

Hanya ketika seseorang sudah melihat kebenaran, barulah dia dapat melepaskannya. Jika dia tidak dapat melihat kebenarannya, dia selamanya tidak akan bisa melepaskannya. Jika ingin menyelamatkan diri sendiri, maka harus melihat kebenarannya. Ada seorang pria yang tidak bisa berenang tiba-tiba terjatuh ke dalam air. Ia meronta-ronta dengan tangan dan kakinya sambil berteriak keras “Tolong aku”. Semakin ia meronta, semakin tubuhnya tenggelam ke dasar air. Pada akhirnya, dia tahu sudah tidak berdaya, hatinya juga sakit: Biarkan saja, mati ya mati saja, saya telah melepaskan. Kemudian sekujur tubuhnya tidak bergerak, lumpuh disana. Tak disangka, air perlahan memunculkannya ke permukaan air, dia terselamatkan. Ini memberi tahu kita, begitulah kita dalam menekuni Dharma. Saat menghadapi masalah, semakin kita gugup, semakin mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal buruk. Semakin kita melihat kebenarannya dan melepaskan, tidak melekat, maka kita akan semakin sukses. Tidak menjadi masalah, telah melihat kebenaran, memang begitulah, maka ini adalah melepaskan. Banyak orang mempelajari tentang tingkat pencerahan. Apakah sulit untuk mencapai pencerahan? Memang sangat sulit. Master sering memberi tahu semua orang, apa itu tersadarkan? Bisa berpikir mengerti, dapat berpikiran terbuka, dan selamanya tidak ada kerisauan, itulah yang disebut tersadarkan.

Melepaskan dalam ajaran Buddha bukan berarti tidak menginginkan apa pun, melainkan apa yang kita inginkan dan seberapa besar yang kita inginkan, ini sangat penting. Sebesar apapun tubuh kita, namun yang kita butuhkan untuk hidup hanyalah satu jantung, kelebihan lemak hanya akan menekan jantung kita, kelebihan kekayaan hanya akan menyeret jiwa kita, dan pengejaran serta khayalan yang berlebihan hanya akan menambah beban hidup seseorang. Berharap kita praktisi Buddhis harus melepaskan keinginan yang berat dan tuntutan yang berlebihan. Kita harus melepaskan kemelekatan, dan mengembalikan diri kita langit yang murni. Ini adalah mentalitas praktisi Buddhis. Jangan melekat pada tubuh diri sendiri, harus melekat pada jiwa diri sendiri. Tubuh bisa hilang, tetapi jiwa kita itu adalah abadi.

Pikirkanlah, ajaran Buddha Dharma pada 2.500 tahun yang silam diturun-temurunkan hingga saat ini menjadi semakin makmur, membuat berapa banyak orang yang terbebas dari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan, sedangkan beberapa lagu populer hanya bertahan sepuluh atau delapan tahun. Coba pikirkan, mengapa agama Buddha memiliki kharisma yang begitu besar? Karena ajaran Buddha adalah intisari, karena ajaran Buddha membangkitkan kebaikan hati di dalam hati manusia,  membimbing jiwa manusia, mengubah dirimu sendiri, memperbaiki keluarga, dan juga masyarakat.

Segalanya adalah tidak kekal. Hidup ini dijalankan dalam ketidakkekalan. Jika kita melekat, kita akan menderita, pikiran kita yang muncul itu semua adalah karma dan dosa. Jika kita tidak membina pikiran, dan timbul pemikiran buruk, maka akibat karma akan datang, sebab dan akibat akan mulai berubah. Oleh karena itu, kita harus menapaki jalan yang benar, harus observasi diri sendiri, yaitu harus selalu memperhatikan apakah perbuatan kita benar atau salah. Dengan begitu, kita baru tidak akan merosot.

Master menceritakan kepada semua orang kisah nyata tentang bagaimana Guan Shi Yin Pu Sa menyelamatkan seorang praktisi Xin Ling Fa Men. Saat terjadi gempa bumi baru-baru ini di Ya An, seorang teman se-Dharma mengirimkan email kepada kami. Master membacakan beberapa kata untuk didengarkan semua orang. Teman se-Dharma ini menulis: “Halo, Master Lu! Empat atau lima hari sebelum gempa bumi di Ya An, ketika saudara se-Dharma ini sedang membaca paritta PR-nya, dia berbalik dan melihat tubuh Dharma Master Lu muncul di rumahnya. Master berjalan bolak-balik selama dua langkah dan menghilang. Setelah itu, saudara se-Dharma ini memimpikan Guan Shi Yin Pu Sa Mo He Sa. Dalam mimpi, Guan Shi Yin Pu Sa memegang sebuah buku dan diperlihatkan kepada saudara se-Dharma ini. Judul buku tersebut adalah “Xiao Zai Ji Xiang Shen Zhou”. Ketika saudara se-Dharma terbangun. Dia merasa ini adalah Guan Shi Yin Pu Sa memintanya untuk lebih banyak melafalkan paritta “Xiao Zai Ji Xiang Shen Zhou”. Semalam sebelum gempa, saudara se-Dharma ini beristirahat pada jam 11. Dalam mimpinya, saudara se-Dharma bermimpi Guan Shi Yin Pu Sa berkata kepadanya: “Kamu jangan melafalkan paritta di balkon saat kamu bangun di pagi hari. Pergi ke pintu sana untuk melafalkan paritta.” Saudara se-Dharma ini biasanya melafalkan paritta di balkon. Ketika dia bangun, dia tidak mengerti apa arti mimpi tersebut. Namun, dia tetap duduk di depan pintu dan melafalkan paritta sesuai dengan petunjuk Guan Shi Yin Pu Sa. Ketika saudara se-Dharma melafalkan paritta Da Bei Zhou yang ketiga kalinya, ada badai es besar di langit, tapi dia ada di selatan. Matahari masih bersinar ketika hujan badai es. Lalu beberapa detik kemudian, rumah mulai bergetar. Saudara se-Dharma berteriak keras kepada anak dan istrinya untuk lari, ada gempa bumi. Begitulah ketika sekeluarga bergegas keluar dari rumah, rumah itu pun runtuh. Ini adalah bukti Guan Shi Yin Pu Sa menyelamatkan semua makhluk. “

