Acara Pertemuan Umat Buddhis Sedunia di Hong Kong, 22 Juni 2014
Memiliki Kebajikan, Tekad dan Kebijaksanaan Buddha, Membina Diri di Dunia untuk Mencapai Kebuddhaan (Bagian 1)
Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang, serta Naga Langit Pelindung Dharma. Semoga kalian diberkati dengan keberuntungan dan kesehatan, serta mendapatkan manfaat dari Dharma bersama-sama. Cahaya Buddha menyinari secara merata lagi. Terima kasih kepada nenek moyang kita yang telah mewariskan budaya tradisional dan kebijaksanaan ajaran Buddha Dharma yang sangat baik, sehingga membuat kita memperoleh manfaat dan menemukan kesehatan batin. Orang sedang melakukan, langit sedang melihatnya. Di periode Akhir Dharma, setiap niat pikiran yang muncul adalah karma. Kita harus menghilangkan karma buruk dan memperluas jalinan jodoh baik. Kita harus selalu memiliki welas asih di dalam hati kita dan menyatukan hati kita dengan para Buddha, membuat orang-orang di dunia ini berhati yang baik, tidak melakukan segala perbuatan jahat dan mengamalkan semua perbuatan baik. Terima kasih kepada para biksu dan teman-teman se-Dharma serta relawan dari seluruh dunia atas dukungannya, sehingga kita memiliki jodoh yang luar bisa untuk berkumpul bersama di Hong Kong, bagaikan Alam Sukhavati di dunia.
Dalam seminar Dharma hari ini, semua orang berwelas asih dan baik hati, membangkitkan hati Bodhisattva dan mempraktikkan Prajnaparamita yang mendalam, dipenuhi dengan kebijaksanaan Buddha, terbebas dari segala penderitaan, agar kerisauan dan penderitaan di dunia menjauhi dari semua makhluk hidup. Di dunia yang kosong ini, kita tidak memiliki halangan di dalam hati, kita baru bisa tiada halangan.
Saat ini, orang-orang memuja uang dan telah lama melupakan sifat Kebuddhaan dan sifat dasar mereka. Setiap hari melakukan hal-hal untuk menipu semua makhluk dan diri mereka sendiri. Baru-baru ini saya membaca di majalah khusus tertulis “sepuluh penemuan besar yang dibuat oleh para penipu”, hasil penipuan setiap tahun terhadap perusahaan maupun individu mencapai 10 miliar, ada penipu jalanan, penipu perdagangan luar negeri, penipu birokrasi, penipu pesan teks (SMS), penipu pernikahan, penipu pedagangan orang, penipu waralaba, penipu pemalsuan, penipu spekulasi emas, dll. Penipu SMS bisa menghasilkan 40 miliar setiap tahun. Orang-orang hanya tertarik pada keuntungan, dan mereka sudah lama mengesampingkan kebaikan hati mereka.
Baru-baru ini saya melihat sebuah berita. Di tempat pompa bensin, seseorang memberimu gantungan kunci. Gantungan kunci itu sangat indah dan cantik. Kamu tidak boleh mengambilya karena itu adalah alat pelacak. Ia akan mengikuti ke rumahmu, kemudian mencuri dan merampok. Usai berbelanja dan kembali ke tempat parkir, saat hendak memundurkan mobil, ada selembar kertas di kaca spion yang menghalangi pandanganmu untuk memundurkan mobil. Kamu jangan turun, karena ketika kamu turun mobil dan ingin mencabut kertas itu, mobilmu telah dibawa pergi oleh pencuri. Orang-orang sekarang menciptakan karma setiap hari. Begitu menciptakan karma, halangan pun mulai, sehingga disebut halangan karma buruk. Halangan karma buruk akan menghalangi kebijaksanaan dan kebajikanmu. Mengapa permohonan seseorang kepada Buddha tidak manjur? Karena halangan karma buruk membuatmu meninggalkan kebijaksanaan dan menghalangimu untuk mendekati Bodhisattva. Hanya dengan sering bertobat dan sering melafalkan paritta, jika tidak, halangan karma buruk akan semakin menumpuk semakin banyak, seperti seorang anak yang membuat kesalahan semakin banyak, dia akan semakin tidak berani untuk melihat ibunya. Halangan karma buruk itu seperti awan gelap yang menutupi jiwa kebijaksanaan kita. Jika kita tidak menciptakan sebab, dari manakah datangnya akibat? Jika tidak ada akibat, kita adalah membersihkan awan gelap dan melihat langit biru, kita baru bisa menghapus halangan karma buruk, dan melihat sifat sejati kita.
