Seminar Dharma Sydney, 25 Januari 2014 (Bagian 1)
Mempertahankan Welas Asih, Hati Nurani akan Menyertai; Lepaskan Kebencian, maka akan Tersadarkan
Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang. Terima kasih kepada Dewa Pelindung Dharma. Terima kasih kepada teman-teman se-Dharma dari luar negeri dan Asosiasi Buddhis di Melbourne dan Brisbane! Terima kasih atas berkat dari Guan Shi Yin Pu Sa, jodoh yang luar biasa, sehingga bisa memiliki kesempatan untuk membabarkan ajaran Buddha Dharma dan budaya Tiongkok di sini. Terima kasih kepada semua teman se-Dharma yang hadir, untuk menikmati cahaya Buddha dan merasakan kasih sayang Buddha bersama! Tahun Baru akan segera tiba, dan semua orang sangat bahagia. Berharap Tahun Baru ini akan memberi kita keberuntungan. Master mendoakan semua umat se-Dharma dan teman-teman yang datang hari ini dalam keadaan sehat dan sukses dalam segala hal.
Seiring dengan perubahan waktu alam, orang-orang berubah semakin cepat. Itulah sebabnya mengapa anak muda zaman sekarang begitu cepat putus cinta. Mengapa keluarga begitu cepat terpisah? Perubahan waktu alam menyebabkan perubahan pada manusia, dan ketidakharmonisan keluarga menyebabkan perubahan elemen sosial. Awalnya ada tiga atau empat orang dalam keluarga, tetapi kemudian suami istri bercerai. Ibu membawa anak menjadi satu kelompok dua orang. Pertengkaran keluarga menyebabkan semakin banyak kasus di mana nilai anak-anak turun dan mereka menderita autisme. Setelah seorang anak lahir, ia paling menyayangi orang tuanya. Orang tua adalah penopang spiritual anak. Setiap hari orang tua bertengkar dan mengecewakan anak, yang lama kelamaan berujung pada keputusasaan, sehingga semakin banyak orang yang menderita depresi. Ini adalah perubahan, ini adalah akumulasi jodoh buruk di periode Akhir Dharma.
Apa itu jodoh buruk? Yaitu saya tidak berpikir baik tentangmu, dan kamu juga tidak berpikir baik tentangku, sehingga orang-orang menjadi semakin jahat. Mengapa harus menekuni Dharma? Yaitu agar kita harus memikirkan sisi baik orang lain. Kita tidak boleh membuat hati kita yang sudah sangat menderita menjadi semakin menderita, tidak boleh memiliki pikiran, perkataan, dan perbuatan jahat. Berpikirlah baik tentang orang lain dan selalu berpikiran baik. Ini adalah mentalitas praktisi Buddhis.
Setiap orang tidak boleh hanya hidup untuk dirinya sendiri dan mengabaikan perasaan orang lain. Saat ini, orang-orang sangat egois. Berharap semua orang dapat menyelamatkan lebih banyak orang dan membantu orang lain, membuat orang-orang dapat memahami bahwa dalam masyarakat ini, kita hidup harus memikirkan orang lain, tidak boleh hanya memedulikan perasaan kita sendiri dan mengabaikan perasaan orang lain. Mengapa orang menjadi egois? Seorang ibu bisa mengkhianati anak perempuannya demi sedikit keuntungan, dan anak perempuan bisa memarahi ibunya hingga dia terbaring di tempat tidur dan tidak bisa bangun demi sedikit keuntungan. Ini adalah berita dalam dua hari terakhir. Karena mereka telah sepenuhnya melupakan welas asih Bodhisattva.
Menurut statistik PBB pada tahun 2013, satu dari setiap 88 anak di dunia menderita autisme. Ada seorang anak bernama Kunkun. Setelah orang tuanya bercerai, ayahnya mengirimnya ke tempat penitipan anak. Kunkun berubah dari berat badan 80 kg menjadi pasien autis yang kurus kerempeng dan tampak sakit. Terdapat 2 miliar anak dari 7 miliar penduduk dunia, yang berarti sekitar 10 juta anak menderita autisme. Sebagian besar penderitaan yang diderita anak-anak ini berasal dari keegoisan kita. Inilah sebabnya mengapa Master berteriak keras setiap hari, kita harus belajar Buddha Dharma, kita harus berpikiran terbuka. Hati kita harus memahami orang lain, barulah bisa mendapatkan pemahaman orang lain terhadap dirimu.