Sebagai manusia kita harus belajar bertoleransi dan memahami untuk bertoleransi, karena toleransi akan membuatmu dihormati oleh orang lain. Lautan yang bisa menaungi ratusan sungai, itu adalah suatu toleransi, suatu tingkat kesadaran spiritual. Apapun hal besar yang terjadi atau akan terjadi, kita sebagai manusia harus berpikir dua kali, menyimpan amarah dalam hati, dan bersikap sabar adalah cara yang tepat. Belajar bertoleransi setara dengan mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal vulgar dan tercela, setara dengan melepaskan sifat egois dan prasangka. Ketika seseorang menoleransi kepada orang lain, sebenarnya dia adalah memaafkan dirinya sendiri. Orang yang bisa memaafkan orang lain, dia adalah hidup di surga, sedangkan orang yang setiap hari membenci, dia hidup di neraka. Master berharap seluruh praktisi Buddhis dapat memperlakukan orang lain dengan toleransi dan menyayangi orang lain dengan kasih sayang. Berharap akan ada lebih banyak cinta kasih di dunia ini. Jika setiap orang memberikan sedikit cinta kasih, dunia ini akan menjadi lebih baik.

Master memberi tahu semua orang bahwa di dalam kolam yang keruh tidak akan melihat emas asli. Seseorang tidak dapat melihat dirinya sendiri di dunia yang penuh perselisihan. Praktisi Buddhis harus memperlambat langkah kakinya, mengamati dengan cermat, harus menyadari bahwa kita sedang menjalani kehidupan, harus mengerti untuk mengamati dengan tenang, mengerti untuk berpuas. Ketika kita tenang, kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika kita gegabah, marah, dan benci, kita akan kehilangan diri dan kehilangan akal sehat. Ketika seseorang kehilangan akal sehat, dia bukan lagi orang yang normal. Berharap di dunia yang penuh perselisihan ini, bisa mengembalikan diri kita sebidang tanah suci, agar sifat dasar diri kita sendiri bisa mendapatkan ketenangan.

Orang-orang selalu merasa tertekan dan tidak bisa melihat masa depan, karena hati kita tertutup awan gelap. Oleh karena itu, kita harus selalu menghadap matahari, maka kita tidak akan melihat bayangan di hati, fokus pada satu pikiran. Menggunakan welas asih adalah menghadap ke matahari. Praktisi Buddhis setidaknya harus memiliki welas asih, harus mengerti bagaimana untuk mencintai semua makhluk, dan tidak boleh memandang rendah semua makhluk, tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu melihat awan gelap itu karena kamu memiliki kerisauan. Ketika kamu dapat melihat kebijaksanaan, bisa melihat sinar matahari, kamu telah memiliki kebijaksanaan Prajna, kamu telah melihat cahaya terang. Seorang teman se-Dharma bertanya kepada Master: “Master, di antara 84.000 pintu Dharma, yang mana yang terbaik?” Master mengatakan kepadanya: “Pintu Dharma adalah setara dan mengarah ke tujuan yang sama melalui jalan yang berbeda, tidak ada keunggulan. Pelajari satu pintu Dharma yang paling nyaman bagimu, paling leluasa, tekun dan paling lancar, bisa mendalami satu pintu Dharma, ini adalah pintu Dharma terbaik untukmu.”

Manusia harus memiliki mentalitas “San Ping”. “San Ping” yaitu “ping he–damai”, “ping wen–stabil” dan “ping heng–seimbang”. Mentalitas seseorang yang damai akan sedikit bersaing. Mentalitas seseorang yang stabil akan sedikit kerisauan. Mentalitas seseorang yang seimbang, maka ia akan berada dalam kebahagiaan dan kegembiraan setiap hari. Manusia juga harus memiliki mentalitas “San Rong”, terhadap diri sendiri harus “cong rong zi ran–tenang dan alami”,  terhadap teman harus mengerti untuk “kuan rong–toleran”, dan terhadap hal-hal duniawi harus mengerti untuk “bao rong–menoleransi”, inilah welas asih dalam agama Buddha. Praktisi Buddhis harus memiliki mentalitas “San Rong”, lebih banyak berwelas asih, akan membuat dirimu menjadi “kuan rong–toleransi, bao rong–memaafkan dan cong rong–ketenangan”. Inilah kunci emas untuk menyelesaikan masalah hidup. Master berharap semua orang mencobanya. Apa pun masalah yang kamu hadapi, jika kamu menggunakan mentalitas “San Rong”, kamu tidak akan pernah mengalami kesulitan. Jika seseorang ingin mengajukan gugatan kepadamu, kamu harus menoleransi dia, bertoleransi padanya, dan katakan, “Maaf” padanya. Jika sesuatu terjadi dan kamu sangat tenang, kamu akan memiliki kebijaksanaan.