Ada seorang bodoh yang sangat kaya tetapi tidak memiliki kebijaksanaan. Dia pergi ke kuil dan berkata kepada biksu: “Bolehkah kamu menjual kebijaksanaanmu kepada saya?” Biksu berkata: “Kebijaksanaanku sangat mahal. Satu kata bernilai seribu tael perak.” “Orang itu berkata: “Asalkan bisa memiliki kebijaksanaan, saya bersedia mengeluarkan uang untuk membelinya.” Biksu berkata: “Saya akan mengajarimu kebijaksanaan sekarang. Ketika kamu menghadapi kesulitan, masalah, dan tidak bisa berpikiran terbuka, jangan cemas, jangan segera menanganinya, maju tiga langkah dan mundur tiga langkah, lalu maju mundur tiga kali, kamu akan mendapatkan kebijaksanaan.” Si bodoh ini berkata, “Sederhana sekali!” Biksu berkata, “Ya, kamu pulang dulu, dan tael peraknya lain kali saja.” Si bodoh pulang ke rumah. Dalam kegelapan dia menemukan istrinya terbaring di tempat tidur bata bersama orang lain. Dia sangat marah saat itu: “Mengapa istriku tidur di satu ranjang dengan orang lain?” Dia sangat marah sekali, mengambil pisau dapur dan bergegas hendak membunuh orang. Pada saat itu, dia tiba-tiba teringat kebijaksanaan yang dibelinya, maju tiga langkah, mundur tiga langkah, dan maju mundur tiga kali berturut-turut. Saat itu, suaranya membangunkan istrinya yang sedang tidur dan orang tersebut. Orang ini bertanya: “Dik, apa yang kamu lakukan di tengah malam?” Mendengar suaranya, itu adalah kakaknya. Ternyata kakaknya takut istrinya kesepian, jadi dia menemani istrinya tidur. Dia berpikir, jika tidak membeli kebijaksanaan, Aku hampir membunuh kakak kandungku. Kisah ini memberi tahu kita nilai dari kebijaksanaan, karena orang yang memiliki kebijaksanaan dapat menyelamatkan nyawa orang. Kekuatan kebijaksanaan dapat membuat orang yang tidak memiliki kebijaksanaan untuk berpikir dua kali sebelum bertindak. Ketika menghadapi sesuatu yang tidak adil dan emosional, harus menenangkan diri. Sebuah pertanyaan mungkin memiliki tiga jawaban. Meskipun kebijaksanaan tidak memiliki bentuk, tetapi dalam kehidupan kita, itu adalah sebuah kunci. Jangan terlalu meyakinkan pandangan diri, maka akan berkurang penyesalan.
Jika dapat menghabiskan setiap hari dengan damai, berarti memiliki berkah. Berapa banyak orang saat ini yang tidak dapat melihat matahari setiap hari, berapa banyak orang yang menjadi cacat hari ini, dan berapa banyak orang yang keluarganya hancur hari ini. Ketika seseorang menghargai kehidupan dan menghargai segala sesuatu di dunia, dia akan memiliki dunia ini, memiliki Alam Manusia ini.
Jika kamu menggendong anakmu yang beratnya 10 kg, kamu tidak akan merasa berat meskipun berjalan jauh, karena kamu menyukainya. Jika kamu menggendong batu seberat 10 kg dan berjalan, kamu tidak akan bisa bertahan lama. Ketika seseorang tidak suka melakukan sesuatu, meskipun dia berbakat, dia juga tidak dapat mengembangkannya. Ketika seseorang menyukai sesuatu, dia dapat mengembangkan energi dan kemampuannya, membuatmu terkejut. Seseorang yang tidak memiliki prestasi, itu tidak berarti dia tidak mempunyai kemampuan, mungkin saja karena dia tidak menyukainya. Hari ini kita suka membina pikiran, suka menekuni Dharma, dan suka menyelamatkan orang, kita telah memiliki kekuatan super ini, kita barulah Bodhisattva di dunia yang benar-benar memiliki kemampuan untuk dikagumi orang-orang!
Kebajikan sifat dasar manusia adalah karakter moral kita. Kita tidak boleh meremehkannya, karena ia adalah energi positif. Jika kita baik kepada orang lain, orang lain akan sangat baik kepada saya. Jika kamu mencintai, peduli, dan membantu orang lain dengan hati dan prinsip Buddha, yang kamu dapatkan semuanya adalah energi positif. Jadi, kita harus membantu orang lain.
Kekuatan tekad manusia bisa menghasilkan suatu energi. Ada seseorang yang tidak bisa bangun setiap pagi. Setelah menekuni Dharma, dia berikrar, “Guan Shi Yin Pu Sa, mohon agar penyakit anak saya bisa sembuh. Saya akan bangun jam empat setiap pagi untuk melafalkan paritta.” Kemudian, dia berhasil. Berharap semua orang menyukai ajaran Buddha Dharma. Jika ingin menjadi seorang Buddha, maka harus memiliki energi positif. Berikrar saya ingin menjadi seorang Buddha, yaitu menemukan sifat dasar diri sendiri, memulihkan energi diri sendiri, dan mengembangkan kemampuan diri, itu adalah energi positif.
