shuohua20131227 17:15
Perihal tentang membina kesabaran
Pendengar wanita: Pada tahap awal membina kesabaran, orang-orang masih bersabar secara eksternal, belum bersabar secara internal. Dalam lubuk hati, dia mungkin tidak senang atau tidak rela untuk bersabar. Ketika ada konflik, orang juga akan tidak bahagia. Ketidakbahagiaan seperti ini seharusnya ditunjukkan secara alami, atau mencerna dan mengurainya sendiri, dari penampilan luar menunjukkan senyum yang terpaksa?
Master menjawab: Bisa membina sampai terpaksa senyum sudah lumayan bagus. Bisa membina hingga dapat menguraikannya sendiri, itu adalah tingkat kesadaran spiritual yang lebih baik. Terpaksa senyum jauh lebih baik daripada menunjukkan muka cemberut kepada orang lain.
Senyum yang terpaksa juga merupakan salah satu jenis pembinaan diri, hanya saja belum teruraikan, tidak menyelesaikan masalah. Itu lebih baik daripada muka garang (sudah mengerti) Apakah karena kamu tidak bisa memaksa dirimu untuk tersenyum, lalu kamu bermuka garang kepada orang lain? (Artinya, jangan menyakiti orang lain, tunjukkan senyuman kepada orang lain) Tentu saja, kamu menunjukkan senyum kepada orang lain, ini juga merupakan cara untuk menyelesaikan konflik, karena jika kamu bermuka garang, konflik akan semakin dalam.
Tersenyumlah, meskipun itu senyum palsu pun lebih baik daripada tidak tersenyum, akan tetapi senyum palsu tidak sebagus senyum aslimu. Setelah menguraikan konflik, senyum yang keluar adalah senyum yang sangat cerah. Senyum yang dipaksakan itu senyum yang terlihat tidak nyaman, membuat orang tidak nyaman melihatnya. Beberapa orang baik-baik saja jika tidak tersenyum, akan tetapi ketika tersenyum seperti sedang menangis
(Apakah ini bisa dianggap tidak jujur atau tidak tulus?) Dalam proses pembinaan diri, orang-orang hidup dalam pengendalian diri dan sila, tidak ada yang tidak tulus. “Karena saya sedang berubah, saya belum berhasil mengubahnya, tetapi saya sedang berubah.” Menurutmu apakah itu tidak tulus?
Misalnya, seorang anak pria yang dulunya sering pergi berjudi, dan sekarang dia mulai berhenti berjudi, ketika dia melihat mesin judi, dia berkata, “Saya tidak akan pergi, saya tidak akan pergi.” Apakah ini tidak tulus? Dia melihat mesin, ingin pergi tetapi tidak mau pergi. Dalam proses ini, dia termasuk tulus, karena dia dengan tulus mengubah dirinya sendiri (Sudah mengerti, sedang memperbaiki tabiat buruk)
shuohua20131227 17:15
有关修忍辱的问题
女听众:人在修忍辱的初期阶段,还在外忍辱,没到内忍辱的时候,内心忍得可能不太开心、不太情愿,有矛盾的时候人也不开心,这样的不开心应该自然地流露出来,还是自己消化掉,在外表上强颜欢笑呢?
台长答:能修到强颜欢笑已经算不错了,能修到自己完全化掉,那是更好境界。强颜欢笑比板着个老脸给人家看不知道要好多少了。强颜欢笑也是修行的一种,只不过没有化掉、没有解决问题,那也总比凶神恶煞好(明白了)你就是因为强颜欢笑不好,就跟人家凶神恶煞啊?(就是不要伤害别人,给别人一点笑脸看)那当然了,你给人家笑脸看,也是化解矛盾的方法,因为你凶神恶煞的话矛盾会加深。笑一笑,就算假的笑,总比不笑好,但是假的笑总不如你真笑。化解了矛盾之后,笑出来的笑容都是那么璀璨,强颜欢笑笑出来都这么尴尬,让人看了惨不忍睹。有些人不笑倒蛮好,一笑像哭一样的(这样会不会算不诚实、不真诚啊?)在修心的过程中,人就是在克制和戒律当中活着,没有什么不真诚的。“因为我在改,我没改掉,但是我在改。”你说算不真诚吗?比方说,本来一个小男孩经常去赌博的,现在准备改掉赌博了,看见赌博机,他就说“我不去,我不去”,这算不真诚吗?他看到了机器,想去又不想去,这个过程当中他是属于真诚的,因为他是真诚地在改变自己(明白了,在改毛病)