Keterhubungan antar hati sangatlah penting. Karena memahami, kamu baru dapat berpikiran jernih, jika tidak kamu akan berpikiran buntu. Jika sering tidak bisa berpikir terbuka, maka akan memiliki iblis di dalam diri. Iblis hati akan selalu membuat kamu tidak bisa berpikiran terbuka dan sedih. Sesungguhnya, kamu telah dikendalikan oleh iblis. Seperti yang kita ketahui bersama, iblis birahi adalah sepanjang hari memikirkan tentang nafsu birahi. Iblis uang yaitu sepanjang hari berpikir untuk menghasilkan uang dan bahkan menjual jiwanya demi uang, mereka seperti kerasukan iblis. Orang-orang berselisih karena iblis, sehingga akan menimbulkan rintangan di dalam hati mereka, selalu egois dan tidak pernah memikirkan orang lain. Suami istri bertengkar, masing-masing mengatakan alasannya sendiri, namun pada akhirnya tidak ada alasan untuk berdebat, karena pikiran iblis yang menguasai diri, sehingga hati kita akan menjadi semakin sempit, bersaing, dan iri hati. Hati Buddha harus luas dan tidak terbatas. Ketika melihat masalah, harus memikirkan orang lain terlebih dahulu, seperti seorang ibu yang selalu memikirkan anak-anaknya terlebih dahulu. Berharap kita orang-orang yang hidup di dunia ini bisa banyak mengembangkan welas asih, lebih banyak memikirkan orang lain, sehingga dunia ini akan menjadi lebih indah dan damai.
Manusia merusak alam setiap hari. Hati yang murni dan baik dirusak seperti halnya alam. Menebang pohon adalah merusak pertumbuhan alam. Anak berkata, “Ibu tidak boleh seperti ini, dia orang yang sangat baik.” Ibu berkata, “Kamu tidak mengerti, saya harus seperti ini, dia sangat jahat.” Hati yang semulanya sangat baik dirusakkan seperti itu. Oleh karena itu, kita harus menganggap alam sebagai sebuah tubuh. Pikiran egois manusia modern adalah sel-sel kanker yang mengikis tubuh kita. Keegoisan akan merusak alam, sama seperti kanker mengikis tubuh kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan pikiran egois ada dalam pemikiran kita.
“Dunia dimulai oleh manusia dan akan berakhir oleh manusia.” Dunia ini diciptakan oleh manusia dan pada akhirnya akan dihancurkan oleh manusia. Ada seorang pria di Dinasti Tang yang merasa sedih karena penderitaan hidup sepanjang hari, segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginannya. Dia pergi mencari seorang biksu terkemuka dengan harapan untuk mendapatkan pembebasan. Biksu terkemuka menuang air penuh ke dalam tangki, dan bertanya kepadanya: “Apakah hidup ini manis, asam, pahit, dan pedas?” Orang ini berkata: “Ya, ini terlalu pahit, sangat pahit sehingga saya tidak ingin hidup lagi.” Biksu terkemuka itu mengambil sedikit cuka, gula , bubuk cabai, dan bubuk pare lalu dimasukkan ke dalam air. Air tidak meluap, malah gula, cuka dan bubuk ini dengan cepat melarut. Biksu terkemuka berkata : “Sudahkah kamu melihatnya? Hidup itu seperti air. Harus meleburkan semua kerisauan, harus menoleransi segala balasan karma di dunia.”
