Wenda20171224A 25:24
Pentingnya “kesabaran” dalam bergaul dengan orang lain, bekerja dan menekuni Dharma
Pendengar pria: Master, mohon Anda memberikan wejangan tentang pentingnya “kesabaran” dalam bergaul dengan orang lain, bekerja dan menekuni Dharma
Master menjawab: Jika seseorang tidak bisa bersabar dalam kehidupan masyarakat, maka kamu tidak akan berhasil dalam hal apa pun (benar). Sebagai contoh sederhana, meskipun kamu merasa sedikit tidak nyaman hari ini, kamu juga harus bersabar, kamu sakit gigi hari ini, kamu perlu sabar bukan? (Sabar). Sebagai contoh, kamu mengalami sakit gigi yang parah hari ini, kamu pergi ke dokter dan dokter berkata, “Tidak bisa, ulang buat janji temu, saya tidak punya waktu hari ini.” Kamu harus sakit satu hari, menurutmu apakah kamu bisa sabar? Kamu bergegas menemui dokter dan berkata, “Saya sudah kesakitan begini, apakah kamu mempunyai jiwa kemanusiaan?”. Apakah kamu boleh bertengkar dengannya? Tidak boleh, maka harus bersabar. Bagaimana caranya? Kumur mulutmu dengan air garam dan beli obat penghilang rasa sakit, hanya bisa menahan dengan cara begini untuk satu hari. Kamu sedang terburu-buru saat berangkat kerja, lampu lalu lintas berkedip-kedip. Jika kamu tidak sabar, beranikah kamu menerobosnya? Semuanya mengandalkan pada kesabaran. Sudah sangat jelas, pendidikan orang ini lebih rendah dari kamu, dia adalah direktur dan kamu adalah kepala bagian. Kamu memiliki kemampuan, suatu saat kamu ingin menjadi direktur, maka kamu harus bersabar, jika tidak bersabar, ketika dia mengetahui bahwa kamu ingin menjadi direktur, maka kemungkinan kamu tidak bisa menjadi direktur seumur hidupmu (iya, Bagaimana kalau dalam menekuni Dharma?) Juga sama, belajar bersabar. Kalau tidak sabar, bagaimana bisa menjadi Bodhisattva dan Buddha? Mengapa tidak bersabar? Kamu melihat anak-anak di sekitarmu mempunyai kebiasaan buruk yang parah, kamu juga harus bersabar, mau bagaimana lagi? Siapa suruh dia adalah anakmu? Sungguh memilukan sekali melahirkan anak-anak seperti ini, coba kamu katakan apakah ada cara lain? Hal ini memang begitu. Bodhisattva mengandalkan kesabaran saat memandang orang. Kalian memohon kepada Bodhisattva, “Bodhisattva, saya tidak akan pernah melakukan perbuatan buruk lagi,” dan kamu melakukannya lagi. Apakah Bodhisattva bersabar? (Sabar). Kamu memohon lagi kepada Bodhisattva, “Bodhisattva, saya bersumpah kali ini, saya tidak akan pernah melakukannya lagi”, kamu melakukannya lagi. Apa yang harus dilakukan Bodhisattva? Bodhisattva sangat marah