Dalam membina ajaran Buddha, ada dua pusaka Dharma. Jika ingin menjadi Bodhisattva, harus memiliki moralitas. Jika ingin menjadi Buddha, pertama-tama harus mengandalkan kekuatan tekad. Kedua, harus memiliki kebijaksanaan. Bodhisattva Ksitigarbha “, “Jika neraka tidak kosong, saya tidak akan menjadi Buddha.” Ini adalah tekad agung. Guan Shi Yin Pu Sa “mengabulkan permohonan semua orang” juga merupakan tekad agung. Setiap praktisi Buddhis harus memiliki tekad, harus menyelamatkan semua makhluk. Di Periode Akhir Dharma, membuat dunia menjadi Alam Sukhavati. Kekuatan tekad dipancarkan oleh medan energi. Setelah memiliki kekuatan tekad baru dapat diterapkan pada perilaku dan tindakan, dampaknya terhadap lingkungan sekitar dan respon spiritual pada pikiran akan menghasilkan semacam kekuatan harapan dan energi super. Kebijaksanaan terutama bergantung pada akar kebaikan, berkah kebajikan, jodoh nidana dan berbagai faktor lainnya untuk menghasilkan suatu energi kebijaksanaan. Kita harus menggunakan tekad untuk membuka pintu kebijaksanaan. Orang yang memiliki tekad akan bertambah berkah kebajikan, menanam kebaikan dan menjadi jodoh yang baik.
Ada pepatah dalam budaya Tiongkok “Lakukan saja perbuatan baik dan jangan bertanya tentang masa depan.” Dalam budaya Zen, ada pepatah, “Hanya menanam, tanpa memikirkan apa yang akan dituai”, metode yang berbeda menghasilkan hasil yang sama. Berharap semua orang dapat memahami, kita dalam menekuni Dharma dan berperilaku sebagai manusia harus hanya menanam, tanpa memikirkan apa yang akan dituai, kamu pasti akan mendapatkan hasilnya.
Ada sebuah aquarium ikan mas, keempat sisinya semuanya adalah kaca. Jika dilihat dari satu sisi, kelihatannya ada dua ikan yang sedang bertabrakkan kepalanya, namun sebenarnya itu hanya ada satu ekor ikan. Dari sudut pandang yang berbeda, dari sisi yang satunya, hanya ada seekor ikan. Dalam hidup ini, justru karena sudut pandang yang berbeda dalam melihat masyarakat ini, baru menghasilkan dua konsep yang berbeda dalam melihat masalah di dunia. Jika membenci seseorang, kamu hanya akan melihat sisi buruk dan sisi jahatnya saja. Jika kamu bisa terpikir bahwa dia pernah baik kepadamu dan pernah membantumu, melihat sisinya kasihannya, ini berarti kamu memandang orang lain secara menyeluruh. Manusia di dunia ini seperti seekor semut di dinding yang selalu berpikir “Saya harus memanjat ke atas, saya sudah memanjat sangat tinggi. Tidak peduli bagaimanapun, saya harus bisa memanjat ke atas”. Begitu juga dengan manusia di dunia ini, selalu mengira apapun yang dilakukannya tidak terlihat oleh orang lain, selalu merasa dirinya sangat hebat, seperti seekor semut yang berusaha keras memanjat ke atas, melakukan semua hal-hal yang bersifat yin maupun yang bersifat yang. Seperti seorang anak yang melihat semut yang memanjat ke atas dinding, begitu dia menggencet si semut ke bawah, maka seluruh kerja keras si semut akan menjadi sia-sia. Kisah ini memberitahu kita bahwa semua praktisi Buddhis harus memiliki mentalitas yang baik. Menyesuaikan jodoh merupakan pilihan terbaik dalam hidup ini. Membina pikiran bertujuan untuk mengubah nasib, memperbaiki pikiran kita yang tidak baik. Tercerahkan diawali dari pikiran, dan membina pikiran adalah tersadarkan. Jika para makhluk tidak tersadarkan, tentu saja akan merasa menderita di hati. Oleh karena itu, kita harus bisa berpikiran terbuka, segala hal adalah kosong berarti tersadarkan. Orang yang sudah tersadarkan baru bisa terbebaskan. Pembebasan secara spiritual adalah mencapai pencerahan sempurna.