Tidak ada yang kepahitan atau kegembiraan dalam hal apapun di dunia ini, karena kepahitan dan kegembiraan adalah perasaan subjektif yang ada di dalam hati kita. Meski menyakitkan saat melahirkan anak, namun ada ibu yang merasa sangat bahagia, ini adalah perasaan yang ada di dalam hatinya. Tunggu ketika anak tumbuh dewasa dan tidak patuh, ibu akan merasa menderita. Anak lulus ujian masuk perguruan tinggi, dia akan merasa sangat bahagia lagi. Semua kebahagiaan dan penderitaan ini disebabkan oleh pikiran sendiri. Penderitaan dan kegembiraan di dunia ini semua disebabkan oleh pikiran, jadi kita harus belajar mengendalikan pikiran, mengendalikan pikiran diri sendiri dengan baik. Kalau mau marah jangan marah. Kalau mau cemburu jangan cemburu. Kalau mau risau jangan risau. Kendalikan hatimu dengan baik. Melihat kebenaran bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Kita telah melakukan separuh perjalanan di dunia ini, dan separuh kehidupan perjalanan kita yang lain akan segera berakhir. Setelah perjalanan kita di dunia ini berakhir, kemana kita akan pergi? Ini yang paling penting. Karena kita akan meninggalkan bumi, kemana kita akan pergi? Seratus tahun kemudian, apakah kita masih akan berkorban lebih banyak demi kepentingan, ketenaran, dan kekayaan diri yang sedikit itu? Orang tidak akan membangun rumah sendiri di tempat wisata dengan tujuan untuk menetap selamanya, juga tidak akan menikah dan mempunyai anak di sana, karena itu adalah tempat yang sementara. Ini adalah prinsip Buddha. Prinsip Buddha adalah membiarkan orang melihat kebenaran dan melepaskan. Orang tua kita sama seperti kita. Mereka tidak membawa apa pun ketika mereka datang ke dunia dan tidak akan membawa apa pun ketika mereka pergi. Bahkan anak yang paling mereka cintai juga tertinggal di dunia ini. Oleh karena itu, kita juga harus melihat kebenaran dan melepaskan.
Kita harus belajar memahami perasaan orang lain. Orang zaman sekarang hanya memahami perasaannya sendiri, tidak memahami perasaan orang lain. Ada seorang wanita yang sedang memasak. Sang suami berkata di sebelahnya: “Apimu terlalu besar. Kurangi minyak dan tumis lebih banyak…” Sang istri berkata: “Saya tahu cara memasak, perlukah kamu yang atur? Saya memasak begitu enak sekali? Kamu sudah makan sampai sekarang!” Sang suami berkata: “Ya, saya hanya ingin kamu tahu bagaimana perasaan saya ketika mendengarmu mengoceh pada saat saya mengemudi.” Mengapa orang hanya memahami perasaannya sendiri dan tidak memahami perasaan orang lain? Inilah sebabnya mengapa kita harus mempelajari ajaran Buddha Dharma.
Terkadang kita tidak bisa melihat tabiat buruk diri sendiri. Banyak orang yang tidak memberi, tidak mau berbuat baik pada orang lain, hanya ingin orang lain berbuat baik pada dirinya sendiri. Jika seseorang tidak memberi tetapi ingin memperbaiki segala upaya di dunia ini, maka semuanya adalah sia-sia. Dalam hidup, pertama-tama harus mengubah diri sendiri dari hati, mencapai keseimbangan, merasa puas dan selalu bahagia, harus memancarkan niat baik dari hati, membuat orang lain merasa bahwa kamu adalah orang yang sangat baik, maka kamu akan memiliki nilai aset, adalah suatu kekuatan penting yang tidak bersuara. Mengapa seseorang bisa mendapat bantuan dari banyak orang? Karena dia tahu untuk memahami orang lain.
Master sering membantu orang lain menafsirkan mimpi dalam acara program. Bermimpi itu sangat penting, merupakan suatu respon kesadaran. Ada firasat mimpi dan mimpi masa lalu, jadi jangan anggap remeh mimpi, terutama mimpi antara jam lima atau enam hingga jam delapan pagi. Saat bangun tidur, jika kamu masih ingat dengan jelas, maka mimpi ini pasti ada nilai acuannya. Karena mimpi merupakan aktivitas mental ketika kamu belum tertidur, yaitu aktivitas kesadaran di dalam hati. Umumnya, orang yang berpikiran baik mengalami mimpi indah, dan orang yang berpikiran jahat mengalami mimpi buruk. Jika kamu sering mendapatkan gambaran jahat dalam mimpimu, sebaiknya kamu memeriksanya dengan baik, apakah dirimu sering membenci orang lain akhir-akhir ini, apakah kamu memperlakukan orang lain dengan buruk? Dari segi agama Buddha, mimpi adalah kesadaran dalam mimpi yang erat kaitannya dengan perilaku baik dan buruk di Alam Manusia. Hidup adalah tentang mengembara antara mimpi dan sadar.