padamu sehingga tidak dapat ditemukan lagi. Haha… (Mengerti. Master, murid tidak patuh dan selalu membuatmu marah, jadi bagaimana dengan dirimu Master?) Kamu sudah sangat baik. Kamu tidak membuatku marah sama sekali. Jika kamu ingin mengatakan bahwa lebih dari 30.000 murid ini membuat saya marah, itu terjadi setiap saat. Saya hanya bisa mengajar mereka dengan sungguh-sungguh, saya hanya bisa menasihati mereka secara perlahan dan tanpa henti, menasihati dan menasihati sampai akhirnya pelan-pelan melepas. (Bagaimana perasaan Master jika murid berulang kali melakukan kesalahan?) Coba kamu katakan, bagaimana perasaan ayah jika seorang anak terus melakukan kesalahan? (Merasa kesal karena tidak memenuhi harapan) sama (mengerti). Kemudian mendidik secara perlahan dan wujudkan misi mendidik sesuai kemampuan. Mendidik sampai pada akhirnya masih tidak bisa, maka lepas tangan. Ibarat jatuh cinta, berusahalah sekuat tenaga untuk memilikinya terlebih dahulu, jika tidak berhasil, maka harus melepas. Namun “Lepaskan” tergantung hal apa. Masalah prinsip, moralitas, dan karakter harus dilepaskan. Kalau hanya masalah teknis saja, misalnya stasiun radio kita kurang terlaksana dengan baik, hal yang tidak ada hubungannya dengan karakternya, maka kamu harus mendidiknya, membantunya, dan membiarkan dia memperbaikinya, jangan menolaknya. Jika itu adalah masalah kualitas, seperti melakukan hal yang terlibat dalam perjudian, minuman keras, atau perbuatan asusila, maka kamu harus melepaskannya secara perlahan, karena dia tidak bisa berubah (sudah mengerti)
Wenda20171224A 25:24
“忍耐”在与人相处、工作及学佛中的重要性
男听众:师父,您开示一下“忍耐”在与人相处、工作及学佛中的重要性。
台长答:一个人在现实社会当中不忍耐,你什么事情都做不成功(对)举个简单例子,你今天就是有一点点不舒服,你也得忍耐;你今天牙痛,你要忍耐吧?(忍耐)举个简单例子,你今天牙痛得不得了,你跑过去看医生,医生说:“不行,重新预约,我今天没时间。”你得痛一天。你说你能忍耐吗?你冲过去对医生:“我痛得这样,你有没有人道主义精神啊?”你可以去跟他吵吗?不可以,那忍耐了。怎么忍耐?用点盐水漱漱嘴,买一点止痛药,只能这么忍一天啊。你去上班急得不得了,红绿灯闪着,你不忍耐你敢冲吗?一切都必须靠忍耐。明明这个人水平比你差,他做局长,你做科长。你有本事,有一天你想做局长,你必须忍耐,你不忍耐,被他发现你想做局长,你一辈子可能就做不了局长了(嗯。那在学佛中呢?)也是一样,学会忍耐啊,你不忍耐你怎么成菩萨、成佛啊?怎么不能忍耐啊?你看见你周围的孩子身上毛病重,你也得忍耐,有什么办法?谁叫他是你的孩子啊?生出来这些孩子真的是痛心疾首,你说有什么办法?这个事情就是这样。菩萨看人就是靠忍耐的。你们求着菩萨“菩萨,我再也不做坏事了”,又做了。菩萨忍耐吗?(忍耐)你又求菩萨“菩萨,我这次真的发誓,我再也不做了”,又做了。菩萨怎么办?菩萨被你气得找不到了。呵呵……(明白。师父,那弟子不听话,老惹您生气,那您怎么办啊?)你已经很好了,你是一点都没惹我生气。你要说这三万多个弟子惹我生气,那是常有的,只能谆谆教导了,只能慢慢地不停地劝导了,劝啊,劝啊,劝到后来慢慢就放手了(如果弟子屡犯错误,师父是什么样的心情?)你说说看,一个孩子老犯错误,爸爸是什么心情了?(恨铁不成钢)一样(明白)然后慢慢教育,尽自己的使命教育,教育到后来实在不行了,那么放手啊。就像谈恋爱一样,先尽量争取要他,实在不行只能放手。只是“放手”你要看什么事情的,原则性的问题、品德的问题、品格的问题必须放手。如果只是一种技术性问题,比方说我们电台的小朋友电视台没弄好,这种跟他人品没关系的,那你就得教育他、帮助他,让他改正,而不要唾弃他;如果他是品质问题,做这种犯戒的赌博、喝酒、邪淫,那你就必须把他慢慢放手了,改不了了(明白了)