Suatu kali perang, hanya tinggal satu orang yang berlari naik ke atas gunung. Para prajurit mengejar di belakangnya. Dia bersembunyi di sebuah gua kecil, melihat seekor laba-laba merayap kemari. Dia memiliki perasaan kasihan. Dia berpikir dirinya sudah dalam situasi ini, jangan membunuh laba-laba lagi. Tidak diduga, laba-laba itu merangkak menuju pintu masuk gua dan membuat jaring laba-laba yang besar. Ketika para prajurit mengejar sampai di pintu masuk gua, ketua prajurit berkata: “Pasti tidak ada orang di dalam, jaring laba-laba sudah sebesar ini, ayo pergi!” Karena satu niat pikiran yang baik telah menyelamatkan nyawanya. Jadi, di dunia ini kita harus selalu memikirkan kebaikan, dan jangan berpikiran jahat.
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Segala sesuatu mempunyai sebab dan akibatnya. Ini adalah hukum dasar alam semesta. Benih sebab yang disebabkan oleh bahasa, pemikiran dan perilaku manusia pasti akan mempunyai balasan karma. Orang yang membina pikiran harus memperhatikan pengendalian setiap pemikiran yang muncul, harus mengetahui akibat apa yang akan ditimbulkan oleh bahasa, pemikiran dan perilakunya sendiri. Oleh karena itu, dalam ajaran Buddha dikatakan bahwa “Bodhisattva takut akan benih sebab, tetapi para makhluk takut akan akibatnya.” Kalian semua adalah praktisi Buddhis sekarang. Ketika melakukan sesuatu, kalian harus memikirkan akibatnya dan takut akan akibatnya. Namun sekarang, para makhluk hidup justru melakukan apa yang ingin mereka lakukan terlebih dahulu, ingin menikmati ya menikmati terlebih dahulu, ketika akibatnya datang barulah mengeluh menderita.
Banyak biksu yang mendaki gunung bersama-sama, dan seorang murid tiba-tiba jatuh. Dia mengulurkan tangan untuk meraih tanaman duri, dan tangannya tergores luka. Guru Zen tua berkata: “Tanaman duri memiliki kebiasaan menempel pada benda lain untuk hidup, tetapi kamu meraihnya dan mengandalkannya, tentu saja kamu mencari masalah sendiri.” Dalam menekuni Dharma dan berperilaku, kita tidak boleh bergantung pada orang-orang yang tidak dapat diandalkan. Kita harus mengandalkan pada keyakinan yang benar dan pikiran yang benar, mengandalkan ajaran Buddha Dharma. Mencintai tanah air, mencintai keluarga, mencintai semua makhluk, dan mencintai welas asih Guan Shi Yin Pu Sa, kita pasti akan mendapatkan kembali kebijaksanaan agung Guan Shi Yin Pu Sa.
Mengapa seseorang menderita kerugian dan tertipu? Karena manusia selektif dalam memandang dunia. Mereka hanya bisa melihat dan memperhatikan hal-hal yang mereka percaya. Mereka tidak akan memperhatikan hal-hal yang tidak mereka percaya, atau bahkan mengabaikannya. Seperti kebanyakan gadis ketika sedang jatuh cinta, mereka hanya melihat kelebihan pihak lain dan tidak pernah menemukan kekurangan pihak lain. Setelah menikah, mereka menemukan hal-hal yang tidak mereka percaya akan terjadi pada pihak lain. Tidak melihat sesuatu secara menyeluruh berarti menyimpang. Sebagus apapun sebuah jam, jika tidak akurat, itu berarti menyimpang. Ibarat memasang kancing, jika satu kancing salah, semuanya akan menjadi salah. Pada saat mengancing hingga akhirnya baru menyadari ternyata sepanjang hidup diri sendiri adalah salah.
Bagaimana cara mencegah diri untuk tidak menyimpang atau membuat kesalahan? Selalu pikirkan kesalahan diri sendiri, menjadikan sila sebagai landasan, dan mengatasi kebodohan. Ada rerumputan harum dalam tiga langkah, dan ada guru diantara tiga orang. Manusia zaman sekarang sungguh menyedihkan. Punya uang juga menderita, tidak punya uang juga menderita, santai menderita, sibuk juga menderita. Mana ada orang yang tidak menderita di dunia ini. Orang yang semakin tidak bisa bersabar, dia akan semakin menderita. Orang yang bijaksana memiliki hati yang lapang. Orang yang licik hatinya lebih sempit. Orang yang licik mudah menjerumuskan diri dalam masalah. Berharap semua orang jangan perhitungan. Tidak ada masalah yang tidak terselesaikan di dunia ini.
Penyakit manusia terlalu banyak. Setiap orang akan mempunyai penyakit pikiran. Sebenarnya, kita manusia tidak bisa mengendalikan masa lalu kita, juga tidak bisa mengendalikan masa depan kita. Manusia sangatlah menderita, hanya bisa mengendalikan mentalitas, pikiran, perkataan dan perilaku kita saat ini. Masa lalu dan masa depan tidak ada. Masa lalu telah berlalu dan masa depan belum ada. Hanya masa kini yang nyata, jika ingin mengubah takdir diri sendiri, titik fokusnya adalah pada saat ini.